Tidak seperti pagi biasanya, hari pak jago tidak berkokok kencang. Apakah Pak Jago lupa? Tidak. Pak Jago bukan ayam pelupa. Ia juga bukan pemalas. Hanya ada satu sebab, Pak Jago Sakit.
Sakit?" tanya Bella.
"Ya, sakit tenggorokan," kata Otekotek, istri Pak Jago menjelaskan.
"Apakah badannya demam?" tanya Weki Bebek.
"Ya, badannya demam, napasnya berat."
"Menular?"
"Aku tidak tahu."
"Jangan-jangan ..." Bella tidak melanjutkan kata-katanya. Tapi Otekotek sempat melihat sekilas ada kecurigaan di mata Bella dan Weki. Lebih tepatnya takut. Otekotek tahu ke arah mana jalan pikiran teman-temannya.
"Kalian jangan berpikir seperti itu. Pak Jago tidak mungkin SARS, seperti yang sekarang ramai dibicarakan . Dan kalaupun Pak Jago kena, tidak pantas kalian menjauhinya. Coba bayangkan, Pak Jago bisa tersinggung," kata Otekotek.
"Jadi,Pak Jago memang terkena SARS?"tanya Weki.
"Huh, sulit sekali menjelaskan kalian ini!"
"Lho,tadi katanya sakit tenggorokan, kok sekarang sakit yang menular itu. Mana yang benar?"tanya Bella tak kalah bingung.
"Terserah kalianlah mau bilang apa. Yang jelas aku akan tetap menungguinya sampai sembuh.Titik!"
Otekotek meninggalkan Bella dan Weki yang kebingugan.
Kabar yang belum pasti biasanya lebih cepat tersebar. Berita tentang penyakit menular yang diderita Pak Jago juga demikian. Akibatnya seluruh isi peternakan menjauhinya. Beberapa hari kemudian, seluruh hewan ternak di desa itu menjauhinya, tidak satupun yang menengok. Hanya Otekotek yang menunggui, itulah yang membuatnya bersedih.
"Oh, sungguh malang nasib kita Pak Jago. Bahkan teman-teman dekat kita sendiri tidak mau menengok. Mereka semua ketakutan sebelum tahu berita sebenarnya," kata Otekotek meratapi nasibnya.
"Ya, tidak apa-apa. Kan jadi ketahuan siapa teman setia, siapa bukan," kata Pak Jago dengan lemah.
"Tapi, kan Pak Jago belum tentu kena SARS?"
"Ya, mungkin saja. Aku juga belum tahu."
Jawaban Pak Jago makin membuat Otekotek sedih. Ia juga sangat menyayangkan sikap teman-temannya yang menjauh. Ia ingin berkeluh kesah, tapi pada siapa?
"Saat menunggui orang sakit, sebaiknya kita lebih bersemangat. Kalau terus-terusan sedih lama-lama kita akan ikut sakit, dua kali merepotkan," kata Pak Panjul saat menengok kandang.
Dengan berderai air mata Otekotek menceritakan semua yang dialaminya. Pak Panjul mendengarkan dengan seksama.
"Aku sudah mengerti kok. Bella dan Weki hanya salah paham. Mereka boleh saja merasa takut, itu hak mereka. Tapi aku yakin, mereka tidak bermaksud menjauhi kalian," kata Pak Panjul.
Tak berapa lama setelah Pak Panjul mengatakan hal itu, Bella dan Weki datang menjenguk sambil membawa buah-buahan segar.
"Kami datang! Cepat sembuh ya, Pak Jago!" Kata Bella dan Weki bersamaan.
"Awas lho, nanti ketularan!" kata Otekotek sambil melengos.
"Hihihi, kalau mau ketularan sih sudah dari kemarin!" kata Weki tak mau kalah.
"Sudah, sudah, kok malam berantem lagi. Tuh, yang sakit jadi nggak bisa tidur," kata Pak Panjul sambil melirik Pak Jago.
"Aku senang mendengar kalian berantem lagi, itu artinya semua sudah normal," kata Pak Jago sambil tersenyum.
Keesokan harinya, Pak Jago sudah bisa berkokok lagi.
"Kukuruyuuuuuk, selamat pagi kalian semua!"
Sumber: Majalah Bobo Edisi 02 tahun III, 27 Mei - 3 Juni 2003
Penulis : Sony
Ilustrasi : Andres
EmoticonEmoticon