Tampilkan postingan dengan label Cerita Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Islami. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Januari 2017

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Yusuf, Ketampanan Yang Mengakibatkan Cobaan

Yusuf, Ketampanan Yang Mengakibatkan Cobaan
Anugerah Allah kepada Yusuf berupa ketampanan yang menakjubkan. Zulaihah melihat ketampanan anak angkatnya itu menjadi terpesona. Hingga bergetar hatinya. Naluri kewanitaannya membara.

Setiap saat istri Aziz, seorang menteri raja Mesir, hatinya berdebar-debar memikirkan bagaimana caranya untuk menyampaikan rasa cintanya kepada Yusuf.

Pada Suatu hari, ketika Yusuf berada di dalam rumah dan Aziz sedang menghadap raja Mesir, Zulaihah menggunakan kesempatan itu untuk menggoda dan merayu Yusuf, agar mau membalas cintanya. Setelah wanita itu menutup semua pintu, mulailah ia memperlihatkan keindahan-keindahan tubuhnya kepada Yusuf.

"Kemarilah, mendekat padaku, seluruh jiwa ragaku telah kusiapkan untukmu," kata Zulaihah.

Sejenak tergoda hati Yusuf melihat kemolekan tubuh Zulaihah, akan tetapi segera ia dapat menguasai dirinya.

"Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan dosa. Bagaimana mungkin aku akan melakukan perbuatan itu, sedang suamimu, Aziz adalah tuanku yang telah memuliakan dan berbuat baik kepadaku. Tidaklah patut sama sekali jika suatu kebaikan dibalas dengan pengkhianatan," jawab Yusuf menghindarkan diri.

Akan tetapi hati Zulaihah telah menjadi buta, sehingga ia tidak menghiraukan lagi ucapan Yusuf. Keinginannya tetap membara, dan Zulaihah menarik tubuh Yusuf agar mendekatinya. Jika Yusuf tidak mengetahui cahaya Allah yang dapat dijadikan perlindungan dirinya, pasti ia pun akan menuruti nafsunya.

Tatkala Zulaihah menariknya, Yusuf berusaha melepaskan diri dan lari menghampiri pintu keluar, wanita itu pun segera mengejar dan menarik baju Yusuf dari belakang, maka robeklah baju Yusuf.
 
Tetapi Yusuf tetap berusaha untuk bisa keluar dari ruangan itu. Begitu pintu terbuka, Aziz telah berdiri di muka pintu. Zulaihah dengan cepat menghampiri suaminya dan menuduh Yusuf akan melakukan perbuatan tak senonoh terhadap dirinya. Ia menuntut agar Yusuf diseret ke dalam penjara.

"Apa pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain dihukum dengan adzab yang pedih kata Zulaihah kepada suaminya.

Akan tetapi Yusuf menyangkal semua tuduhan itu.

"Sebenarnya dialah yang mencoba mengkhianati Anda sebagai suaminya," jawab Yusuf.

Ketika terjadi saling tuduh antara Zulaihah dan Yusuf, seorang saksi dalam rumah keluarga itu memberi kesaksian.

"Jika baju Yusuf koyak di bagian muka, maka Zulaihah yang benar, dan Yusuf yang berdusta. Dan, sebaliknya, jika baju Yusuf yang koyak bagian belakangnya, maka Zulaihah yang berdusta dan Yusuf yang benar."

Ketika Aziz melihat baju Yusuf koyak bagian belakangnya, ia berkata kepada istrinya.

"Sesungguhnya kejadian ini adalah tipu dayamu, ini adalah tindakan makar seorang istri terhadap suaminya."

Akan tetapi, Aziz lebih suka menyimpan peristiwa cemar itu.

"Lupakanlah peristiwa yang telah terlanjur terjadi dan rahasiakanlah," katanya kepada Yusuf.

"Mintalah ampun pada Tuhanmu atas dosa yang telah kau lakukan itu, dan bertaubatlah kepada-NYA karena engkau termasuk orang-orang yang berdosa," katanya lagi kepada istrinya. 

Peristiwa itu akhirnya tersebar dengan cepat di kalangan kaum wanita di kota itu. Mereka mengatakan, bahwa istri Aziz terpikat dengan hambanya dan merayu untuk menuruti kemauannya. Karena cintanya yang sudah membara sehingga melakukan perbutan yang sesat dan berdosa.

Gunjingan para wanita itu akhirnya sampai ke telinga Zulaihah, perempuan itu menjadi geram karena malu. Namun, ia berencana untuk membalas semuanya itu.

Pada suatu hari, Zulaihah mengundang para wanita di kota itu untuk suatu jamuan makan. Ia menyediakan banyak tempat duduk para tamu. Untuk lebih menyemarakkan dan memuliakan mereka menurut adat kebiasaan orang-orang terhormat.

Setelah semua tamu yang semuanya wanita itu duduk di tempat yang disediakan, Zulaihah menyuruh pelayan-pelayannya menghidangkan makanan. Masing-masing tamu diberi sebuah pisau yang biasa dipergunakan untuk memotong daging atau buah-buahan.

