Tampilkan postingan dengan label Sejarah Para Ulama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Para Ulama. Tampilkan semua postingan

Minggu, 09 September 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Datu Kalampayan Martapura

Yang disebut Datu Kalampayan
tidak lain adalah maulana syekh
Muhammad Arsyad bin Abbdullah
Al-Banjari.lahir 15 shafar 1122 h
bertepatan dengan 19 Maret 1710 M
di LOk Gabang,dan wafat di Dalam Pagar 6 syawaal 1227 H bertepatan
dengan 13 Oktober 1812 h dalam
usia 105 tahun dan dimakamkan
dikampung tersebut,yaitu desa
Kalampayan ( sekitar 56 km dari
Banjarmasin). Maulana syekh Muhammad Arsyad
adalah seorang ulama yang sangant
berpengaruh dan mempunyai peran
penting dalam sejarah
pengembangan siar agana
Islam,khususnya di bumi Kalimantan .Seorang yang sangat
gigih mempertahankan dan
mengembangkan faham Ahlus
Sunah Wal jama'ah dengan faham
Asy'ariah untuk Ilmu Tauhid,dan
Mazhab Imam syafi'i untuk bidang Ilmu fiqih.Beliu juga seorang mufti
(penasehat agama) pada Kesultanan
Banjar,dan juga seorang penulis
yang produktif. Maulana syekh Muhammad Arsyad
ketika kecilnya bernama
ja'far,adalah anak tertua dari lima
bersaudara hasil perkawinan
Abdullah dengan siti
aminah.Adapun anak Abdullah dengan Siti Aminah adalah: 1. haji Muhammad Arsyad
2. Haji Zainal Abidin
3. Abidin
4. Diang Panangah
5. Normin Sejak kecil, tepatnya paa umur
sekitar 7 tahun Muhammad Arsyad
kecil sudah fasih dalam membaca
Al-Quran.Bakat tulis-menulis juga
sudah mulai nampak terlihat
padanya dikala itu.Karenanya beliau dipelihara dan dikumpulkan
oleh sultan bersama dengan anak-
anak dan cucu-cucu keluarga
kerajaan Karena bakat dan kepandaian beliau
dalam mempelajari ilmu
agama,maka menjelang usia 30
tahun Muhammad Arsyad
diberangkatkan ketanah suci
Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dengan biaya sultan
(kerajaan),karena sultan berharap
dengan ilmu yang diperolehnya
ditanah suci itu kelak akan dapat
membimbing dan mengajarkan
kepada rakyat Banjar dan sekitarnya dalam hal ke agamaan
(Islam) Di tanah Suci Mekkah dan Madinah
beliau belajar kepada para ulama
yang terkenal, antara lain: 1. Syekh Athaillah bin Ahmab Al-
Mihsri Al-Azhar
2. Sekh Muhammad bin Sulaiman
Al-Kurdi.Madinah.(pengarang kitab
Hawasyil
madaniyyah) 3. Syekh Muhammad bin Abdul
Karim As-Sammany Al-
Madany,dalam bidang
tasawuf yang akhirnya
mendapatkan Ijazah dengan
kedudukan Khalifah (wakil).
4. Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im
Ad-Damanhuri.
5. Syekh Sayyid Abul Faydi
Muhammad Murtadha' Az-Zabidi
6. Syekh Hasan bin Ahmad 'Akisy Al-Yamani
7. Syekh Salim bin Abdullah Al-
Bashr.
8. Syehk Shiddiq bin Umar Khan.
9. Syekh Abdullah bin Hijazi bin
Asy-Syarqawi 10. Syekh Abdurrahman bin Abdul
Aziz Al-Maghrabi.
11. Syekh Sayyid Abdurrahman bin
Sulaiman Al-Ahdal.
12. Syekh Abdurrahman bin Abdul
Mubin Al-Fathani. 13. Syekh Abdul Ghani bin Syekh
Muhammad Hilal.
14. Syekh 'Abid As-Shindi.
15. Syekh Abdul Wahab Ath-
thanthawi.
16. Syekh Maulana Sayyid Abdurrrahman Mirghani.
17. Syekh Muhammad bin Ahmad
Al-jawahir.
