Cerpen Horor: Kalong Wewe
"Heh, mau ke mana kamu?" tanya seorang nenek pada cucunya—kita sebut saja namanya Ratu—, ketika Ratu hendak keluar rumah, "Hari sudah gelap, jangan kamu berkeliaran di luar.""Tapi, Nek, ini malam kan terang bulan?" sanggah Ratunya.
"Pergilah sana kalau kamu ingin diculik Kalong Wewe!"
"Ha, apa itu Kalong Wewe, Nek?" Ratu pun mendekati Neneknya, tak jadi keluar.
"Kalong Wewe itu, hantu perempuan yang seram!" sahut Nenek, "Ia senang menculik anak yang berkeliaran malam-malam."
"Benarkah?" Ratu makin tertarik, "Seperti apa rupa hantu itu, Nek?"
"Rupanya sangat seram," Nenek menuturkan, "Rambutnya panjang dan gimbal—mirip Bob Marley :D. Kedua matanya membelalak seperti hendak keluar. Lidahnya menjulur panjang, demikian pula payudaranya, menggantung panjang hingga ke lutut."
"Hii, seram sekali," Ratu bergidik.
"Mau tahu kelanjutan cerita misteri, Nenek?" tanya Nenek.
Ratu mengangguk-angguk.
“Hantu itu biasa tinggal di pohon-pohon besar. Di tempat itu pula, ia menyembunyikan anak yang diculiknya," lanjut Nenek.
Ratu kian merapat pada neneknya, nenek pun meneruskan. "Dulu di kampung sebelah, ada seorang anak bernama Ucup. Pada suatu malam orang tua Ucup kebingungan, anaknya belum pulang. Rumah teman-teman Ucup didatangi, namun tak satupun yang mengetahui keberadaan anak itu. Kedua orang tua itu kian bingung. Para tetangga lalu berdatangan. Setelah mengetahui hilangnya Ucup, semua orang pun berkeliling mencari. Semua tempat bermain didatangi. Semua orang ditanyai. Namun, hingga lewat tengah malam hasilnya tetap nihil.
Akhirnya semua orang sepakat untuk menanyai Nyak Iden, seorang dukun beranak. Segera wanita tua itu dipanggil.
‘Wah celaka,’ ujar Nyak Iden setelah ia membaca jampi-jampinya, ‘Si Ucup diculik Kalong Wewe.’
Menangislah Ibu Ucup meraung-raung. Orang banyak kian kebingungan. Tetapi Nyak Iden tenang-tenang saja. Ia membakar kemenyan di pedupaan. Mulutnya komat-kamit, matanya terpejam. Beberapa saat kemudian Nyak Iden membuka mata.
‘Sekarang kalian pergilah ke pohon di dekat tegalan sana,’ ujar dukun beranak itu, ‘Di sana Kalong Wewe itu menyembunyikan Ucup.’
Berbondong-bondong orang pergi ke tegalan. Benarlah, di bawah Pohon Johar yang tumbuh di tepi tegalan itu, tampak Ucup tengah termangu-mangu. Maka suka citalah semua orang. Beramai-ramai orang menanyai Ucup. Namun, tak sepatah pun terucap dari mulut anak-itu. Mata anak itu hanya menatap kosong. Tampaknya ia seperti tak sadarkan diri. Segera orang membawa Ucup kepada Nyak Iden. Benar, Kalong Wewe belum sepenuhnya melepaskan Ucup. Dukun beranak pun kembali membacakan jampi-jampinya.
Baru pada hari ketiga Ucup baru dapat bicara. Menurut kisahnya, saat ia pulang kemalaman, ia terpisah dari teman-temannya. Lalu ia berjumpa seorang perempuan tua. Perempuan itu membujuknya untuk turut. Menurut Ucup, sesungguhnya ia tak ingin mengikuti perempuan Namun ia merasa tak mampu menolak. Maka ia pun dibawa terbang pohon Johar di tepi tegalan," demikianlah tutur nenek.
Setelah berkata demikian, seorang Nenek keluar dari dalam rumah. Ratu menengok ke dalam rumah, dan nenek yang keluar dari rumah bertanya pada Ratu, “Kamu bicara sama siapa, Cu?”
“Lho, Nenek kan tadi cerita misteri tentang Kalong Wewe, kok ada di dalam rumah?”
Nenek Ratu yang baru keluar tadi, buru-buru memasukkan Ratu ke dalam rumah. Ia merasa firasatnya tidak enak. Ternyata yang mengisahkan cerita misteri tersebut kepada Ratu di teras adalah Kalong Wewe itu sendiri yang menyamar menjadi Nenek Ratu. Beruntung, ia buru-buru keluar, jika tidak, Ratu mungkin sudah diculik olehnya.[]
EmoticonEmoticon