Selasa, 09 Agustus 2016

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

[Cerpen Horor] Kegelapan Akan Datang!

“Ah mengantuk sekali, meski sudah tidur siang mata ini tetap merekat dan terasa berat” Kata seorang gadis bertubuh tinggi, gadis ini bernama Dian.

“Mungkin kau kelelahan akhir-akhir ini, lagipula angin yang menelusup lewat atap sekolah kita ini memang membuat ngantuk” Terdengar suara Kathy yang menanggapi keluhan Dina sambil santai memainkan laptopnya,

“Kau ini! Aku serius tahu!” kata Dian yang agak marah dengan tanggapan sahabatnya itu.

“Hei Kathy” panggil Dian, namun Kathy hanya menoleh kearahnya beberapa detik.

“Kaaaaathhyyyy” teriak Dian,

“Apa?” jawab Kathy dengan dingin.

“Kau sedang apa sih? Lebih penting laptopmu itu atau aku sih? Kenapa kau tidak mendengarkanku sama sekali?” tanya Dian marah,

“Lebih penting laptopku” jawab Kathy tegas.

“Huhuhu aku tahu kau tidak pernah suka padaku, aku tahu kau lebih sayang laptopmu, tapi…tapi…huuuaaaa” Dian menangis dengan keras,

“Aku bohong, aku lebih sayang kamu. Aku akan mendengarkanmu, jadi diamlah oke?” teriak Kathy yang berusaha untuk menenangkan Dian, hal seperti ini memang sudah sering terjadi di antara Dian dan Kathy. meski begitu sebenarnya mereka memang saling menyayangi.

“Ada apa?” Tanya Kathy pada Dian yang tiba-tiba saja terdiam.

“Kau dengar itu? Sepertinya ada yang memanggil namaku….Itu, terdengar lagi!” Tanya Dian,

“Aku tidak dengar apa-apa” jawab Kathy bingung karena dia memang tidak mendengar apa-apa.

“Lho masa sih suaranya keras kok! Tuh kan terdengar lagi, aduuhh”

“Kenapa” Tanya Kathy khawatir,

“Telingaku sakit, aduuh sakit sekali” ringgis Dian.

“Kau tidak apa-apa? Aku akan memanggilkan seseorang sebentar” Kathy langsung  berlari untuk memanggil seseorang,

“Akhhh saakiiiit,” karena tidak kuat menahan rasa sakit di telinganya Dian pun pingsan.
 
***

Namun yang membuatnya terkejut adalah saat terbangun dia berada di tempat yang aneh, “Tempat apa ini, ikh tanahnya berlendir” kata Dian yang merasa jijik pada tempat itu.

Dian yang perasaannya mulai tidak enak mulai berjalan mencari jalan keluar, itu benar-benar tempat yang aneh. Tidak ada cahaya sama sekali, seperti malam dengan bulan berbalut awan. Namun yang lebih aneh lagi adalah tempat itu seperti dunia yang telah hancur, hanya terdapat puing-puing bangunan Juga banyak mainan-mainan rusak yang berserakan di jalan.

“Aneh sekali tempat ini. Tempat ini membuatku merasa tidak nyaman” keluh Dian,

“Kau tidak boleh berkata seperti itu” sebuah suara menggema ke seluruh tempat.

“Siapa kau ? tunjukan dirimu jangan bersembunyi !!” tanya Dian sambil berteriak,

“Aku berada di bawahmu” jawab suara itu lagi, Dian langsung melihat ke bawah. Dian sangat terkejut melihat sebuah kepala boneka yang hampir hancur berada tepat di bawah kakinya,

“Hahahahahahaha”  boneka itu tertawa dengan suara nyaring hingga Dian merasa telinganya akan rusak karena suara itu.

“Bo..boneka setan” seru Dian pada kepala boneka itu,

“Apa ? apa yang kau katakan ? kau yang telah membuatku begini ! kau yang merusakku !” kepala boneka itu berkata seperti itu dengan wajah yang berubah menjadi sangat menyeramkan, seakan-akan memiliki kaki kepala boneka itu bergerak mendekati Dian.

“Pergi ! jangan mendekat !” Dian berlari sekuat tenaga berusaha meninggalkan kepala boneka itu, tapi kepala boneka itu tetap berada di belakangnya.