18. Syekh Muhammad Zayn bin
Faqih Jalaludin Aceh. Ketika di Mekkah beliau berkenalan
dan bersahabat dengan penuntut-
penuntut setengah air,antara lain:
Abdul Wahhab Bugis dari
Makasar,Abdus Samad dari
Palembang (pengarang kitab Siyarus Salikin dan Hidayatus
Salikin) dan Abdur Rahman Masri
dari Betawi (jawi).Konon di
Mekkah itu pula sempat berkenalan
dan sekaligus berguru kepada Datu
Sanggul (Abdus Samad),yang pada akhirnya beliu diberi kitab yang
terkenal dengan sebutan Kitab
Barencong oleh Datu Sanggul. Setelah lebih 30 tahun belajar
ditanah suci beliau akhirnya dapat
menguasai keahlian diberbagai
bidangilmu agama seperti:ilmu
fiqih,ilmu tasawuf,usul fiqih,cabang
-cabang bahasa Arab seperti: nahwu,sharaf,balaghah dan lain-
lain,serta ilmu falak (astronomi)
dan ilmu umum seperti politik serta
pemerintahan . Selesai mempelajari
yang disebut diatas beliau pulang
ketanah air bersama kawan- kawannya. Sebenarnya beliau dan kawan -
kawan tidak ingin pulang ketanah
air tetapi ingin melanjutkan belajar
di Mesir,namun maksud tersebut
terpaksa dibatalkan karena Syekh
sulaiman Al-kurdi menyatakan bahwa ilmu mereka sudah dalam
dan luas,lebih penting pulang
ketanah air untuk memberi
pelajaran dan membimbing
masyarakat didaerah masing-
masing. akhirnya mereka menuruti nasehat
guru mereka itu.Setiba ditanah
betawi (Jakarta) Muhammad
Arsyad dan kawan-kawan
disambut oleh para ulama dan
orang banyak dengan gembira. Selama 60 hari berada di betawi
(jakarta),beliau berkunjung
kebeberapa mesjid.Berikut
beberapa karamah (keahlian)yang
beliau miliki,beliau dapat
membetulkan arah kiblat mesjid yang kurang tepat.mesjid yang
beliau perbaiki arahkiblatnya
adalah mesjid Jembatan Lima,Mesjid
Luar Batang, dan Mesjid Pekojan. Selanjutnyabeliau menuju banjar
masin dengan menumpang kapal
Belanda. Sampai ditengah laut
jawa.kapten kapal bertanya. "ya
Tuan haji besar! berapakah
kedalaman laut jawa ini?" kata kapten kapal.(Haji Bear adalah gelar
kehormatan bagi tuan guru yang
menuntut ilmu di tanah Suci
Mekkka). Sebelum menjawab
beliau memandangi air laut jawa
tersebut,kemudian beliau berkata "200 meter"jawab syekh
Muhammad Arsyad. Kapten kapal tersebut tidak
langsung percya dengan jawaban
Syekh Muhammad Arsyad
itu,kemudian dia mengambil
meteran panjang dan mengukur
kedalaman air laut tersebut.Setelah diukur ternyata kedalaman air laut
tersebut tepat 200 meter,sedikitpun
tidak kurang atau lebih, Kapten
kapal Belanda itu menggelengkan
kepala mendengar jawaban Syekh
Muhammad Arsyad. "tuan Haji Besar, asnda orang hebat !" puji
kapten kapal..'Dari warna
airnya,bila air laut berwarna putih
kebiruan kedalamannya 200
meter,seperti laut jawa ini bila
kebiru-biruan maka kedalamannya mencapai 2000 meter,dan bila
berwarna biru kedalamannya
mencapai 2000 meter lebih' jawab
Syekh Muhammad Arsyad dengan
mantap."Tuan ,Betul".kata kapten
kapal belanda itu kagum akan kecerdasan dan ilmu yang dimiliki
beliau. Pada bulan Ramadhan 1186 h. (1773
M.) sampailah beliau ditanah Banjar.
Kedatangan beliau disambut meriah
oleh kerajaan beserta seluruh
masyarakat. Supaya Syekh Muhammad Arsyad
leluasa mengembangkan ilmu yang
telah diperolehnya ,oleh sultan
Tahmiddulah II beliau diberi
sebidang tanah belukar diluar kota
Martapura ,tepat di tepi sungai menuju Banjarmasin.tanah belukar
itu dijadikan perkampungan
tempat tinggal dan ditempat itu
pula beliau dapat mengajarkan
ilmu-ilmu yang yang telah
didapatnya dengan membuka pengajian-pengajian. Disamping
mengajar beliau juga seorang
pengarang yang produktif,beliau
mengarang kitab-kitab agama
untuk bahan pelajaran bagi para
penuntut ilmu, seperti: 1. Sabillal Muhtadin. Berisi tentang
fiqih.
2. Risalah ushuluddin. Kitab tauhid
bahasa melayu tulisan arab.
Ditulis pada tahun 1188 H.
3. Tuhfatur Raghibin.Berisi tentang tauhid.ditulis pada tahun 1188 H.
4. Kanzul Ma'rifah.Berisi tentang
ilmu tasawuf.
5. Luqthatul'Ajilan.Kitab khusus
membahas fiqih tentang
perempuan 6. Kitab Faraid.Berisi tentang tata
cara pembagian waris.
7. Al-Qawlul Mukhatashar.Berisi
tentang Imam Mahdi.
Ditulis pad tahun 1196 H.
8. Kitab ilmu falak.Berisi tentang astronomi.
9. Fatwa Sulayman Kurdi. Berisi
tentang fatwa-fatwa guru beliau
sulayman kurdi
10. Kitabun Nikah. Berisi tentang
tata cara perkawinan dalam syariat islam. Selain itu ada pula karya tulisan
beliau dalam ukuran besar dan AL_
QUR'AN
tulisantangan beliau dalam ukuran
besar dan dengan khath yang
sangat indah di Museum nasional Banjarbaru Kalimantan Selatan. Kitab - kitab beliau tersebut sampai
sekarang masih dijadikan bahan
kajian dan pelajaan ,bahkan sebagai
bahan pegangan dalam
melaksanakan ibadat,terutama
kitab Sabilal Muhtadin.Kitab Sabilal Muhtadin ini tersiar luas di Asia
Tenggara bahkan sampai ke
Mekkah dan Mesir , dan ini
merupakan salah satu karamah
( kemulian ) beliau. maulan Syekh Muhammad Arsyad
Al-banjari mempunyai 11 (sebelas)
orang istri,dan mempunyai 30 (tiga
puluh ) orang anak,istri-istri beliau
adalah: 1. Tuan Bajut.
2. Tuan Bidur.
3. Tuan Lipur.
4. Tuan Guwat.
5. Tuan ratu Aminah.
6. Tuan Gandar Manik. 7. Tuan Palung.
8. Tuan Turiah.
9. Tuan Daiy.
10. Tuan markidah.
11.Tuan Liyuh. Karamah (Kemulian) beliau adalah
makam beliau yang sampai
sekarang sangat ramai diziarahi
orang.Dengan ziarahnya orang-
orang yang datang dari segala
penjuru Kalimantan dan Luar Kalimantan,mereka membagi -
bagikan hadiah pada penduduk
Kalampayan yang ada disekitar
makam itu.Hal ini adalah nikmat
dan rizeki bagi masyarakat sekitar
makam beliau,dengan kata lain,walau beliau sudah lama
meninggal dunia, beliau masih dapat
membantu penduduk kampung
sekitar makam beliau.