Kemudian mulailah para tamu menikmati hidangan itu dengan rasa gembira, saling bicara dan tertawa. Tiba-tiba Zulaihah menyuruh Yusuf untuk keluar ke ruang jamuan makan itu. Melihat Yusuf, semua tamu wanita itu tercengang  penuh kekaguman menyaksikan ketampanan pemuda itu, sehingga mereka tak sadar telah mengerat-ngerat jari tangannya sendiri ketika memotong makanan dan buah-buahan sambil mengagumi ketampananYusuf.

"Apakah dia itu manusia, kami kira dia adalah seorang malaikat yang mulia. Jika dilihat ketampanan dan kesempurnaannya," gumam mereka.

Ketika Zulaihah mengetahui bahwa seluruh wanita yang diundangnya itu mangagumi Yusuf seperti dirinya, ia merasa bangga dan puas.

"Inilah pemuda yang kalian gunjingkan karena aku mencintainya. Ternyata kalian juga mengagumi ketampanannya, sehingga kalian tak sadar telah melakukan perbuatan yang menyakiti diri kalian sendiri. Dan inilah pemuda yang telah aku rayu, tetapi dia menolak. Dan aku bersumpah di hadapan kalian, seandainya dia tidak menuruti apa yang aku perintahkan, pasti sudah kupenjarakan, agar ia menjadi orang yang terhina," kata Zulaihah.

Menyadari apa yang telah dilakukan, semua wanita undangan itu menjadi tersipu malu. Mereka memaklumi apa yang telah dilakukan Zulaihah, karena Yusuf benar-benar seorang pemuda yang sangat tampan.

Sementara itu, Ketika Yusuf mendengar ancaman Zulaihah, ia tidak menjadi gentar dan kemudian mengadu kepada Tuhan.

"Ya Allah, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakannya untuk melakukan perbuatan maksiat. Dan jika tidak Engkau hindarkan aku dari tipu daya kecantikan mereka, tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh."

Karena gunjingan antara Zulaihah dan Yusuf semakin tersebar ke seluruh pelosok kota, Aziz dan istrinya berpendapat bahwa mereka tidak bisa menghindari gunjingan negatif masyarakat, dan mulut mereka tidak bisa dibungkam kecuali dengan jalan menjebloskan Yusuf ke dalam penjara dengan tuduhan bahwa Yusuf  yang mencoba mengajak Zulaihah berbuat zina. Meskipun dengan jelas bahwa Yusuf tidak melakukan perbuatan itu.

Dan akhirnya Yusuf benar-benar dipenjara. Allah telah mengabulkan do'anya dan dihindarkan dari perbuatan maksiat. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar do'a yang pasrah.

Sumber: 
Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim.
Penyusun :Kidh Hidayat
Ilustrasi : Ir. Anam
Penerbit: Mitra Ummat, Surabaya



Jumat, 06 Januari 2017

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Kalung Pengikat Jodoh

kalung pengikat jodoh
Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi ketika berada di Mekah, suatu hari dia merasakan lapar yang amat sangat. Al-Qadhi tak menemukan sesuatu untuk mengganjal perutnya yang keroncongan, dan sepeserpun uang tak dimilikinya.

Tiba-tiba ia melihat sebuah kantung dari sutera yang diikat dengan kaus kaki yang terbuat dari sutera pula. Al-Qadhi kemudian memungutnya dan membawa pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, dibukanya kantung itu. Dan alangkah kagetnya Al-Qadhi ketika mengetahui isi kantung itu, sebuah kalung permata yang tak pernah dilihat seumur hidupnya.

Al-Qadhi kemudian keluar rumah, dan saat itu terlihat seorang lelaki tua yang berteriak mencari kantungnya yang hilang sambil memegang kantungg  kain yang berisi uang.

"Hai, barang sipa yang telah menemukan kantung sutera yang berisi permata milikku, dan mau mengembalikannya padaku, maka aku akan menebusnya lima ratus dinar," kata lelaki tua itu.

Mendengar itu, Al-Qadhi berpikir akan bisa memiliki uang itu jika mengembalikan  kantung sutera yang telah ditemukannya.

"Hai, Pak Tua kemarilah," Panggil Al-Qadhi.

Al-Qadhi kemudian mengajak lelaki tua itu pulang ke rumahnya. Lelaki tua itu kemudian menceritakan tentang kantung sutera, ciri-ciri kaus kaki pengikatnya, dan ciri-ciri permata serta jumlahnya berikut benang yang mengikatnya.

Al-Qadhi kemudian memberikan kantung  itu dan lelaki tua itu pun memberikan uang lima ratus dinar sebagai gantinya. Namun, Al-Qadhi tidak mau mengambil uang itu.

"Memang seharusnya aku mengembalikan barang itu kepada Bapak tanpa harus mengambil upah untuk itu, karena barang itu memang menjadi milikk Bapak," kata Al-Qadhi.

Al-Qadhi bersikeras tak mau menerima uang itu, namun lelaki tua itu juga memaksanya. Meskipun dipaksa, Al-Qadhi tetap pada pendiriannya. Akhirnya, setelah mengucapkan terima kasih, lelaki tua itu pergi meninggalkan rumah Al-Qadhi.

