"Besok Tante Indri mau main ke sini," kata Mama sambil sibuk menyiapkan makan malam.
"Besok? Ria berhenti mengelap piring makan. "Dengan Moza?"
Mama tersenyum, memandang Ria. "Tentu saja."
Ria meneruskan membantu Mama menyiapkan makan malam. Tetapi pikirannya tak lagi berpusat pada kegiatan yang dikerjakannya. Ria memikirkan besok. Memikirkan Moza.
Besok, aku bisa bilang pada Mama, sudah ada janji ke toko buku dengan Penny. Ria tersenyum senang. Tetapi mendadak Ria ingat sesuatu. Baru kemarin ia ke toko buku. Pasti Mama tak mengizinkan. Hmmm, aku akan bilang pada Mama, mau antar Bella ke rumah neneknya. Setiap Minggu Pagi, Bella, kan ke rumah neneknya.
Tetapi, Ria menjadi ragu. Mama tahu, Ria tak suka berlama-lama di rumah nenek Bella.
Aha! Ria menjentikkan jari. Besok aku akan ikut Papa ke bengkel. Tadi Ria sempat mendengar pembicaraan Mama dan Papa soal mobil yang harus di bawa ke bengkel. Tetapi, lagi-lagi Ria Ragu. Apa Iya Papa mau mengajaknya ke bengkel?
Hu-uh! Ria bingung sendiri dengan rencana-rencananya. Bagaimana besok saja, deh! Ria menyerah.
Sebenarnya Ria senang setiap kali Tante Indri datang. Tante Indri adalah sepupu Mama. Jadi, dan Moza masih bersaudara. Setiap kali datang, Tante Indri membawa cerita-cerita menyenangkan. Tante Indri bekerja di stasiun televisi. Ada saja cerita-cerita lucu yang diceritakannya saat mewawancarai seseorang.
Tetapi Moza....
"Ria." Mama memanggil Ria yang mematung di dekat jendela kamar. "Tante Indri dan Moza sudah datang."
Ops! Ria mengangguk pada Mama setelah akhirnya memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana hari Minggu ini. Ria memutuskan untuk menjadi nona rumah yang baik bagi Moza.
"Ya ampun, Ria.... Kamu tambah hitam aja sih." Moza berseru begitu tiba.
Ria tersenyum kalem. "Hitam-hitam kereta api. Biar hitam banyak yang menanti."
Moza tak menghiraukan gurauan Ria. Dia melangkah masuk ke dalam rumah, mengikuti Mama dan Tante Indri.
Sementara Mama menemani Tante Indri, Ria menemani Moza.
"Ih! Ini boneka kamu? Moza menunjuk boneka beruang tua di sudut sofa.
Ria mengambil boneka beruang tua dan memeluknya."Ini boneka kesayanganku."
Moza mengendikkan bahu, jijik. Lalu Moza bercerita," Kamu tahu, kemana Mama Papa mengajakku liburan sekolah kemarin?"
Ria menggeleng.
"Negeri Kincir Angin."
"Wow, menyenangkan sekali!"
"Kamu belum pernah ke sana, kan?"
Ria tersenyum menanggapi ucapan Moza.
"Uh! Panasnya Moza mengeluarkan kipas dari tasnya. Ia sibuk berkipas-kipas sambil berkeluh kesah tentang cuaca panas.
Ria ingin terbahak-bahak melihat tingkah Moza yang angkuh, tetapi ia menahannya. "Ya, cuaca hari ini memang agak panas," senyum Ria.
"Di rumahku, tidak sepanas ini karena setiap ruangan ada AC." Moza masih sibuk dengan kipasnya.
"Kalau kamu mau, pakai kipas angin aja ya," Ria berdiri hendak mengambil kipas angin.
"Ah nggak usah." Moza menepiskan tangan.
Ria menawarkan es sirup dan kue pada Moza.
"Kue apa ini?" Moza menunjuk kue berbalut daun pisang.
"Ini kue pisang. Terbuat dari tepung beras dan pisang uli. Mama dan aku yang membuatnya. Coba, deh." Ria menyodorkan piring kue pada Moza.
Moza menggeleng.
"Ini ada biskuit." Ria membuka kaleng biskuit.
Lagi-lagi Moza menggeleng.
"Atau ini?" Ria mendekatkan piring kue lapis legit ke arah Moza.
"Uh! Bosan, deh. Lapis legit lagi, lepis legit lagi."
"Maaf, enggak ada yang lain."
Moza tak menghiraukan kata-kata Ria. Ia mengambil gelas sirup. "Uh! Kurang manis!" Moza cemberut.
"Biar kutambah sirupnya, ya."Ria menawarkan
"Nggak usah," geleng Moza sambil meneguk habis es sirup.
Ria menutup mulut rapat-rapat, khawatir tawanya meledak melihat tingkah Moza yang sombong.
Hampir dua jam Ria menemani Moza. Saat Tante Indri dan Moza berpamitan, Ria dan Mama mengantar ke depan rumah.
"Terima kasih, Tante. Terima kasih Moza," ujar Ria.
Tante Indri mengecup kedua pipi Ria, sementara itu, Moza melompat ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa. Saat Mobil yang membawa Tante Indri dan Moza berbelok di tikungan, Ria menarik napas lega.
Mama yang berdiri di samping Ria, tersenyum. Mama merangkul bahu Ria. Jelas terpancar kebanggaan di wajah Mama atas sikap Ria sebagai nona rumah.
Oleh: Pupuy Hurriyah
Sumber: Majalah Bobo Edisi 09, Terbit 6 Juni 2013.