Sabtu, 08 September 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Silsilah Kitab Barencong Datu Sanggul

Ulama bagi orang banjar
merupakan figur orang-orang yang
sangat berjasa kepada
Pemerintahan berdasarkan budaya
Banjar,sehingga tak mengherankan
bahwasanya masyarakat Banjar gemar dengan
mengkoleksi figur data kualitatif di
dalam
bentuk foto-foto yang terpajang di
setiap ruang tamu
rumahnya,disamping itu efek manfaat yang terasakan oleh
jejak-jejak eksternal perjalanan
sang Ulama
semasa hidupnya tercemin melalui
data kualitatif dalam format foto
tersebut. Sementara figur data kualitatif
dalam bentuk foto yang kerap kali
terlihat dan
kondang yakni Datu Sanggul dan
Guru Sekumpul Martapura pada
jaman ini, bercerita tentang Datu sanggul dan
manaqibnya. Menurut catatan
sejarah Sekitar
abad ke 16,di desa Tatakan dahulu
bernama kampung Muning
(1702-1807) nan Muara atau pintu gerbang kampung ini
berada dekat wilayah Margasari
atau tepatnya
Muara Muning. Perkembangan
Agama Islam pada waktu itu
meningkat pesat,terbukti dengan adanya beberapa tokoh
yang mempunyai tugas sebagai
penyebar Islam pada
waktu itu seperti Datu kelampayan
yang dikenal dengan Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari ,sementara di Tapin itu
sendiri banyak terdapat nama-
nama datuk sebagai
tokoh alim ulama masa
lampau ,sehingga Tapin
mendapatkan predikat sebagai Kampung Datuk oleh orang banjar.
Diantara para datuk yakni Datuk
Sanggul yang
mempunyai darah keturunan dari
pulau andalas ,sejarah mencatatnya
bahwasanya beliau berasal dari kota Palembang
yakni Sumatera Selatan ,yang
melakukan hijrah ke Kabupaten
Tapin dengan
membawa missi perkembangan
agama Islam,hingga menetap di desa Tatakan kabupaten
Tapin sampai beliau menghabiskan
nafas terakhir dan disemayamkan
di desa
Tatakan Kabupaten Tapin. Semasa hidupnya, Datu Sanggul ke
Tapin ( desa Muning Tatakan ) dalam
rangka
menuntut ilmu agama kepada Datu
Suban , hal ini bukan berarti beliau
belum memiliki ilmu agama, melainkan
beliau sudah memiliki ilmu agama
sudah cukup dan
juga seorang Ulama ,Dalam suatu
mimpi ( ketika masih berada di
Palembang ) didalam mimpinya bertemu dengan
orang tua yang menasehati �Kalau
anaknda
Abdussamad mau mendapatkan
ilmu sejati maka tuntutlah
sekarang ,dan orang itu berada didaerah Kalimantan Banjar
tepatnya di kampung Muning
pantai Munggu
Tayuh Tiwadak Gumpa, di sana ada
seorang tua (datu) yang bernama
Suban (Datu Suban ) ,atas petunjuk didalam
mimpi itu Abdusshamad berangkat
menuju
Kalimantan ,yang sebelumnya
mendapatkan izin dari orang tua
kandung hingga sampailah beliau mendapatkan
daerah yang dicari yaitu Kampung
Muning (Tatakan). Setibanya di kampung
Muning ,beliau menemui Datu Suban
dan menceritakan perhal
akan mimpinya tersebut,dengan
lapang dada seakan mengerti akan
simbol rabbaniyahtul I�lm pada hallikwal
waktu itu datu suban pun
menerima dan
mengerti akan maksud
kedatangannya serta disambut
serta sangat diharapkan oleh datu suban ibarat pepatah buku
bertemu dengan ruas kemudian
pasak bertemu
dengan tiang. Atas pengamatan dan
penilaian Datu Suban terhadap Datu
Sanggul bahwasanya datusanggul
mempunyai sikap maupun watak
yang berbeda dari
murid-muridnya yang lain,
sehingga Datuk Sanggul diberikan
amanah untuk menjaga kitab oleh datu Suban mengenai
ilmu Ma�rifattullah. Menurut catatan sejarah ,aktifitas
beliau sehari-hari yakni berburu
rusa ,
katanya cara beliau berburu dengan
cara menunggu ditempat yang
sering dilalui oleh binatang buruan dan hasil dari
berburunya didermakan
ketetangga dan jiran
sekitar rumah beliau. Menurut mereka yang sefaham
aliran dengan beliau ialah dengan
ketaatan,ketawadhuan serta
tingkat peribadatannya sampai
mencapai martabat
Abudah dan Badal. Metode pelaksanaan syariat keagamaannya
di nilai sangat kuat
seperti sholat Tahajjud terutama
dibulan suci Ramadhan beliau selalu
mengikat
perut dan menguatkan ibadahnya untuk menunggu malam lailatul
qadar ,menurut
kepercayaan orang banjar pada
malam ganjil dimulai pada 20 akhir
Ramadhan
beliau selalu menyanggul lailatul qadar,sehingga atas dasar etrsebut
masyarakat
setempat digelari dengan sebutan
Datu Sanggul. sementara keunikannya dari pola
interaksi symbolic Datuk
Sanggul,melalui kitab
berencongnya pada manaqibnya
penuh syair serta puisi dan pantun.