Beberapa waktu kemudian, Al-Qadhi pergi berlayar meninggalkan kota Mekah. Di tengah laut, perahu yang ditumpanginya pecah dihantam ombak.

Semua penumpang yang ada dalam perahu itu tenggelam bersama dengan harta benda mereka, hanya Al-Qadhi yang selamat dengan menumpang sebuah papan pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu ia terombang-ambing di tengah laut.

Akhirnya, Al-Qadhi terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Ia kemudian memasuki sebuah mesjid yang ada di pulau itu, dan duduk sambil membaca Al-Qur'an.

Mendengar cara Al-Qadhi membaca Al-Qur'an, beberapa orang penduduk pulau itu datang mendekatai Al-Qadhi.

"Ajarilah kami membaca Al-Qur'an," kata mereka.

Dan Al-Qadhi pun memenuhi permintaan mereka, mengajarinya membaca Al-Qur'an. Dari mereka Al-Qadhi memperoleh uang yang lumayan banyak.

Di dalam mesjid, Al-Qadhi menemukan beberapa lembar mushaf, diambil dan dibacanya.

"Kau bisa menulis?" tanya mereka.

"Ya," jawab Al-Qadhi.

"Kalau begitu, ajari kami menulis."

Mereka pun datang dengan anak-anak serta para remajanya. Mereka diajarinya tulis menulis oleh Al-Qadhi. Dari itu juga ia mendapatkan banyak uang.

"Kami mempunyai seorang putri yatim," kata salah seorang diantara mereka," dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?"

Namun Al-Qadhi menolak tawaran mereka.

"Tidak! Kau harus mau," desak mereka.

Akhirnya Al-Qadhi menuruti keinginan mereka. Ketika gadis itu dibawa ke hadapannya. Al-Qadhi melihat kalung permata yang pernah ditemukannya di Mekah melingkar di leher gadis itu.

Tak ada yang dilakukan Al-Qadhi saat itu, kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata di leher gadis itu.

"Sungguh, kau telah menghancurkan hati gadis yatim ini," kata salah seorang penduduk pulau itu. "Kau hanya memperhatikan kalung itu. Rupanya kau tak mau memperhatikan gadis yang memakainya."

Al-Qadhi kemudian menceritakan kepada mereka tentang kisahnya mengenai kalung itu. Setelah mereka tahu, serentak mereka meneriakkan tahlil dan takbir.

"Ada apa dengan kalian?" tanya Al-Qadhi.

"Tahukah engkau, bahwa orang tua yang pernah kau jumpai di Mekah dulu adalah ayah gadis ini. Dan dia pernah mengatakan, bahwa tidak pernah menjumpai seorang muslim sebaik orang yang telah mengembalikan kalung itu padanya. Maka dia berdoa, agar dipertemukan kembali dengannya untuk dapat menikahkan dengan putrinya. Dan sekarang rupanya hal itu menjadi kenyataan," ujar mereka.

Al-Qadhi kemudian mengarungi kehidupan bersama gadis itu, dan mereka dikaruniai dua orang anak. Ketika istrinya meninggal, kalung permata itu menjadi harta pusaka bagi Al-Qadhi dan dua orang anaknya. 


Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya

Kamis, 05 Januari 2017

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Ketaqwaan Yang Membawa Berkah

ketakwaan yang membawa berkah
Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasehati dia dan teman-temannya :
"Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya berkata:
"Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?" 

Sambil bergetar ibunya menjawab:
"Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?"
Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namum akhirnya si ibu angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata:
"Ayahmu itu dulu seorang pencuri." 

Pemuda itu berkata: "Guruku memerintahkan kami - murid-muridnya, untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut." 

Ibunya menyela: "Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?"

Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab: "Ya, begitu kata guruku."

Lalu dia pergi dan bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya' dan menunggu sampai semua orang tidur, sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (Syaikh).

Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal menganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya rumah tetangga itu ditinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya:
"Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim." 

Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya.
"Ha, di sini," Gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya.

Setelah berhasil masuk rumah itu, ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak , dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata: " Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang itu belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu." 

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran-lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan.

Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri: "Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!" Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah.

Tiba-Tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. Istrinya bertanya: "Apa ini?"
Dijawab suaminya: "Demi Allah, aku juga tidak tahu. "Lalu dia menghampiri pencuri itu: "Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?" 

Si pencuri berkata: "Shalat dulu, baru bicara. Ayo pergilah berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang berhak menjadi imam." 

Karena khawatir pencuri itu membawa senjata, si tuan rumah menuruti kehendaknya. Tetapi, Wallahu a'lam, bagaimana bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya: "Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?" 

Dia menjawab: "Saya ini pencuri."

"Lalu, apa yang kau perbuat dengan buku-buku catatanku itu?" Tanya tuan rumah lagi.

Si pencuri menjawab: "Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak." 

Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu keheranan.Lalu dia berkata: "Hai. ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?"

Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal.

Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka suami istri dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata; "Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku." 

Ia menjawab; "Aku setuju." 

Di hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya.


Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya
Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Tabah Dari Godaan

tabah dari godaan
Di kalangan Bani Israil, dahulu kala tersebutlah seorang laki-laki yang bernama Juraij, laki-laki itu seorang yang ahli ibadah.