“Aaahhhh” Dian benar-benar berlari sekuat tenaga,

“Andai saja aku punya sesuatu untuk mengusir makhluk itu” pikir Dian. Lalu Dian teringat dengan cermin yang ada di kantong baju seragamnya,

“Mungkin ini bisa di pakai” pikir Dian lagi. Saat Dian berbalik untuk melempar cermin itu, kepala boneka itu sudah tidak ada di belakangnya.

***

“Syukurlah” bisik Dian pelan,

“Nak kau tidak boleh melemparkan cermin itu, kau tahu jika cermin itu sampai pecah kau akan mengalami kesiaaln yang hebat” tiba-tiba saja terdengar suara seperti suara nenek-nenek di belakang Dian, Dian menoleh ke belakang dan melihat boneka yang menyerupai seorang nenek sedang berdiri di belakangnya.

“Nenek siapa?” Tanya Dian pada nenek itu,

“Aku grany, aku suka sekali memasak” jawab nenek itu sambil tersenyum. Dian hanya terdiam tak berani berkata apa-apa,

“Lihat ini makanan yang ku buat untuk tamu, tapi karena tamunya datang terlalu lama makanan ini jadi dibelatungi. Ini karena kau baru datang sekarang, kau harus memakannya! Kau harus memakannya!” nenek itu mendekati Dian dengan membawa makanan yang penuh dengan belatung, dan memaksa Dian memakannya. Dian berusaha lari tapi kakinya dipegangi oleh tangan boneka,

“Lepaskan, lepaskan kakiku” teriak Dian sambil berusaha membebaskan diri dari tangan boneka itu. Lalu nenek itu mendekat dan makin dekat, Dian benar-benar panik. Dian berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, namun nenek itu sudah sangat dekat.

“Tidak! Tidak! Jangan mendekat!!” teriak Dian dengan keras, saat Dian sudah pasrah tapi tidak terjadi apa pun. Mata Dian yang tadinya terpejam mulai terbuka dengan perlahan, dan nenek itu sudah menghilang. Dian melihat ke kanan dan kirinya, nenek itu sudah benar-benar menghilang.

***

“Aku benar-benar tidak mengerti apa yang telah terjadi tapi yang penting makhluk-makhluk itu tidak ada lagi” pikir Dian, lalu Dian mulai berjalan kembali untuk mencari jalan keluar. Tapi walau pun Dian sudah berjalan sangat jauh dia tetap tidak menemukan jalan keluarnya,

“Tempat apa ini sebenarnya? Kenapa tidak ada jalan keluar di mana pun? Mana lapar lagi” keluh Dian.

“Tidak! Aku tidak boleh putus asa pasti ada jalan keluarnya” kata Dian untuk menyemangati dirinya,

“Kkkrrrrrrrrrr” terdengar suara binatang.

“Apa itu kucing?” Tanya Dian heran, tapi suara itu terlalu keras untuk seekor kucing kecil.

Saat Dian menoleh ke arah puing-puing bangunan yang seperti atap kuil, Dian melihat ekor kecil melambai-lambai.

“Apa itu makhluk yang mengeluarkan suara tadi? Mungkin suara itu terdengar keras karena bergema.” Pikir Dian yang ingin berfikiran positif, Dian mendekati ekor itu dan memegangnya. Makhluk pemilik ekor itu pun menoleh pada Dian, Dian kaget sekali karena ternyata pemilik ekor itu bukanlah seekor kucing kecil yang manis tapi binatang besar yang aneh.

Makhluk itu memiliki kepala seperti kerbau  tanpa tanduk dengan badan besar yang berbulu dan kaki yang kecil, “Ma..maaf” Dian meminta maaf pada makhluk itu. Tapi makhluk itu hanya menjawab dengan dengusan kencang dari hidungnya dan memulai ancang-ancang untuk mengejar Dian, Dian pun mulai berlari dengan cepat. Dian berlari secepat mungkin, tapi makhluk itu tetap mengejar di belakangnya. Saat Dian berlari, tiba-tiba saja ada tangan yang menariknya.

“Ssstttt, jangan berisik nanti makhluk itu mendengarmu” kata seorang anak kecil pada Dian, anak kecil itu sangat cantik seperti boneka.