Diceritakan oleh juri kunci pemakaman Julak
Antung, dimana masyarakat
sekitar memanggilnya,
di temui oleh MataBanua di
Pemakaman DatuSuban ,�
menurutnya melalui yang tercatat dalam sejarah yakni
manaqib DatuSanggul dengan
riwayat kitab berencong
yang diberikan datu suban kepada
datu sanggul secara silsilah
merupakan berasal dari Datu Nuraya yang maqamnya
berada dekat pertahanan datu
dulung ketika
melawan belanda dan benteng
tersebut adalah benteng Munggu
Tayuh digelari dengan Datu Nuraya karena datu
tersebut datang ke kampung
muning bertepatan
dengan hari raya selepas datu suban
melaksanakan sholat ied. Setelah
berkenalan dan memperlihatkan sebuah kitab
kepada datu suban tidak lama
kemudian orang
tersebut ambruk dan wafat pada
hari raya itu juga. Mengenai
riwayat datu Nuraya tidak ada kejelasan dari mana
beliau berasal dan apa tujuan beliau
berada dikampung Muning
Tatakan , namun
menurut kabar yang berkembang
di masyarakat ada yang mengatakan bahwa datu
nuraya berasal dari Hadramaut
tetapi ada pula yang mengatakan
bahwa datu nuraya
berasal dari pulau jawa , dengan
gelar garandali ,diceritakan garandali sebuah
gelar yang luar biasa, namun
ketawadhuan yang dimiliki datu
nuraya membuat
hidupnya lebih memilih
merakyat ,keutamaan garandali tak lain adalah seorang
ulama yang selalu
merakyat,halikwal dan
keinginannya sudah bulat di
tujukan
hanya satu yakni kepada Allah.Sw,sehingga setiap ibadah
maupun di dalam
memanfaatkan ilmunya,selalu
merasa tak berdaya melainkan
hanya dengan
pertolongan allah . swt, setiap kebaikan yang di anggapnya selalu
hanya hadiah
dari Allah.Swt ,dengan seperti
itu,menjadikan hati bahkan seluruh
batang
tubuhnya ,hanya sebagai persinggahan Allah.Swt,saja dan ini
tingkat ikhlash
yang tertinggi. �ungkapnya. Datu Nuraya ,seorang figur
garandali yang menempuh jalan
gurur ,jalan gurur
yang selalu di kilati akan hall dan
menurut kabar jalan ini tak
mudah ,dan konon beliau ini ,dengan kain
kebesarannya atau tapih dapat
mengatur alam ,yang
tentunya atas izin
Allah.Swt ,seperti menurunkan
hujan , mengatur petir ,dan awan serta angin yang bertiup,
sehingga setiap beliau berjalan di
terik
matahari awan selalu menaunginya,
Sementara itu juga ada kabar yang
menyebutkan bahwasanya beliau bernama Syekh
Gede Jangkung,hall ini dilihat dari
ukuran
makam beliau yang panjangnya
�35 depa ( 55 meter ). Kitab yang
diberikan Datu Nuraya kepada Datu Suban berisi
tuntunan hidup pada kehidupan
lahir dan bathin
untuk kehidupan didunia maupun
dikehidupan akhirat serta rahasia
alam dan rahasia rubbubiyah ,serta
menyangkut Rabbaniyatul I�lm
dan Rabbaniyatul hukum. Kembali ke Datu Sanggul bertemu
dan menjalin persaudaraan dengan
Datu
kelampayan , di ceritakan oleh
masyarakat setempat ,akan
hallikhwal Datu kelampayan Syekh Muhammad
Arsyad Al Banjari mengaji ke
mekkah,beliau sudah
melakukan ikatan lahir bathin
dengan Datu Sanggul,yakni
( beangkatan dangsanak) jika orang banjar mengartikan. Ikatan saudara ini lebih di perluas
dengan saling memberikan
pengetahuan satu
sama lainnya,, dimana
keingintahuan Datu Kelampayan
pada isi kitab Datu Sanggul terpenuhi, sementara pesan Datu
sanggul kepada datu kelampayan
yakni ,� kalau
adinda bulik ke banua yang
sarincung kitab ini kaina ambil di
Kampung Muning Tatakan dengan syarat harus
membawa kain putih,sebab bila
kitab ini bersatu
lagi salah satu diantara kita akan
kembali kepada Allah.Swt� Ketika datu kalampayan pulang ke
kampung halaman di martapura
setelah �30 tahun
mengaji di Mekkah dan sempat
mengajar di Masjidil Haram Mekkah
pada bulan Ramadhan 1186 H atau bulan
Desember 1772 M, usai datu
kelampayan berkumpul
dengan keluarga maka beliau
teringat dengan Datu Sanggul
sebagai saudara yang ada di kampung muning Tatakan
dengan berencana akan melakukan
silahturhami.
Sesampainya di kampung Muning
beliau sampai pada gubuk yang
sederhana apakah benar suadara datu sanggul telah
pulang kerahmatullah ,dan konon
meninggalnya
DatuSanggul ditandai dengan hujan
lebat selama tiga hari tiga malam
berturut-turut,yang menandakan bahwa langit dan bumi merasa
bersedih atas
kepergiannya.�ungkapnya.

Jumat, 07 September 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Guru Sekumpul Martapura

gurusekumpul martapura
kalsel Syaikhuna al-Alim al-Allamah
Muhammad Zaini bin al-Arif billah
Abdul Ghani bin
Abdul Manaf bin Muhammad Seman
bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah
bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-
Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin
Syaikh
Muhammad Arsyad al-Banjari. Alimul Allamah Asy Syekh
Muhammad Zaini Ghani yang selagi
kecil dipanggil
dengan nama Qusyairi adalah anak
dari perkawinan Abdul Ghani bin H
Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya.