Juraij membangun tempat ibadahnya yang jauh dari perkampungan penduduk. Siang dan malam ia melakukan ibadah di tempatnya yang terpencil itu.

Orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut tentang ketekunan ibadah Juraij, sehingga berkatalah seorang pelacur kepada mereka, " jika kalian menghendaki, aku akan memberinya ujian kepada Juraij."

"Baik. Silakan!" jawab mereka.

Maka perempuan lacur itu mendatangi tempat ibadah Juraij, menawarkan diri dan menggoda lelaki itu. Tetapi Juraij tak mempedulikan dan merasa tak tergoda oleh rayuan perempuan itu.

Karena merasa godaannya tak berhasil, perempuan itu kemudian berzina dengan seorang pengembala yang berteduh di dekat tempat ibadah Juraij.

Karena kekuasaan Allah, akhirnya perempuan itu hamil dan melahirkan seorang bayi.

Orang-orang menjadi gempar, dan bertanya kepada perempuan itu, "Hasil perbuatan siapa ini?"

"Juraij" jawab perempuan lacur itu.

Orang-orang itu kemudian mendatangi tempat Juraij, dan memaksanya keluar. Dengan beringas orang-orang itu menghancurkan tempat ibadah Juraij. Mereka mencaci dan memukuli Juraij hingga roboh bermandikan darah.

"Apa yang terjadi dengan kalian?" tanya Juraij tak mengerti dengan sikap orang-orang yang tiba-tiba datang dan memukulinya.

"Kamu telah berzina dengan perempuan, sehingga dia melahirkan seorang bayi," jawab mereka.

"Di mana perempuan itu?" tanya Juraij.

Orang-orang kemudian memanggil perempuan itu bersama bayinya. Juraij kemudian berdiri, shalat dan berdoa. Setelah itu ia menghampiri bayi dalam gendongan ibunya, dan ia mencoleknya dengan jarinya seraya berkata;
"Demi Allah, wahai bayi, siapakah ayahmu?"

"Aku adalah anak seorang gembala," jawab bayi itu. 

Betapa terkejutnya semua yang berada di tempat itu, mereka tak menyangka bayi dapat berbicara. Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah pengakuan bayi itu. Serta merta mereka memeluk Juraij dan minta maaf padanya.

"Kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas," kata mereka.

"Aku tak membutuhkan yang demikian, tetapi bangunlah sebagaimana mestinya," jawab Juraij.

Demikianlah kisah Abu Hurairah yang didengarnya dari Rasulullah Shallallahu "alaihi Sallam.

Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya

Rabu, 04 Januari 2017

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Ali Bin Abi Thalib Di Medan Perang

Ali bin Abi Thalib di Medan Perang
Ketika terjadi perang Uhud, mayat-mayat bergelimpangan di segenap penjuru. Tak satupun yang utuh. Di pihak syuhada Muslimin, korban-korban perang bangkai-bangkai yang dimakan binatang buas. Sungguh mengerikan.

Pihak musuh dipimpin oleh dua panglima Quraisy yang gagah perkasa, Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abi Jalal, yang mengamuk bagaikan macan-macan gurun yang haus darah. Rasulullah telah terluka. Hamzah pamannya telah dibantai oleh Wasya, tangan kanan Hindun istri Abu Sufyan. Wasya bukan hanya membunuh pahlawan utama kaum Muslimin itu, bahkan mengorek jantungnya, dan diserahkan kepada majikannya. Oleh Hindun, Jantung Hamzah dikunyah mentah-mentah sebagai pelampiasan dendam lamanya.

Ali bin Abi Thalib terlibat pertarungan dengan seorang panglima musyrik yang tangguh. Ia seorang yang cekatan dan lihai dalam menggunakan pedang, baik di atas kudanya maupun di medan pasir yang terik.

Darah Ali bin Abi Thalib telah membasahi sekujur tubuhnya. Pakaiannya telah tercabik-cabik, perisainya terlempar jauh. Kelebatan pedang lawan menyambar-nyambar bagaikan kilat, maut mengancam jiwanya. Ali benar-benar dalam bahaya yang sangat gawat.

Dalam suatu kesempatan, Ali berhasil menangkis pedang lawan yang mengarah ke lehernya, dan dengan cepat ia berhasil menggunting kaki panglima musyrik itu.

Orang kafir itu menjadi terkejut, ia tak menduga akan mendapat serangan semacam itu, maka ia terguling jatuh dan pedangnya terlepas yang segera di tendang jauh oleh Ali. Kemudian pahlawan kaum Muslimin muda itu dengan gesit melompat keatas tubuh lawannya. Dicabutnya pisau pendek dari pinggangnya, dan tangannya yang sudah terangkat tinggi siap untuk menghunjamkan pisaunya ke jantung musuh yang telah tak berdaya.

Namun tiba-tiba, tatkala dalam beberapa detik lagi pisau Ali yang berkilat-kilat ditimpa sinar matahari akan menghabisi nyawanya, orang musyirik itu meludahi muka Ali tepat mengenai mata, hidung dan mulutnya.

