Cerita ini sebenarnya bermula sejak aku kecil. Masih samar-samar di ingatanku, aku sering menggedor kamar mama malam-malam dalam keadaan ngompol. Mama segera mengganti baju tidurku, membawaku kembali ke kamar dan menemani hingga aku terlelap lagi.
Hampir begitu kejadiannya setiap malam, sampai akhirnya mama kesal dan memarahiku. Aku lantas tak berani lagi membangunkannya malam-malam. Aku akan memilih bersembunyi di dalam lemari hingga tertidur di sana sampai esok harinya.
Aku tak ingat kapan hal itu berhenti. Aku mulai memikirkan hal lain dan asyik bermain atau melakukan banyak hal seiring beranjak dewasanya aku. Namun, kejadian yang pernah kualami di masa kecil itu tiba-tiba kembali lagi. Tepat pada hari ulang tahunku yang ke-17.
Kamu, Jangan Ngaco!
Selesai makan malam di rumah eyang, kami kembali ke rumah. Dalam keadaan ngantuk berat, aku enggan mengganti dress yang kukenakan di pesta tadi. Kubiarkan tubuhku limbung dalam keadaan telungkup di kasur, dan akupun mulai terlelap.
Aku tak tahu jam berapakah saat itu, Tiba-tiba kurasakan hawa dingin menyelimuti kamar. Mataku terbelalak. Setengah sadar dan masih mengantuk, aku merasa ada yang memegang tanganku. Dingin. Sangat dingin. Aku terhenyak. Dan kutarik tangan itu.
Sepi. Tak ada sedikitpun suara yang kudengar malam itu. Bahkan jangan berharap ada suara jangkrik di kota kecil ini. Semua lahan telah berubah menjadi gedung, di mana tak ada lagi ruang untuk serangga berkembang biak.
Aku terdiam. Berpikir, hendak apa aku. Apakah aku harus turun dan melihat ada apa di bawah kolong tidurku.
Jantungku berdegup begitu kencang, saat aku perlahan mendengar desah napas yang berat. Aku merinding. Bergidik dan beringsut ke tembok. Aku tahu, ada seseorang di sana. Entah siapa. Aku berteriak sekuat tenaga memanggil orang tuaku. Tapi tenggorokanku tercekik. Tak sedikitpun suara keluar dari tenggorokanku.
Lalu, aku melihatnya. Keluar merangkak dari bawah kolong tempat tidurku. Sosok aneh dengan tubuh pucat pasi. Tubuhnya sebagian tak sempurna, dan seperti bekas dicambuk dengan pakaian compang camping. Entah dari mana asalnya, dan entah berapa lama ia tak membersihkan dirinya.
Sekali lagi aku berusaha berteriak. Dan sampai aku tersadar, hari itu sudah siang. Aku tertidur di dalam lemari pakaianku, seperti saat masih kecil dulu.
"Tin, kenapa kau malah tidur di sini?" tanya mama.
"Maaaa... aku... aku melihat hantu!" pekikku sambil menunjuk kolong tempat tidurku.
"Ngaco ah kamu. Mana ada hantu di zaman seperti ini? Kamu ini seperti waktu kecil dulu deh. Begini juga, mama sering menemukan kamu tidur di dalam lemari. Mama nggak ngerti deh, kok bisa kamu tidur di dalam lemari. Apa enaknya?"
Mamaku tak juga mau mengerti aku. Aku bingung harus bercerita pada siapa. Aku bergegas ke sekolah dan ingin pergi meninggalkan kamar.
Ibu Siapa Ya?
"Nama kamu, Tina kan?" sapa seorang wanita paruh baya yang tak pernah kulihat sebelumnya. "Iya bu, ibu siapa ya kok bisa tahu nama saya?"
"Tidak penting siapa aku. Aku hanya datang untuk mengingatkanmu. Kau cepatlah pergi dari rumah sial itu, atau nyawamu yang jadi taruhannya."
"Maksud ibu, apa?" tanyaku.
Ibu itu hanya berlalu, berjalan cepat ke arah sebuah gang di dekat sekolahku. Saat kukejar, ia sudah hilang entah ke mana.
Sudah Saatnya
"Ma, tadi ada kejadian aneh deh. Masa ada ibu-ibu yang nyuruh aku pergi dari rumah sih," kataku sambil membanting tas di meja makan. Aku mengintip ada menu apa siang ini yang disajikan untukku.
Mamaku terdiam. Menghentikan seluruh kegiatannya tanpa menanggapi apapun perkataanku.