Muhammad Zaini Ghani merupakan
anak pertama,
sedangkan adiknya bernama H
Rahmah. Beliau dilahirkan di Tunggul Irang,
Dalam Pagar, Martapura pada malam
Rabu
tanggal 27 Muharram 1361 H
bertepatan dengan tanggal 11
Februari 1942 M. Diceriterakan oleh Abu Daudi, Asy
Syekh Muhammad Ghani sejak kecil
selalu
berada di samping ayah dan
neneknya yang bernama Salbiyah.
Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak
kecil keduanya menanamkan
kedisiplinan dalam
pendidikan. Keduanya juga
menanamkan pendidikan tauhid
dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah,
Abu Daudi meyakini, guru pertama
dari Alimul
Allamah Asy Syekh Muhammad
Zaini Ghani adalah ayah dan
neneknya sendiri. Semenjak kecil beliau sudah
digembleng orang tua untuk
mengabdi kepada ilmu
pengetahuan dan ditanamkan
perasaan cinta kasih dan hormat
kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil
sering menunggu al-Alim al-Fadhil
Syaikh Zainal
Ilmi yang ingin ke Banjarmasin
hanya semata-mata untuk
bersalaman dan mencium tangannya. Pada tahun 1949 saat berusia 7
tahun, beliau mengikuti pendidikan
"formal"
masuk ke Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam, Martapura. Guru-guru
beliau pada masa ini antara lain, Guru Abdul Muiz,
Guru Sulaiman, Guru Muhammad
Zein, Guru H.
Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi'i,
Guru Syahran, Guru Husin Dahlan,
Guru H. Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955
pada usia 13 tahun, beliau
melanjutkan
pendidikan ke Madrasah
Tsanawiyah Darussalam, Martapura.
Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru
besar yang spesialist dalam bidang
keilmuan
seperti al-Alim al-Fadhil Sya'rani
Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri,
al-Alim al-Fadhil Salim Ma'ruf, al- Alim al-Allamah Syaikh Seman
Mulya, al-Alim
Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil
Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil
al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir,
dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir
merupakan guru beliau yang secara
khusus untuk pendalaman Ilmu
Tajwid. Kalau kita cermati deretan guru-
guru beliau pada saat ini adalah
tokoh-tokoh
besar yang sudah tidak diragukan
lagi tingkat keilmuannya. Dari yang
saya kenal saja secara khusus adalah KH. Husin
Qadri lewat buku-buku beliau
seperti
Senjata Mukmin yang banyak
dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-
Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh
Salman Jalil, sempat kita temui
ketika masih
hidup. Syaikh Seman Mulya adalah
pamanda beliau yang secara intensif
mendidik beliau baik ketika berada di sekolah
maupun di luar sekolah. Dan ketika
mendidik Guru Sekumpul, Guru
Seman hampir tidak pernah
mengajarkan langsung
bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi
Guru Seman
langsung mengajak dan
mengantarkan beliau mendatangi
tokoh-tokoh yang terkenal
dengan sepesialisasinya masing- masing baik di daerah Kal-Sel
(Kalimantan)
maupun di Jawa untuk belajar.
Seperti misalnya ketika ingin
mendalami Hadits
dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-
Alim al-Allamah
Syaikh Anang Sya'rani yang
terkenal sebagai muhaddits dan ahli
tafsir. Menurut
Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman
Mulya adalah
pakar di semua bidang keilmuan
Islam itu. Tapi karena kerendahan
hati dan
tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak. Sedangkan al-Alim al-Allamah
Salman Jalil adalah pakar ilmu falak
dan ilmu
faraidh. (Pada masa itu, hanya ada
dua orang pakar ilmu falak yang
diakui ketinggian dan kedalamannya
yaitu beliau dan al-marhum KH.
Hanafiah Gobet).
Selain itu, Salman Jalil juga adalah
Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah
seorang tokoh pendiri IAIN Antasari
Banjarmasin. Beliau ini pada masa
tuanya kembali
berguru kepada Guru Sekumpul
sendiri. Peristiwa ini yang beliau
contohkan kepada kami agar jangan sombong,
dan lihatlah betapa seorang guru
yang alim
besar tidak pernah sombong di
hadapan kebesaran ilmu
pengetahuan, meski yang sekarang sedang
menyampaikannya adalah
muridnya sendiri. Selain itu, di antara guru-guru beliau
lagi selanjutnya adalah Syaikh
Syarwani
Abdan (Bangil) dan al-Alim al-
Allamah al-Syaikh al-Sayyid
Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru
Khusus beliau, atau meminjam
perkataan
beliau sendiri adalah Guru Suluk
(Tarbiyah al-Shufiyah). Dari
beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor)
, Syaikh Yasin bin Isa Padang
(Makkah),
Syaikh Hasan Masyath, Syaikh
Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul
Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara
ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali
Junaidi
(Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi
Muhammad Amin bin al-Alim al-
Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad
Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-
Allamah
Muhammad Syarwani Abdan
Bangil. (Selain ini, masih banyak
tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan
sebagian lagi tidak sempat karena
waktu itu
beliau menyebutkannya dengan
sangat cepat. Sempat saya hitung
dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar
179 orang sepesialis bidang
keilmuan Islam
terdiri dari wilayah Kalimantan
sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari
Makkah). Gemblengan ayah dan bimbingan
intensif pamanda beliau semenjak
kecil
betul-betul tertanam. Semenjak
kecil beliau sudah menunjukkan
sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan
kasih sayang terhadap siapa saja.
Kasih sayang
yang ditanamkan dan juga
ditunjukkan oleh ayahnda beliau
sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun
deras sedangkan rumah beliau
sekeluarga sudah
sangat tua dan reot. Sehingga air
hujan merembes masuk dari atap-
atap rumah. Pada waktu itu, ayah beliau
menelungkupi beliau untuk
melindungi tubuhnya dari
hujan dan rela membiarkan dirinya
sendiri tersiram hujan. Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah
dari Syekh Muhammad Ghani juga
adalah seorang
pemuda yang shalih dan sabar
dalam menghadapi segala situasi
dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita
dan cobaan. Tidak pernah mengeluh
kepada siapapun.