Ali mengurungkan niatnya. Tangan yang memegang pisau diturunkan kembali. Ia sangat jijik dan marah, wajahnya merah padam, dadanya nyaris meledak karena murka. Ludah orang itu bukan main busuknya, hampir saja Ali muntah-muntah.

Yang sangat mengherankan, dalam keadaan darahnya bergolak panas karena merasa dihina dan direndahkan. Ali bin Abi Thalib justru melemparkan pisaunya ke samping. Lalu ia segera berdiri dan menyuruh lawannya itu pergi.

Orang musyirik itu menjadi heran dan terbengong-bengong.

"Mengapa engkau melepaskan diriku? Kenapa engkau tidak jadi membunuhku? Gilakah dirimu, padahal seandainya tadi posisiku sepertimu, pasti kau sudah mampus!" kata orang musyirik itu dengan nada tidak percaya.

"Untuk membunuhmu bisa diselesaikan lain kali," jawab Ali seraya mengusap debu yang menempel di bajunya. "Tetapi, kalau aku membunuhmu sekarang, itu bukan karena Allah semata-mata, melainkan karena aku marah karena kau ludahi. Berbeda dengan sebelumnya saat aku benar-benar bertempur dengan dasar keyakinan untuk membela agama yang benar. Aku tidak mau mengotori tangan dan perjuanganku dengan darah manusia karena alasan hawa nafsu, betapapun besarnya kemarahanku karena kau hina dengan perbuatanmu meludahi wajahku tadi."


Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya

Senin, 02 Januari 2017

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Kisah Nabi Ayyub

kisah nabi ayyub

Tabah Menerima Cobaan

Nabi Ayyub adalah seorang Nabi yang sangat kaya raya. Istananya megah, rezekinya berlimpah, istri dan anaknya sehat walafiat.  Yang lebih penting dalam kemakmurannya itu, Ayyub tetap menjadi seorang hamba Allah yang Saleh dan kuat ibadahnya.

Kekayaannya yang melimpah ruah dan rumah tangganya yang sakinah, tidak menjadikan Ayyub lalai atau mabuk. Dia bahkan semakin tekun dengan bersujud dan berbakti. Demikian juga istrinya yang bernama Rahmah.

Para malaikat sampai kagum melihat ketaatan  Ayyub. Namun, sebaliknya.Iblis Hatinya merasa panas dan ingin mencoba menggoda Ayyub dan keluarganya.

"Ayyub berbakti kepada-Mu karena hartanya banyak, istananya megah, kebunnya luas dan subur. Biri-biri serta dombanya berkembang biak terus, dan anak-anaknya sehat wal afiat. Dia menyembah-Mu karena takut jatuh melarat," kata iblis yang dengki itu kepada Allah.

Iblis pun kemudian turun menghancurkan segala milik Ayyub. Semua kebun dan tanahnya yang dulu subur kini menjadi kering dan terbakar. Binatang ternaknya terserang wabah yang kemudian mati semua.

Setelah itu, Iblis datang menemui Ayyub dengan menyamar sebagai orang tua yang nampak bijaksana.

"Tuhan yang engkau sembah setiap hari ternyata tidak bisa menolongmu sama sekali. Aku sangat kasihan padamu, Ayyub. Cobalah kau mencari Tuhan lain yang mungkin dapat menolongmu," katanya.

Mendengar bujukan-bujukan Iblis itu, Ayyub tidak tergoda sama sekali, bahkan semakin tekun dia bersujud. Dia percaya, segala kenikmatan yang telah direguknya adalah pemberian Tuhan, dan Tuhan berhak mengambilnya sewaktu-waktu dan kapan pun.

Melihat semua itu, Iblis menjadi kecewa dan marah, dia menghadap Tuhan dan berkata;
"Ayyub masih taat kepada-Mu karena dia masih punya anak. Aku akan membinasakan seluruh anak Ayyub. Barulah nanti kau tahu bahwa iman Ayyub tidak seberapa kuatnya."

Maka Iblis-iblis itu segera menyebarkan wabah penyakit dan bencana. Semua anak Ayyub meninggal, istana tempat tinggal mereka hancur hingga menjadi puing-puing karena gempa.

Melihat kejadian-kejadian yang menimpa dirinya, Ayyub hanya memandangnya dengan meneteskan air mata. Dari mulutnya hanya keluar ucapan tawakal dan pasrah diri.

Datanglah kembali Iblis yang menyamar sebagai orang tua itu.
"Begitukah balasan Tuhan atas ketaatan dan kekhusyukan ibadahmu? Kau memuji-muji keagungan-Nya dengan tak henti-henti, tetapi apa yang kau dapatkan? hanya bencana dan kesengsaraan."

"Dia lah yang memberi, dan Dia pulalah yang mengambil. Dia yang menghidupkan, Dia juga yang mematikan," jawab Ayyub.

Iblis menjadi semakin berang. Kembali dia menghadap Tuhan.

"Ayyub tetap taat kepada-Mu karena dia sehat. Ayyub masih bisa bekerja dan masih bisa punya anak lagi. Kalau dia sakit parah, sehingga lenyap tenaga dan kesehatannya, pasti dia akan berpaling dari-Mu.