“Siapa kau?” Tanya Dian pada anak itu,

“Aku akan membantumu keluar dari sini” kata anak kecil itu. Anak kecil itu menarik Dian untuk pergi dari makhluk itu,

“Ayo ke sini” seru anak itu. Dian tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti anak itu, karena dia sudah tidak tahu lagi harus lari kemana. Saat mereka berdua berjalan pelan ternyata makhluk itu menyadarinya, mereka pun lari sekuat tenaga. Saat mereka berlari ternyata boneka-boneka rusak yang tadinya tertanam di bawah tanah merangkak keluar dan berusaha menangkap mereka.

“Ayo cepat !” anak itu menarik Dian memasuki sebuah hutan yang aneh, pohon-pohon di hutan itu berwarna hitam pekat membuat hutan itu menjadi sangat gelap. “Dimana ini ? di sini gelap sekali aku tidak bisa melihat apa pun” kata Dian resah,

“Ke arah sini” Dian mengikuti suara anak itu dan berhasil memegang sesutu yang Dian pikir tangan gadis itu.

Tapi saat api yang dibuat anak itu menyala, Dian sangat terkejut dan takut ternyata yang di pegangnya adalah tanduk seekor binatang yang menyerupai ulat bulu. Makhluk itu berusaha memakan Dian, tapi anak kecil itu melempari makhluk itu dengan batu sehingga makhluk itu berbalik menyerang anak itu. Dian tanpa pikir panjang memukul makhluk itu dan menyeret anak kecil itu lari, makhluk itu mengejar di belakangnya.

***

Mereka terus berlari sampai mereka menemukan sebuah cahaya yang mereka pikir adalah jalan keluar, tapi yang mengejutkan adalah ternyata itu adalah ruangan yang seperti tempat pengadilan. Ruangan itu di kelilingi dengan kursi panjang yang melingkar, kursi-kursi itu di isi-isi oleh boneka-boneka rusak dan binatang-binatang aneh. Makhluk-makhluk yang Dian temui pun ada dalam ruangan itu,

“Tempat apa ini? Hal buruk apa lagi yang akan terjadi padaku?” pikir Dian. Dian dan gadis kecil itu tidak bisa pergi dari ruangan itu karena makhluk tadi pasti masih ada di pintu masuk ruangan itu, saat Dian sedang berusaha mencari cara untuk keluar dari ruangan itu semua yang duduk di kursi melingkar itu meneriaki Dian.

“Itu anak yang menginjakku dan mengejekku sebagai boneka setan” kata kepala boneka yang di temui Dian pertama kali saat memasuki dunia itu,

“Dia memegang ekor kesayanganku” kata makhluk aneh yang seperti kerbau yang juga pernah di temui Dian.

“Dia membuat makanan yang kubuat dengan susah payah jadi dibelatungi” kata seorang nenek yang pernah memaksa Dian untuk memakan makanan berbelatung,

“Dian anak yang menyebalkan cepat hukum dia” seru semua yang ada di ruangan itu.

“Tunggu ! setidaknya kalian harus mendengar penjelasannya ” kata anak kecil yang telah banyak membantu Dian,

“Apa-apaan kau ? kau membela dia ? pengkhianat” seru salah satu boneka rusak pada anak kecil itu.

“Pengkhianat” teriak semua yang ada di situ.

“Diam kalian semua, benar apa yang dikatakan saly. Kita tidak bisa menghukum dia seenaknya” kata seorang gadis pada semua yang ada di ruangan itu, gadis itu memakai topi tinggi dan memakai jubah.

“Tapi hakim, dia…”

“Diam, apa kalian sudah tidak percaya padaku lagi sebagai pemimpin kalian? Apa kalian pikir aku tidak bisa berbuat adil?” pertanyaan hakim itu membuat semua yang ada di ruangan itu terdiam,

“Kau kemari!” hakim itu memanggil Dian untuk naik ke tempat penghakiman. Dian takut untuk menaiki tangga itu, tapi anak kecil yang telah membelanya itu tersenyum padanya seakan berkata “Tidak apa-apa”.

“Saly duduklah di tempat peserta pengadilan” perintah hakim itu pada saly, Dian melangkahkan kakinya menaiki tangga tersebut dan berhenti di tempat penghakiman seperti yang tadi di perintahkan hakim padanya.