Cerita duka dan kesusahan
sekaligus juga merupakan intisari
kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal,
menjaga hak orang lain, jangan
mubazir, bahkan
sistem memenej usaha dagang
beliau sampaikan kepada kami
lewat cerita-cerita itu. Beberapa cerita yang masih saya
ingat. Sewaktu kecil mereka
sekeluarga yang
terdiri dari empat orang hanya
makan satu nasi bungkus dengan
lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu
kalipun di antara mereka yang
mengeluh.
Pada masa-masa itu juga, ayahnda
beliau membuka kedai minuman.
Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu
meminta izin kepada pembeli untuk
diberikan
kepada beliau. Sehingga kemudian
sisa-sisa minuman itu dikumpulkan
dan diberikan untuk keluarga. Adapun
sistem mengatur usaha dagang,
beliau sampaikan
bahwa setiap keuntungan dagang
itu mereka bagi menjadi tiga.
Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga,
sepertiga untuk menambah modal
usaha, dan
sepertiga untuk disumbangkan.
Salah seorang ustazd kami pernah
mengomentari hal ini, "bagaimana tidak berkah
hidupnya kalau seperti itu." Pernah
sewaktu kecil
beliau bermain-main dengan
membuat sendiri mainan dari
gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan
melihatnya. Dengan ramah sang
ayah menegur beliau,
"Nak, sayangnya mainanmu itu.
Padahal bisa dibuat sayur." Beliau
langsung berhenti dan menyerahkannya
kepada sang ayah. Beberapa Catatan lain berupa
beberapa kelebihan dan keanehan:
Beliau sudah hapal al-Qur`an
semenjak berusia 7 tahun.
Kemudian hapal tafsir
Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul
dijaga. Kemanapun bepergian selalu
ditemani (saya lupa nama sepupu
beliau yang
ditugaskan oleh Syaikh Seman
Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika
beliau ingin bermain-main ke pasar
seperti layaknya anak sebayanya
semasa
kecil. Saat memasuki gerbang pasar,
tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh
Seman Mulya di hadapan beliau dan
memerintahkan untuk pulang.
Orang-orang tidak
ada yang melihat Syaikh, begitu
juga sepupu yang menjadi "bodyguard' beliau.
Beliaupun langsung pulang ke
rumah. Pada usia 9 tahun pas malam jum'at
beliau bermimpi melihat sebuah
kapal besar
turun dari langit. Di depan pintu
kapal berdiri seorang penjaga
dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk
kapal tertulis "Sapinah al-Auliya".
Beliau ingin
masuk, tapi dihalau oleh penjaga
hingga tersungkur. Beliaupun
terbangun. Pada malam jum'at berikutnya, beliau
kembali bermimpi hal serupa. Dan
pada malam
jum'at ketiga, beliau kembali
bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau
dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika
sudah masuk,
beliau melihat masih banyak kursi
yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah
Jawa untuk mencari ilmu, tak
disangka tak
dikira orang yang pertama kali
menyambut beliau dan menjadi
guru adalah orang yang menyambut beliau dalam
mimpi tersebut. (Sayang saya lupa
nama syaikh
tersebut, semoga saja beberapa
kawan dan anggota jamaah yang
juga hadir sewaktu pengajian umum di PP. Al-Falah,
Banjarbaru, Kal-Sel saat itu ada
yang bisa
mengingatkan saya nama syaikh
tersebut). Salah satu pesan beliau tentang
karamah adalah agar kita jangan
sampai tertipu
dengan segala keanehan dan
keunikan. Karena bagaimanapun
juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan
suatu keahlian atau skill. Karena itu
jangan
pernah berpikir atau berniat untuk
mendapatkan karamah dengan
melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah
yang paling mulia dan tinggi
nilainya adalah
istiqamah di jalan Allah itu sendiri.
Kalau ada orang mengaku sendiri
punya karamah tapi shalatnya tidak
karuan, maka itu bukan karamah,
tapi "bakarmi"
(orang yang keluar sesuatu dari
duburnya). Selain sebagai ulama yang ramah
dan kasih sayang kepada setiap
orang, beliau
juga orang yang tegas dan tidak
segan-segan kepada penguasa
apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak
undangan Soeharto untuk
mengikuti acara halal bil
halal di Jakarta. Begitu juga dalam
pengajian-pengajian, tidak kurang-
kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan
teguran kepada penguasa baik
Gubernur, Bupati
atau jajaran lainnya dalam suatu
masalah yang beliau anggap
menyimpang atau tidak tepat. Kemarin, Rabu 10 Agustus 2005 jam
05.10 pagi beliau telah berpulang ke
rahmatullah pada usia 63 tahun.
Dulu almarhum Guru Ayan (Rantau)
, salah seorang
syaikh yang dikenal kasyaf pernah menyampaikan bahwa kehidupan
Syaikh M. Zaini
Ghani itu seperti Nabi. Bahkan usia
beliau pun sama seperti usia Nabi.
Salah
seorang murid dekat Guru Ayan, yaitu M. Yunus (kaka kelas saya di
PP. Alfalah)
pernah mencoba melihat-lihat ciri-
ciri hissiyahnya. Salah satu yang
menjadi
sorotannya adalah kepindahan Beliau dari Keraton Martapura ke
wilayah Sekumpul
seperti Rasulullah s.a.w. hijrah (dan
beberapa hal lainnya). Dan
sekarang,
ucapan tersebut terbukti. Kebetulan? Wallahu A'lam. Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-
Syekh H. Muhammad Zaini Abd.