Iblis kembali turun, menularkan penyakit yang sangat berbahaya pada sekujur tubuh Ayyub. Kudis bernanah terdapat di kepala hingga ke kaki, dan baunya sangat busuk sekali.

Namun, Ayyub masih tetap tabah dalam iman dan taqwa. Dia hanya menyerahkan nasib kepada Allah. Tak seorang pun tabib yang dapat mengobatinya, hingga tak mampu lagi ia berobat karena tak ada biaya.

Semua orang tak ada yang mau menjenguk atau mendekatinya, karena bau tubuh Ayyub bisa membuat orang muntah-muntah, dan juga karena takut tertular penyakit yang menjijikkan itu.

Hanya Rahmah, istrinya, yang dengan sabar mendampingi Ayyub, merawatnya dengan baik. Kudis bernanah yang penuh dengan ulat dicucinya tiap hari. Padahal semua orang yang lewat harus mendekap hidungnya, karena tak kuat mencium bau busuknya.

Akhirnya, sampailah penderitaan Ayyub dan istrinya pada puncaknya. Orang kampung berduyun-duyun mendatangi rumah Ayyub. Dengan paksa dan disertai ancaman mereka mengusir Nabi Ayyub dan istrinya agar segera keluar dari kampung mereka. Dengan susah payah Rahmah mengendong suaminya dan tinggal di sebuah gubuk kecil terpencil di tepi hutan.

Tiap hari Rahmah keluar menjual sisa-sisa barang miliknya untuk dibelikan makanan. Hingga akhirnya sisa barang yang dimilikinya ludes. Dalam keadaan kelaparan, Rahmah kemudian mencari pekerjaan, dia diterima di sebuah pabrik roti. Tetapi, ketika diketahui bahwa dia adalah istri Ayyub. Pemilik pabrik roti itu buru-buru memecatnya, takut kalau nanti rotinya tidak laku.

Karena merasa putus asa, Rahmah kemudian memotong rambutnya yang panjang dan ikal untuk dijual dan sekedar digunakan membeli roti.

Ketika pulang, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang tabib.

"Hai Rahmah, engkau istri Ayyub, bukan? " sapa tabib itu. Suamimu akan bisa sembuh jika dia mau minum sebotol arak. Bawalah ini, berikan kepada suamimu."

Tanpa pikir panjang lagi, Rahmah menerima arak yang disodorkan tabib itu. Dengan perasaan gembira ia pulang dengan mempercepat langkahnya.

Sesampai di rumah, Rahmah langsung menemui Ayyub. Dan betapa terkejut dan marah Ayyub ketika melihat kepala istrinya yang telah dipotong rambutnya untuk dijual. Lebih marah lagi ketika Rahmah menceritakan pertemuannya dengan seorang tabib di tengah jalan tadi.

"Dia memberikan obat agar kau dapat sembuh dari penyakitmu," kata Rahmah.

"Obat apa itu?" tanya Ayyub tidak senang.
"Arak."

"Haram!!" teriak Ayyub dengan murka. " Apakah kau akan menyeret aku ke neraka, Hah! Keluar kamu dan pergi dari sini! Awas, bila nanti badanku sudah sembuh, akan kucambuk kau seratus kali!"

Sambil menangis Rahmah keluar. Hatinya sangat sedih bukan karena diusir, tetapi karena memikirkan suaminya. Seandainya dia pergi, siapa yang akan merawatnya?. Dengan bingung dan gelisah Rahmah berkeliaran ke sana ke mari seharian. Menjelang sore, ia tak tahan lagi. Karena sangat cintanya kepada suami, ia cepat-cepat kembali ke gubuknya.

Begitu memasuki gubuk, Rahmah jadi terkejut, Ayyub tidak lagi berada di atas pembaringannya. Kemanakah dia? Siapakah yang membawanya? Sebab tidak mungkin suaminyanya itu bangun sendiri dari tempat tidurnya.

Rahmah menangis sedih sambil duduk bersidekap, dua telapak tangannya menutup wajahnya. Tiba-tiba sebuah tangan seorang laki-laki mengelus pundaknya dengan mesra dari belakang. Rahmah jadi terkejut, ia menoleh sambil menjerit. Di belakangnya telah berdiri seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Meskipun wajahnya mirip dengan suaminya ketika masih sehat dulu. Laki-laki itu nampak gagah, bersih dan sehat. Bau tubuhnya pun sangat harum.

"Siapa engkau ? Sungguh kurang ajar dirimu yang tak memiliki kesopanan!" teriak Rahmah dengan marah.

"Aku Ayyub, suamimu," jawab laki-laki itu sambil tersenyum.

"Ayyub........?

Ya. Ketika engkau pergi, tiba-tiba terpancar air di depanku. Hawanya panas dan berbau belerang. Aku diperintahkan Allah untuk mandi dengan air tersebut, membersihkan badanku. Selesai mandi beberapa saat, sedikit-demi sedikit kudis yang menempel di kulitku rontok. Kulitku kembali bersih seperti dulu. Dan inilah aku sekarang. Suamimu."