“Apa kau Dian akan menjawab semua pertanyaanku dengan jujur?” Tanya hakim itu padanya,

“Ya aku bersumpah akan bicara jujur” Kata Dian dengan yakin. Lalu pengadilan itu kembali berisik mencemooh perkataan Dian.

“Diam semua” dalam sekejap ruangan itu kembali hening mendengar perintah hakim tersebut, Lalu hakim mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan pada Dian, dan Dian menjawab sesuai yang dia alami dan rasakan.

Lalu hakim bertanya lagi “Ini pertanyaanku yang terakhir, apa kau mengatakan jika kepala boneka yang kau injak adalah boneka setan?”

“Iya” jawab Dian, Dian selalu memegang kata-katanya. Dian tetap bicara jujur meski itu akan berakibat buruk. Mendengar jawaban Dian ruangan itu kembali dipenuhi oleh cemoohan-cemoohan untuk Dian,

“Diam kalian semua” setalah ruangan kembali hening hakim melanjutkan perkataannya

“Gadis ini tak sepenuhnya salah, dan aku menghormatinya karena dia telah bicara jujur” kata hakim itu pada semua peserta pengadilan,

“Tapi karena dia juga memiliki kesalahan, aku akn tetap menjatuhinya hukuman” ruangan itu yang tadinya merasa tidak puas dengan keputusan hakim langsung bersorak memujinya. Dian takut sekali dengan hukuman berat yang mungkin akan diterimanya,

“Karena penderitaannya di dunia kita ini, setengah hukumannya dianggap telah terpenuhi, jadi untuk memenuhi hukumannya yang sebagian lagi dia akan membawa salah satu dari kalian untuk dirawat di dunianya” kata hakim itu menjelaskan. Para peserta bertanya-tanya siapakah yang akan di bawa oleh Dian,

“Tapi hakim bagaimana dia tidak menjaga salah dari kami dengan baik?” tanya salah satu peserta.

“Tentu saja dia akan kembali ke sini dan akan di hukum dengan berat” jawab hakim dengan tegas,

“Kuperbolehkan kau memilih” kata hakim pada Dian. Setelah sejenak berfikir akhirnya Dian dapat memutuskannya,

“Aku akan membawa Saly” kata Dian.

Dian pikir pilihannya sudah tepat, tapi itu adalah pilihan yang akan di sesalinya seumur hidup. Saly akan membawa malapetaka bagi keluarganya,

“Apa kau yakin?” hakim kembali bertanya.

“Ya tentu saja” jawab Dian dengan yakin,

“Baiklah kalau begitu, lewati lubang yang ada disana kau akn kembali ke duniamu” kata hakim sambil menunjuk lubang yang ada di tengah ruangan, lalu Dian dan Saly menuju kesana. Saat Dian masuk kelubang itu dia melihat hakim berwajah cemas, seakan-akan keputusannya salah. Saat Dian sadar dia telah berada di rumah sakit, ibunya sangat senang melihat dia bangun. Ibunya bilang dia telah koma beberapa hari tanpa diketahui penyebabnya. Dian tidak berfikir bahwa yang dia alami adalah mimpi karena saat terbangun Saly yang telah menjadi boneka biasa berada di sampingnya, seminggu setelahnya Dian akan pulang kerumahnya. Ayah dan ibunya sedang mengurus administrasi, sedangkan Dian sedang bercerita tentang pengalamannya di dunia yang aneh pada sahabatnya.

“Benarkah ? aneh sekali” seru Kathy yang sedang mendengar cerita dari Dian,

“Yah begitu juga menurutku, tapi itu bukan mimpi buktinya Saly ada di sini sekarang. Lagipula mungkin ini salah satu hukuman karena aku tidak pandai menjaga barangku saat aku kecil” jawab Dian dengan senyuman.

“Tapi aku merasa mengenal wajah hakim itu” pikir dian,

“Ayo Dian kita pulang” kata ibunya sambil membawa tas berisi peralatan Dian. Dian pulang sambil memeluk Saly, tapi yang dia tidak tahu adalah bahwa Saly sedang tersenyum jahat dalam pelukannya.[]

Penulis: SPHYNXW | Blackwhiteangels


EmoticonEmoticon