Ghani bin Al 'arif Billah Abd. Ghani
bin H. Abd. Manaf bin Muh. Seman
bin H. M, Sa'ad bin H. Abdullah bin
'Alimul 'allamah Mufti H. M. Khalid bin 'Alimul 'allamah Khalifah H.
Hasanuddin bin Syekh Muhammad
Arsyad; dilahirkan pada, malam
Rabu 27 Muharram, 1361 H (I I
Februari 1942 M). Nama kecilnya adalah Qusyairi,
sejak kecil beliau termasuk dari
salah seorang yang "mahfuzh",
yaitu suatu keadaan yang sangat
jarang sekali terjadi, kecuali bagi
orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT.
Beliau adalah salah seorang anak
yang mempunyai sifat sifat dan
pembawaan yang lain daripada
yang lainnya, diantaranya adalah
bahwa beliau tidak pernah ihtilam. 'Alimul 'allamah Al Arif Billah Asy-
Syekh H. Muhammad Zaini Abd
Ghani sejak kecil selalu berada
disamping kedua orang tua dan
nenek beliau yang benama
Salbiyah. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan disiplin
dalam pendidikan, sehingga dimasa
kanak kanak beliau sudah mulai
ditanamkan pendidikan Tauhid dan
Akhlaq oleh ayah dan nenek beliau.
Beliau belajar membaca AI Quran dengan nenek beliau, dengan
demikian guru pertama dalam
bidang ilmu Tauhid dan Akhlaq
adalah ayah dan nenek beliau
sendiri. Meskipun kehidupan kedua orang
tua beliau dalam keadaan ekonomi
sangat lemah, namun mereka selalu
memperhatikan untuk turut
membantu dan meringankan beban
guru yang mengajar anak mereka membaca Al Quran, sehingga setiap
malamnya beliau selalu membawa
bekal botol kecil yang berisi
minyak tanah untuk diberikan
kepada Guru yang mengajar AI
Quran. Dalam usia kurang lebih 7 tahun
beliau sudah mulai belajar di
madrasah Darussalam Martapura. Guru guru'Alimul'allamah Al 'Arif
Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd.
Ghani : 1. Ditingkat Ibtida adalah: Guru Abd
Mu'az, Guru Sulaiman, Guru Muh.
Zein, Guru H. Abd. Hamid Husin,
Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi'I, Guru
Syahran, Guru H. Husin Dakhlan,
Guru H. Salman Yusuf 2. Ditingkat Tsanawiyah adalah:
'Alimul Fadhil H. Sya'rani'Arif,
'Alimul Fadhil H, Husin Qadri, 'Alimul
Fadhil H. Salilm Ma'ruf, 'Alimul
Fadhil H. Seman Mulya, 'Alimul
Fadhil H. Salman Jalil. 3. Guru dibidang Tajwid ialah:
'Alimul Fadhil H. Sya'rani 'Arif,
'Alimul Fadhil At Hafizh H. Nashrun
Thahir, 'Al-Alim H. Aini Kandangan.
4. Guru Khusus adalah:
'Alimul'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan, 'Alimul'allamah
Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin
Kutby. Sanad sanad dalam berbagai bidang
ilmu dan Thariqat diterima dari:
Kyai Falak (Bogor), 'Alimul'allamah
Asy Syekh Muh Yasin Padang
(Mekkah). 'Alimul'allamah As
Syekh Hasan Masysyath, 'Alimul'allamah Asy Syekh Isma'il
Yamani dan 'Alimul'allamah Asy
Syekh Abd. Qadir Al Baar.
5. Guru pertama secara Ruhani ialah:
'Alimul 'allamah Ali Junaidi (Berau)
bin 'Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin 'Alimul
'allamah Mufti H. Jamaluddin bin
Syekh Muhammad Arsyad, dan
'Alimul 'allamah H. Muhammad
Syarwani Abdan. Kemudian 'Alimullailamah H.
Muhammad Syarwani Abdan
menyerahkan kepada Kiayi Falak
dan seterusnya Kiayi Falak
menyerahkan kepada
'Alimul'allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby,
kemudian beliau menyerahkan
kepada Syekh Muhammad Arsyad
yang selanjutnya langsung
dipimpin oleh Rasulullah saw. Atas petunjuk 'Alimul'allamah Ali
Junaidi, beliau dianjurkan untuk
belajar kepada 'Alimul Fadhil H.
Muhammad (Gadung) bin 'Alimul
Fadhil H. Salman Farlisi bin
'Allimul'allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad
Arsyad, mengenal masalah Nur
Muhammad; maka dengan
demikian diantara guru beliau
tentang Nur Muhammad antara lain
adalah 'Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut diatas.
Dalam usia kurang lebih 10 tahun,
sudah mendapat khususiat dan
anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf
Hissi yaitu melihat dan mendengar
apa apa yang ada didalam atau yang terdinding. Dan dalam usia itu pula beliau
didatangi oleh seseorang bekas
pemberontak yang sangat ditakuti
masyarakat akan kejahatan dan
kekejamannya. Kedatangan orang
tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah
beliau. Namun apa yang terjadi,
laki-laki tersebut ternyata ketika
melihat beliau langsung sungkem
dan minta ampun serta memohon
minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia
amalkan, jika salah atau sesat minta
dibetulkan dan diapun minta agar
supaya ditobatkan. Mendengar hal yang demikian
beliau lalu masuk serta
memberitahukan masalah orang
tersebut kepada ayah dan keluarga,
di dalam rumah, sepeninggal beliau
masuk kedalam ternyata tamu tersebut tertidur.
Setelah dia terjaga dari tidurnya
maka diapun lalu diberi makan dan
sementara tamu itu makan, beliau
menemui ayah beliau dan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut. Maka
kata ayah beliau tanyakan
kepadanya apa saja ilmu yang
dikajinya. Setelah selesai makan lalu
beliau menanyakan kepada tamu
tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh ayah beliau dan
jawabannva langsung beliau
sampaikan kepada ayah beliau.
