Sabtu, 12 November 2016

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Aku Tidak Bisu

aku tidak bisu
Ingin sekali kuteriakkan kata-kata itu, berulang-ulang agar orang yang baru kukenal tahu bahwa aku sebenarnya tidak bisu. Tetapi justru itulah yang dipikirkan orang mengenai diriku.

Aku memang anak yang pemalu, sangat pemalu. Aku tidak berani menegur orang lebih dulu. Kalau pun ditegur, biasanya aku tidak mampu menjawabnya. Bibirku seperti terkunci dan kerongkonganku serasa tersumbat.






Naywa, teman sebangkuku anak yang cerewet. Setiap hari dia mengajakku bercerita. Setiap hari dia mengajakku bercerita. Ada saja yang diceritakannya, tentang kucingnya baru beranak, tentang buku-buku ceritanya yang baru, atau tentang teman barunya di rumah. Dan, aku biasanya hanya mendengarkan dan tidak berani mengomentari ceritanya. Kalau selesai bercerita, biasanya dia bertanya padaku, siapa temanku di rumah atau buku apa yang sudah kubaca, Tetapi aku hanya bisa menjawabnya dengan menggeleng dan mengangguk.

Lama-lama dia bosan juga mengajakku mengobrol. Lalu dia pindah duduk di sebelah Mosa. Kudengar mereka berdua langsung asyik mengobrol seperti dua orang yang sudah kenal lama. Kini tinggal aku yang duduk sendirian di bangkuku, karena tidak ada yang mau duduk bersamaku.

Suatu hari Mama memaksaku pergi ke pesta ulang tahun Erika. Dia tinggal satu blok dari rumahku. Ibunya teman Mama. Itu sebabnya Mama menginginkan aku hadir di pesta ulang tahun itu.

"Kita harus menghargai orang yang mengundang kita," Kata Mama.

Terpaksa aku pergi. Memang, Mama menemaniku ke sana. Mama memperkenalkan aku kepada Tante Rita dan Erika. Tetapi setelah itu Tante Rita mengajak Mama masuk ke dalam.

Aku benar-benar tidak bisa menikmati pesta itu. Mula-mula, sih, Erika mau mengajakku mengobrol.

"Rumah kamu di blok apa? Kok, aku tidak pernah melihat kamu?" tanyanya.

Wajahku langsung memerah dan tanganku gemetar. Aku hanya membisu. Mulutku serasa kering. Kerongkonganku tersumbat. Aku tidak bisa mengeluarkan sepatah kata untuk menjawab pertanyaannya.

Dia menatapku heran, tetapi masih berusaha mengajakku mengobrol. "Kamu kelas berapa? Sepertinya, aku juga tidak pernah melihatmu di sekolah.

Aku memaksakan diri untuk menjawab pertanyaannya, tetapi yang keluar dari mulutku hanya suara desis yang aneh. Akhirnya dia bosan, lalu meninggalkan aku untuk bergabung dengan teman-temannya.

Aku sendirian lagi. Itulah yang biasa terjadi pada diriku. Di sekolah, di pesta, atau di rumah. Aku sendirian, meski di sekelilingku ada banyak orang. Sementara teman-teman yang lain asyik bersenda gurau, aku hanya duduk tegak di kursiku sambil meremas-remas gaun pestaku, sendirian.

Akhirnya aku tidak tahan lagi. Aku keluar dari ruangan itu, bermaksud pulang ke rumah sendiri. Tetapi, ketika aku tiba di pintu, seseorang masuk dari arah depan dengan tergesa-gesa. Aku tidak melihatnya sehingga badan kami bertabrakan. Dia jatuh. Lebih sial lagi, tubuhku menimpa tubuhnya.

"Maaf," kataku buru-buru dengan wajah memerah. Aku hampir tersedak ketika menyadari aku bisa mengeluarkan suara di hadapan orang yang belum kukenal. Aneh. Benar-benar aneh.

Dia tertawa lepas. Wajahnya yang bulat dihiasi kaca mata tebal, sehingga kelihatan lucu sekali ketika dia tertawa. Aku merasakan adanya ketulusan dalam tawa lepasnya itu.

"Tidak apa-apa. Aku juga salah kok, jalan sambil melamun," katanya.

"Mau kubantu?" tanyaku ketika melihat dia belum juga berdiri. Sekali lagi aku merasa heran. Kenapa aku bisa tiba-tiba cerewet di hadapan orang yang belum kukenal?

Dia mengedipkan mata dengan lucu. "Kamu yakin bisa mengangkat tubuhku yang gemuk ini?"

Aku tertawa. Dia juga tertawa sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Lalu dia melongok ke dalam lewat bahuku. "Pestanya sudah dimulai, ya?"

"Sudah sejak tadi," sahutku.

"Kalau begitu kenapa kita masih berdiri di sini? Ayo masuk!" katanya sambil menggandeng tanganku.

Kini aku tidak sendirian lagi. Bersama Santi, teman baruku itu, aku bisa menikmati pesta ulang tahun Erika. Aku yakin, bersama santi hari-hariku tidak akan sepi lagi. Aku pun semakin yakin, aku tidak bisu.

Oleh: Kemala P 
Sumber: Majalah Bobo Edisi 14 Terbit 11 Juli 2013.


EmoticonEmoticon