Tiba-tiba ia berbalik badan dan mengajakku ke rumah eyang.
***
"Kenapa tiba-tiba mama mengajakku ke rumah eyang sih, ma?" tanyaku di dalam mobil.
"Nanti kamu juga tahu..." kata mama.
Aku terdiam di dalam mobil. Merasa curiga, seperti ada hal yang tak beres saja.
Sesampainya di rumah eyang, aku turun dan memeluk eyang seperti biasa. Mama lalu bermain mata pada eyang. Dan mendadak beliau juga sama tegangnya seperti Mama.
"Sudah saatnya kau bercerita tentang hal itu Astuti," kata eyang kepada mama.
Aku bingung tak mengerti, ada apa sih sebenarnya?
"Setahun sebelum kau lahir, papa dan mama menikah. Kami lantas membeli rumah itu. Sudah ada yang pernah memberi tahu bahwa rumah itu berhantu. Tapi kami tak percaya. Sebulan, dua bulan kami tinggal di sana seperti tak ada yang aneh. Kami santai-santai saja, sampai akhirnya kau lahir, mulai ada kejadian aneh di rumah itu. Rupanya dulu ada keluarga yang tinggal di sana, di mana kedua orangtuanya sebenarnya tak menginginkannya. Entah bagaimana ceritanya, anaknya dibantai dan dikubur tepat di bawah tempat tidurmu. Anak itu jatuh cinta kepada papa dan mama yang selalu bersikap sepantasnya orang tua. Ia cemburu padamu. Suatu hari, mama pernah bertemu dengannya, mama berkata, sudah saatnya ia pergi dan tak lagi penasaran lagi di dunia. Entah bagaimana, ia menurut saja. Ia tak pernah muncul lagi dan menghilang. Awalnya mama sudah curiga saat kau sering mengganggu tidur mama sewaktu kecil dulu. Tapi mama pikir karena saat itu kau mencari perhatian saja. Maaf ya, mama telah mengacuhkan kamu..."
Cerita mama membuatku kaget. Jadi selama ini mama sudah tahu ada hantu yang menggangguku. "Ma, aku nggak mau balik lagi ke rumah itu! Kita harus pergi, ma. Ibu itu sudah mengingatkan aku kalau aku kembali ke rumah itu, aku akan mati!" kataku ketakutan dan larut dalam tangis.
"Tidak, kau harus tetap kembali ke rumah itu. Kau harus bisa menjelaskan padanya bahwa ia seharusnya sudah tenang di alam sana. Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya yakin dan arwahnya tenang," kata nenek.
Setelah aku tenang, mama mengajakku kembali pulang ke rumah. Aku masih merasa takut. Aku merasa tidak tenang.
Siapa Aku? Siapa Dia?
Malam itu, aku mempersiapkan diriku baik-baik. Kalau nanti malam aku terbangun dan melihatnya lagi, aku harus beranikan diriku untuk berkata apa yang dikatakan eyang padaku.
Aku tertidur. Dan terbangun dalam kondisi telungkup dengan tangan menjulur ke arah kolong. Kurasakan degup jantungku sangat kencang. Dia di sana. Sedang memegang tanganku.
Akupun berusaha menarik tanganku, tapi begitu berat dan aku tak mampu. Justru dalam hitungan detik, aku ditariknya ke dalam kolong. Gelap. Pengap. Aku melihatnya lagi. Tepat di depan mataku. Ia sosok yang sangat menyeramkan, tanpa senyum sedikitpun di wajahnya. Aku berusaha menjelaskan maksudku kepadanya, namun ia marah dan menarikku semakin dalam dan dalam... Aku tak sadarkan diri.
***
Aku membuka mataku, sepertinya sudah pagi. Tetapi pandangan mataku buram, seperti tertutup kisi-kisi pintu lemari. Ahh... aku tertidur lagi di dalam lemari kamarku. Tetapi, suara apakah itu?
"Tin, bangun sudah siang. Masa kamu nggak sekolah sih?" suara mama membangunkan seseorang di ranjang kamarku. Aku mengintip dari sela-sela lemari.
"Iya, ma. Sebentar lagi dong. Tina masih pengen dipeluk mama nih..." kata suara itu.
Oh Tuhan, apa yang terjadi? Mengapa aku melihat diriku sendiri di kamarku? Mengapa aku melihat mama di kamarku sedang bersama diriku yang lain? Lalu, siapakah aku? Aku ini apa? Tidakkkkkk.....
EmoticonEmoticon