Pangeran Joyokusumo dari Solo adalah salah seorang ulama besar. Sebenarnya ia dapat menjadi raja. Akan tetapi, hatinya lebih tertarik untuk menjadi ulama daripada menjadi raja. Ia menyerahkan kekuasaan tahta kerajaan kepada adiknya yang bernama Suciptokusumo.
Untuk menghindari kemarahan rakyatnya atas penolakan itu, Pangeran Joyokusumo bersama istrinya meninggalkan tanah kelahirannya. Mereka berdua mengembara tanpa arah.
Pangeran Joyokusumo membuat sebuah rakit bambu. Mereka berlayar dengan membawa seekor angsa. Unggas itu akan dipergunakan sebagai tanda penentu dimana mereka harus mendarat. Caranya, angsa itu dilepaskan di darat. Di tempat ia berhenti, di sanalah Pangeran Joyokusomo akan bertempat tinggal.
Atas perlindungan Yang Maha Kuasa. Pangeran Joyokusomo selamat dalam pelayaran dan mendarat di suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Jambi. Tanah tempat Pangeran Joyokusumo mendarat diberi nama "Tanah Pilih". Selama dalam pelayaran Sang Pangeran juga membuat sebuah mimbar, yang kemudian ditempatkannya di dalam mesjid yang didirikannya di kediamannya yang baru.
Setelah bertahun-tahun menetap di Tanah Pilih, Pangeran Joyokusomo memperoleh tiga orang anak, Anak pertama putri, bernama Putri Ayu Pinang Masak. Kemudian ia dikenal dengan sebutan Putri Ayu. Anak kedua dan ketiga laki-laki.
Putri Ayu seperti namanya memang cantik wajahnya. Ia selalu memesonakan siapa yang memandangnya. Kecantikannya terkenal ke seluruh daerahnya. Banyak anak raja datang meminang. Diantaranya ada seorang putra raja yang datang dari negeri Cina. Namanya Tan En Lai. Lamaran pangeran Cina ini diterima Putri Ayu dengan syarat bahwa ia harus dapat mendirikan istana, yang tingginya sampai ke langit. Istana itu harus diselesaikannya dalam waktu satu malam, yaitu sebelum ayam jantan berkokok dan sebelum fajar menyingsing.
Tan Eng Lai menyanggupi syarat itu. Ketika malam tiba. Tan Eng Lai mulai menyingsingkan baju dan mengerahkan tenaga gaibnya. Berkat kesaktiannya, sebelum fajar menyingsing istana buatannya hampir selesai. Melihat keadaan ini, ayah Putri Ayu yang sebenarnya tidak ingin mempunyai menantu seorang putra raja Cina, menjadi amat cemas.
Pangeran Joyokusumo segera mengerahkan kesaktiannya, agar matahari mau terbit lebih awal daripada seharusnya. Hari mulai terang sebelum istana dapat diselesaikan. Ayam-ayam jago pun terdengar berkokok bersahut-sahutan, karena juga tertipu oleh keadaan. Dengan demikian, lamaran Tan Eng Lai dapat ditolak secara halus.
Karena geram dan merasa dirinya sial, Pangeran Tan Eng Lai segera menendang istana yang belum selesai. Istana itu hancur. Pangeran Cina segera meninggalkan Jambi.
Putri Ayu yang sebenarnya juga jatuh cinta kepada Tan Eng Lai amat menyesal, karena ia telah mengajukan syarat sesuai nasehat ayahnya. Putri Ayu jatuh sakit dan tidak lama kemudian ia meninggal dunia. Ia dikebumikan di Tanah Pilih.
Bekas retuntuhan istana itu sampai kini masih dapat disaksikan di Muara Jambi dan diberi nama Tan Talanai.
Kesimpulan
Cerita ini dapat digolongkan ke dalam legenda, karena oleh penduduk setempat dianggap benar-benar terjadi, Mereka dapat membuktikan tentang masih adanya tempat-tempat seperti Tan Talanai dan makan Putri Ayu.
Makan itu sampai sekarang masih dianggap keramat, banyak penziarah yang datang kesana. Menurut kepercayaan, batu-batu nisan makam Putri Ayu dan papan pedapurannya pernah dibawa ke Museum Nasional di Jakarta. Secara gaib benda-benda itu pada waktu berlayar telah lenyap dan kembali sendiri ke Jambi.
Hal ini terjadi hingga tiga kali, sehingga akhirnya pemerintah kolonial tidak berani lagi mengusiknya. Namun, beberapa tahun setelah kejadian itu, pemerintah Belanda terpaksa mau memindahkan makam Putri Ayu ke tempat lain karena tanah makam itu hendak di jadikan jalan. Juga kali ini, gagal, karena kuli yang ditugaskan menggali makam itu mendadak sakit dan meninggal dunia. Akibatnya, jalan yang hendak di bangun itu dipindahkan lima meter dari makam itu.
Karena telah terjadi berkali-kali keajaiban, menurut kata orang, pemerintah kolonial telah menoropong isi makam Putri Ayu dengan mempergunakan alat khusus. Ternyata jasad Putri Ayu terlihat masih utuh, berbaring, seolah-olah sedang tidur nyenyak.
Kesimpulan
Cerita ini dapat digolongkan ke dalam legenda, karena oleh penduduk setempat dianggap benar-benar terjadi, Mereka dapat membuktikan tentang masih adanya tempat-tempat seperti Tan Talanai dan makan Putri Ayu.
Makan itu sampai sekarang masih dianggap keramat, banyak penziarah yang datang kesana. Menurut kepercayaan, batu-batu nisan makam Putri Ayu dan papan pedapurannya pernah dibawa ke Museum Nasional di Jakarta. Secara gaib benda-benda itu pada waktu berlayar telah lenyap dan kembali sendiri ke Jambi.
Hal ini terjadi hingga tiga kali, sehingga akhirnya pemerintah kolonial tidak berani lagi mengusiknya. Namun, beberapa tahun setelah kejadian itu, pemerintah Belanda terpaksa mau memindahkan makam Putri Ayu ke tempat lain karena tanah makam itu hendak di jadikan jalan. Juga kali ini, gagal, karena kuli yang ditugaskan menggali makam itu mendadak sakit dan meninggal dunia. Akibatnya, jalan yang hendak di bangun itu dipindahkan lima meter dari makam itu.
Karena telah terjadi berkali-kali keajaiban, menurut kata orang, pemerintah kolonial telah menoropong isi makam Putri Ayu dengan mempergunakan alat khusus. Ternyata jasad Putri Ayu terlihat masih utuh, berbaring, seolah-olah sedang tidur nyenyak.
Sumber : Buku Cerita Rakyat Dari Sumatera
Oleh : James Danandjaya
Penerbit : Grasindo
Oleh : James Danandjaya
Penerbit : Grasindo
EmoticonEmoticon