"Besok? Ria berhenti mengelap piring makan. "Dengan Moza?"
Mama tersenyum, memandang Ria. "Tentu saja."
Ria meneruskan membantu Mama menyiapkan makan malam. Tetapi pikirannya tak lagi berpusat pada kegiatan yang dikerjakannya. Ria memikirkan besok. Memikirkan Moza.
Besok, aku bisa bilang pada Mama, sudah ada janji ke toko buku dengan Penny. Ria tersenyum senang. Tetapi mendadak Ria ingat sesuatu. Baru kemarin ia ke toko buku. Pasti Mama tak mengizinkan. Hmmm, aku akan bilang pada Mama, mau antar Bella ke rumah neneknya. Setiap Minggu Pagi, Bella, kan ke rumah neneknya.
Tetapi, Ria menjadi ragu. Mama tahu, Ria tak suka berlama-lama di rumah nenek Bella.
Aha! Ria menjentikkan jari. Besok aku akan ikut Papa ke bengkel. Tadi Ria sempat mendengar pembicaraan Mama dan Papa soal mobil yang harus di bawa ke bengkel. Tetapi, lagi-lagi Ria Ragu. Apa Iya Papa mau mengajaknya ke bengkel?
Hu-uh! Ria bingung sendiri dengan rencana-rencananya. Bagaimana besok saja, deh! Ria menyerah.
Sebenarnya Ria senang setiap kali Tante Indri datang. Tante Indri adalah sepupu Mama. Jadi, dan Moza masih bersaudara. Setiap kali datang, Tante Indri membawa cerita-cerita menyenangkan. Tante Indri bekerja di stasiun televisi. Ada saja cerita-cerita lucu yang diceritakannya saat mewawancarai seseorang.
Tetapi Moza....
"Ria." Mama memanggil Ria yang mematung di dekat jendela kamar. "Tante Indri dan Moza sudah datang."
Ops! Ria mengangguk pada Mama setelah akhirnya memutuskan untuk tidak pergi kemana-mana hari Minggu ini. Ria memutuskan untuk menjadi nona rumah yang baik bagi Moza.
"Ya ampun, Ria.... Kamu tambah hitam aja sih." Moza berseru begitu tiba.
Ria tersenyum kalem. "Hitam-hitam kereta api. Biar hitam banyak yang menanti."
Moza tak menghiraukan gurauan Ria. Dia melangkah masuk ke dalam rumah, mengikuti Mama dan Tante Indri.
Sementara Mama menemani Tante Indri, Ria menemani Moza.
"Ih! Ini boneka kamu? Moza menunjuk boneka beruang tua di sudut sofa.
Ria mengambil boneka beruang tua dan memeluknya."Ini boneka kesayanganku."
Moza mengendikkan bahu, jijik. Lalu Moza bercerita," Kamu tahu, kemana Mama Papa mengajakku liburan sekolah kemarin?"
Ria menggeleng.
"Negeri Kincir Angin."
"Wow, menyenangkan sekali!"
"Kamu belum pernah ke sana, kan?"
Ria tersenyum menanggapi ucapan Moza.
"Uh! Panasnya Moza mengeluarkan kipas dari tasnya. Ia sibuk berkipas-kipas sambil berkeluh kesah tentang cuaca panas.
Ria ingin terbahak-bahak melihat tingkah Moza yang angkuh, tetapi ia menahannya. "Ya, cuaca hari ini memang agak panas," senyum Ria.
"Di rumahku, tidak sepanas ini karena setiap ruangan ada AC." Moza masih sibuk dengan kipasnya.
"Kalau kamu mau, pakai kipas angin aja ya," Ria berdiri hendak mengambil kipas angin.
"Ah nggak usah." Moza menepiskan tangan.
Ria menawarkan es sirup dan kue pada Moza.
"Kue apa ini?" Moza menunjuk kue berbalut daun pisang.
"Ini kue pisang. Terbuat dari tepung beras dan pisang uli. Mama dan aku yang membuatnya. Coba, deh." Ria menyodorkan piring kue pada Moza.
Moza menggeleng.
"Ini ada biskuit." Ria membuka kaleng biskuit.
Lagi-lagi Moza menggeleng.
"Atau ini?" Ria mendekatkan piring kue lapis legit ke arah Moza.
"Uh! Bosan, deh. Lapis legit lagi, lepis legit lagi."
"Maaf, enggak ada yang lain."
Moza tak menghiraukan kata-kata Ria. Ia mengambil gelas sirup. "Uh! Kurang manis!" Moza cemberut.
"Biar kutambah sirupnya, ya."Ria menawarkan
"Nggak usah," geleng Moza sambil meneguk habis es sirup.
Ria menutup mulut rapat-rapat, khawatir tawanya meledak melihat tingkah Moza yang sombong.
Hampir dua jam Ria menemani Moza. Saat Tante Indri dan Moza berpamitan, Ria dan Mama mengantar ke depan rumah.
"Terima kasih, Tante. Terima kasih Moza," ujar Ria.
Tante Indri mengecup kedua pipi Ria, sementara itu, Moza melompat ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa. Saat Mobil yang membawa Tante Indri dan Moza berbelok di tikungan, Ria menarik napas lega.
Mama yang berdiri di samping Ria, tersenyum. Mama merangkul bahu Ria. Jelas terpancar kebanggaan di wajah Mama atas sikap Ria sebagai nona rumah.
Oleh: Pupuy Hurriyah
Sumber: Majalah Bobo Edisi 09, Terbit 6 Juni 2013.
EmoticonEmoticon