Betapa gembira dan bahagianya Rahmah melihat suaminya sembuh dari penyakitnya. Mereka kemudian berpelukan merasakan kebahagiaan yang telah lama hilang.

Setelah itu, Ayyub mengambil dahan ranting kecil sebanyak seratus batang, lalu diikat menjadi satu. Rahmah dipukulnya sekali untuk membayar ancamannya ketika marah kepada istrinya beberapa waktu lalu. Selanjutnya mereka hidup bahagia serta menurunkan Nabi-Nabi di belakang hari.

Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya


 

 

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Kisah Nabi Luth

kisah nabi luthHancurnya Kota Sadum

Nabi Luth tinggal di desa Sadum, yang terletak di wilayah Palestina. Nabi Luth tinggal di desa itu dengan seorang istri dan dua orang anak perempuannya.

Perangai penduduk desa Sadum sangat jahat dan kotor. Nabi Luth sudah berkali-kali mengajak mereka agar menempuh jalan hidup yang baik, namun seruannya selalu sia-sia. Mereka tak mau mengubah tingkah lakunya yang sesat. Penduduk Sadum suka menipu, memperdaya orang lain, merampok, dan jika perlu membunuh.

Dan yang lebih keterlaluan lagi, kaum lelaki bukannya mengejar kaum wanita, tetapi mereka lebih tertarik kepada lelaki yang muda dan bersih. Mereka lebih senang melepaskan nafsu berahinya dengan sesama jenis.

Kaum wanita hanya sekedar dipergunakan untuk menyambung keturunan. Laki-laki tidak mau menggauli wanita dengan mesra, hanya seperlunya saja. Karena itu, kaum wanita pun akhirnya mencari kepuasan pada sesama jenis juga.

Perbuatan terkutuk itu dipelopori oleh istri Nabi Luth sendiri. Bahkan, dia yang selalu memberikan informasi kepada laki-laki di desanya apabila ada seorang pemuda asing yang tampan lewat desanya, atau ada calon korban perampokan yang bisa dijadikan mangsa. Sebagai imbalan, ia akan menerima gadis-gadis belia untuk dijadikan pelampias birahinya.

Sudah puluhan tahun Nabi Luth memeras keringat untuk menyadarkan mereka, termasuk istrinya sendiri. Namun, kejahatan mereka semakin hari semakin bertambah menjadi-jadi. Melalui firman-firman Allah disampaikan janji-janji surga dan kebahagiaan abadi bagi mereka yang mau taat, dan ditakut-takuti dengan ancaman neraka bagi mereka yang selalu melakukan perbuatan tercela.

Tetapi, peringatan itu bukannya digubris, malah dicemoohnya. Yang paling mengejek dan ingkar di antara mereka justru istri Nabi Luth sendiri.

Karena merasa sudah kehabisan daya upaya, akhirnya Nabi Luth mengadu ke hadirat Allah;
"Ya, Allah tunjukkanlah kepada kaum kami yang sesat ini. Andaikata petunjuk itu masih juga ditolak, turunkanlah kepada mereka nasihat yang bukan hanya berupa kata-kata atau ancaman saja. Datangkanlah azab yang dahsyat agar mereka mau kembali. Jika semuanya itu masih tak diindahkan oleh mereka. Musnahkanlah mereka sama sekali. Sebab sudah tak ada gunanya lagi mereka hidup, mereka cuma akan menambah sengsara dan kerusakan di atas bumi ini." 

Doa Nabi Luth dikabulkan oleh Allah. Maka turunlah dua malaikat dari langit. Mereka singgah di tempat Nabi Ibrahim dengan menyamar sebagai manusia.

Setelah dihormati layaknya tamu biasa, barulah kedua malaikat Allah itu menerangkan siapa sebenarnya mereka. Nabi Ibrahim merasa ngeri setelah mendengar penuturan malaikat itu tentang azab yang bakal diturunkan kepada penduduk Sadum, kaum Nabi Luth itu.

Dengan menyamar sebagai pemuda yang tampan dan berkulit halus. Kedua malaikat itu kemudian meninggalkan rumah Nabi Ibrahim, berangkat menuju desa Sadum yang penduduknya amat durhaka.

Di pinggiran desa Sadum, terlihat ada seorang gadis tengah mengambil air minum, kedua malaikat itu segera menhampirinya, dan meminta agar mereka diterima sebagai tamu di rumah gadis itu.

Dengan ketakutan gadis itu menceritakan tabiat penduduk Sadum yang suka membunuh karena memperebutkan anak muda yang tampan. Diberitahukan pula bahwa mereka senang sekali memperkosa lelaki muda dengan cara yang amat kotor dan mesum. Tetapi, dua malaikat yang menyamar itu bersikeras ingin bertamu.

Gadis yang ternyata adalah putri Nabi Luth, tidak berani menerima mereka sebelum ada ijin dari ayahnya. Maka pulanglah gadis itu.

"Ayah, di batas desa ada dua orang lelaki muda yang sangat tampan. Belum pernah kulihat lelaki setampan mereka. Mereka ingin bertamu dan menumpang tidur di rumah kita. Bagaimana, Ayah ? Apakah kita akan menerima mereka ?"

