Kamis, 03 November 2016

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Cheko yang Pemalas

cheko yang pemalas
Di sebuah desa di kaki gunung, tinggallah seorang anak gembala yang malas. Namanya Cheko. Sehari-hari, kerjanya hanya tidur-tiduran di pondok. Kasihan domba-dombanya. Mereka pergi sendiri mencari makan di padang rumput. Barulah ketika sore tiba, Cheko menggiring domba-domba kembali ke kandangnya. Setelah itu, Cheko pun mandi dan memasak makan malam.

Cheko berumur dua belas tahun dan hidup sendiri. Ayahnya meninggal satu bulan yang lalu
karena sakit. Ibunya sudah lama meninggal saat ia masih kecil. Sebelum meninggal ayah Cheko berpesan agar Cheko selalu memelihara dan menjaga domba-domba milik mereka. Tugas Cheko hanya menggiring domba ke padang rumput. Lalu menuntun mereka kembali ke kandang di sore hari. Sebulan sekali, ia harus menjual bulu-bulu domba yang telah dicukur di kota terdekat. Cheko juga harus menjual rumput kering yang sudah diolah menjadi jerami. Uang yang dihasilkan, pasti cukup untuk memenuhi keperluan Cheko selama satu bulan.

Namun, ayah Cheko tak yakin Cheko mau melakukan hal-hal itu. Maka sebelum meninggal, Ayah Cheko meminta tolong pada tetangganya, Kakek Ido untuk sering menasehati Cheko.

Suatu hari, tersiar kabar bahwa ada seekor serigala hitam besar yang memakan dua domba milik penduduk desa. akek Ido yang baik hati, segera memperingati Cheko untuk menjaga domba-dombanya.

"Ah, tak mungkin serigala hitam itu memakan dombaku. Aku pasti akan menangkapnya terlebih dahulu," Cheko meremehkan peringatan Kakek Ido.

"Terserah kau, Nak. Kakek sudah memperingatimu," Kata Kakek Ido, lalu masuk ke dalam rumahnya.

Malam pun tiba. Cheko terbangun dari tidurnya, Rupanya ia tertidur lama sekali. Ia lupa menggiring kembali domba-dombanya ke dalam kandang. Ia pun segera berlari ke padang rumput.

Cheko memiliki sepuluh ekor domba. Saat itu, jumlah domba Cheko berkurang satu. Sayangnya, Cheko tak menyadarinya. Setelah mengunci pintu kandang, Cheko memasak makan malam, lalu pergi tidur kembali.

Esoknya, hal yang sama terjadi lagi. Karena Cheko tidak waspada, dombanya berkurang satu lagi. Dan lagi-lagi ia tidak sadar. Ia tidak pernah menghitung jumlah domba-dombanya.

Hari-haripun berlalu. Cheko akhirnya sadar dombanya ternyata berkurang banyak. Sekarang tinggal 5 ekor. Cheko langsung teringat pada pesan Kakek Ido, tetangganya, tentang serigala hitam yang memangsa domba-domba penduduk desa.

Cheko menyesal tidak menuruti peringatan Kakek Ido. Ia ingin menangis tetapi tidak ada gunanya. Maka, Cheko pun menyusun rencana untuk menangkap si serigala hitam.

Sore hari berikutnya, Cheko membuat jebakan di dalam kandang domba. Ia meletakkan batu besar yang diikatkan pada tali pengait di atas pintu kandang. Kakek Ido membantunya memasang jebakan itu. Setelah jebakan selesai dipasang, keduanya sembunyi dan menunggu malam hari. Pintu kandang di buka lebar-lebar. Domba-domba diikat dengan tali agar tidak keluar dari kandang.

Malam haru pun tiba. Tiba-tiba, Serigala yang ditunggu-tunggu itu melangkah masuk ke dalam kandang. Ketika, Serigala itu berada tepat di bawah pintu kandang yang lebar, Cheko dan Kakek Ido melepaskan tali jebakan. Batu yang berada di atas pintu, langsung menghantam tubuh serigala hitam. Seketika, Serigala itu mati.

Cheko dan Kakek Ido sangat girang.
"Terima kasih, Kek. Kalau kakek tidak membantuk. Serigala ini tak mungkin tertangkap. Maafkan aku, ya, Kek.... karena tidak percaya pada peringatan Kakek," Mulai sekarang, aku akan menjaga domba-dombaku dengan baik. Aku berjanji tidak akan malas lagi," janji Cheko pada Kakek Ido.

Kakek Ido tersenyum bahagia. Ia mengusap-ngusap rambu Cheko.

Akhirnya, Cheko tinggal bersama Kakek Ido. Mereka saling menjaga dan menyayangi sampai Cheko dewasa dan berkeluarga.

Oleh Dwita Agustyarini S.P
Sumber : Majalah Bobo Edisi 04 tanggal 2 mei 2013


EmoticonEmoticon