Mendengar penuturan anak gadisnya, Nabi Luth menjadi terkejut dan bingung. Bila diterima permintaan kedua pemuda itu, ia kuatir bakal terjadi bencana atas kedua pemuda itu. Tak dapat dibayangkan, penduduk desa Sadum itu pasti akan datang berebutan untuk memperkosa mereka. Tetapi kalau ditolak, kepada siapa lagi mereka bisa menumpang?

Akhirnya, dengan sembunyi-sembunyi Nabi Luth menemui kedua pemuda itu. Setelah bersalaman dan bertutur kata sejenak, Nabi Luth kemudian memberitahukan cara-cara agar kedatangan mereka jangan sampai diketahui oleh penduduk. Mereka harus berhati-hati sekali, jangan sampai rahasia mereka terbuka.

Ketika hari telah gelap, mereka mengendap-ngendap memasuki desa Sadum, dan langsung ke rumah Nabi Luth. Namun, alangkah terkejutnya Nabi Luth, begitu tiba di rumahnya, penduduk desa Sadum sudah berkerumun dengan wajah beringas. Ternyata, istri Nabi Luth sendiri yang telah membocorkan rahasia itu.

"Hai Luth, serahkan kedua pemuda itu kepada kami," teriak para penduduk." Jangan kau habiskan sendiri makanan yang lezat itu."

Mendengar teriakan-teriakan histeris itu, berdiri bulu kuduk Nabi Luth. Dengan keberaniaanya selaku Nabi, lalu dia keluar dan berbicara dengan kaumnya.

"Hai kaumku sekalian! bertobatlah kamu dari perbuatan keji ini. Kembalilah pada aturan yang ditetapkan Allah, dan takutlah kepada siksaan-siksaanNYA yang dahsyat!"

Seruan Nabi Luth itu hilang tertelan oleh teriakan-teriakan kemarahan. Sebagian penduduk itu sudah bergerak hendak menyerbu ke dalam rumah. Melihat keadaan yang semakin gawat, Nabi Luth segera masuk ke dalam rumah dan menguncinya. Dari sebuah jendela ia berbicara lagi kepada kaumnya.

"Hai saudara-saudaraku! Kembalilah kalian kepada perempuan-perempuan yang telah dihalalkan sebagai istri yang sah. Hiduplah yang wajar sebagai fitrah laki-laki. Apabila kalian tak mau mendengar nasihat-nasihatku ini, aku takut siksaan Allah akan segera membinasakanmu."

Jika nafsu telah berada di puncaknya, dan birahi telah sarat dengan rangsangan, apalagi yang dapat menghalangi, kecuali iman? Sedangkan mereka tak memiliki iman sama sekali. Oleh sebab itu seruan Nabi Luth itu tak diacuhkan sedikitpun. Bagaikan binatang buas yang menginginkan mangsanya, mereka mendobrak masuk untuk merebut kedua pemuda tampan itu.

Dengan tenaga tuanya, Nabi Luth berusaha mempertahankan kehormatan rumahnya. Namun, seberapa besar kekuatan orang tua untuk menghadapi manusia-manusi yang sudah kerasukan setan itu? Disaat-saat yang mengkhawatirkan, kedua pemuda itu berkata;
"Hai Luth, janganlah kau khawatir dan takut. Kami berdua adalah malaikat yang diutus Allah untuk mengabulkan doamu. Mereka tak akan mampu menganggu kita. Bahkan sebentar lagi mereka akan dihancurkan. Ayo ikuti kami, kita pergi dari tempat ini. Ajak kedua anak perempuanmu yang shalehah, dan tinggalkan istrimu yang durhaka, sebab dia termasuk yang harus dimusnahkan.

Dengan cara diluar kekuasaan manusia, Nabi Luth dan kedua anaknya beserta beberapa orang yang beriman dan kedua malaikat itu sendiri, meloloskan diri dan selamat hingga keluar dari desa terkutuk itu.

Setelah orang-orang yang shaleh tak ada lagi di desa Sadum, tinggallah pendurhaka-pendurhaka yang tengah dihinggapi nafsu setan itu, turunlah azab Tuhan yang telah dijanjikan.

Mula-mula bumi bergoyang, semua bangunan bergetar dan runtuh. Matahari yang semula memancarkan sinarnya, tiba-tiba menjadi gelap seketika, laksana malam tanpa bintang.

Penduduk Sadum menjerit-jerit ketakutan. Mereka berlari  kesana-kemari tak mengenal arah, menabrak-nabrak apa yang ada dihadapannya. Tiba-tiba terdengar bunyi menggelegar, gunung-gunung meletus, sungai meluap, gelombang di laut mengganas. Kemudian turun hujan batu berbungkah-bungkah, sehingga Desa Sadum beserta penghuninya terkubur, rata dengan tanah.

Demikian kisah kaum yang dimushkan oleh Allah karena perbuatan-perbuatan mereka yang amat durhaka.

Sumber: Buku 30 Dongeng Sebelum Tidur Untuk Anak Muslim
Penyusun: KidhHidayat, MB. Rahimsyah
Diterbitkan oleh: Mitra Ummat Surabaya