Kemudian kata ayah beliau
tanyakan apa lagi, maka
jawabannyapun disampaikan beliau pula. Dan kata ayah beliau apa lagi,
maka setelah berulamg kali di
tanyakan apa lagi ilmu yang ia
miiki maka pada akhirnya ketika
beliau hendak menyampaikan
kepada tamu tersebut, maka tamu tersebut tatkala melihat beliau
mendekat kepadanya langsung
gemetar badannya dan menangis
seraya minta tolong ditobatkan
dengan harapan Tuhan
mengampuni dosa dosanya. Pernah rumput rumputan memberi
salam kepada beliau dan
menyebutkan manfaatnya untuk
pengobatan dan segalanya, begitu
pula batu-batuan dan besi. Namun
kesemuanya itu tidaklah beliau perhatikan dan hal hal yang
demikian itu beliau anggap hanya
merupakan ujian dan cobaan
semata dari Allah SWT.
Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya
masih duduk di Kelas Satu Tsanawiyah, beliau telah dibukakan
oleh Allah swt atau futuh, tatkala
membaca Tafsir: Wakanallahu
syamiiul bashiir. 'Alimul'allamah Al-'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, yang
sejak kecilnya hidup ditengah
keluarga yang shalih, maka sifat
sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib,
kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan
tumbuh subur dijiwa beliau;
sehingga apapun yang terjadi
terhadap diri beliau tidak pernah
mengeluh dan mengadu kepada
orang tua, sekalipun beliau pernah dipukuli oleh orang-orang yang
hasud dan dengki kepadanya. Beliau adalah seorang yang sangat
mencintai para ulama dan orang
orang yang shalih, hal ini tampak
ketika beliau masih kecil, beliau
selalu menunggu tempat tempat
yang biasanya 'Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari
tertentu ketika hendak pergi ke
Banjarmasin semata mata hanya
untuk bersalaman dan mencium
tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.
Dimasa remaja 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini
Abd Ghani pernah bertemu dengan
Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin
yang keduanva masing-masing
membawakan pakaian dan
memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari lainnya.
Dan beliau ketika itu diberi nama
oleh keduanya dengan nama Zainal
'Abidin. Setelah dewasa. maka tampaklah
kebesaran dan keutamaan beliau
dalam berbagai hal dan banyak pula
orang yang belajar. Para Habaib
yang tua tua, para ulama dan guru-
guru yang pernah mengajari beliau, karena mereka mengetahui
keadaan beliau yang sebenarnya
dan sangat sayang serta hormat
kepada beliau. 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani adalah
seorang ulama yang menghimpun
antara wasiat, thariqat dari haqiqat,
dan beliau seorang yang Hafazh AI
Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al Quran Al 'Azhim Lil-
Imamain Al Jalalain. Beliau seorang
ulama yang masih termasuk
keturunan Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari yang
menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta Thariqat yang
diamalkan oleh Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari. Karena itu
majelis pengajian beliau, baik
majelis tali'm maupun majelis
'amaliyahnya adalah seperti majelis Syekh Abd. Kadir al-Jilani. Sifat lemah lembut, kasih sayang,
ramah tamah, sabar dan pemurah
sangatlah tampak pada diri beliau,
sehingga beliau dikasihi dan
disayangi oleh segenap lapisan
masyarakat, sababat dan anak murid.
Kalau ada orang yang tidak senang
melihat akan keadaan beliau dan
menyerang dengan berbagai
kritikan dan hasutan maka
beliaupun tidak peniah membalasnya. Beliau hanya diam
dan tidak ada reaksi apapun, karena
beliau anggap mereka itu belum
mengerti, bahkan tidak
mengetahuu serta tidak mau
bertanya. Tamu tamu yang datang kerumah
beliau, pada umumnya selalu beliau
berikan jamuan makan, apalagi
pada hari-hari pengajian, seluruh
murid murid yang mengikuti
pengajian yang tidak kurang dari 3000 an, kesemuanya diberikan
jamuan makan. Sedangkan pada
hari hari lainnya diberikan jamuan
minuman dan roti. Beliau adalah orang yang
mempunyai prinsip dalam berjihad
yang benar benar mencerminkan
apa apa yang terkandung dalam Al
Quran, misalnya beliau akan
menghadiri suatu majelis yang sifatnya da'wah Islamivah, atau
membesarkan dan memuliakan
syi'ar agama Islam. Sebelum beliau
pergi ketempat tersebut lebih dulu
beliau turut menyumbangkan harta
beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau dating. Jadi
benar benar beliau berjihad dengan
harta lebih dahulu, kemudian
dengan anggota badan. Dengan
demikian beliau benar benar
meamalkan kandungan Al Quran yang berbunyi: Wajaahiduu
bi'amwaaliku waanfusikum fii
syabilillah.
'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, adalah
satu satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia yang
mendapat izin untuk
mengijazahkan (baiat) Thariqat
Sammaniyah, karena itu banyaklah
yang datang kepada beliau untuk
mengambil bai'at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan
dari pulau Jawa dan daerah lainnya.
'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani dalam
mengajar dan membimbing umat
baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenal lelah dan sakit.
Meskipun dalam keadaan kurang
sehat beliau masih tetap mengajar. Dalam membina kesehatan para
peserta pengajian dalam waktu
waktu tertentu beliau datangkan
doktcr dokter spesialis untuk
memberiikan penyuluhan
kesehatan sebelum pengajian dimulai. Seperti dokter spesialls
jantung, paru paru, THT, mata,
ginjal, penyakit dalam, serta dokter
ahli penyakit menular dan lainnya.
Dengan demikian beliau sangatlah
memperhatikan kesehatan para peserta pengajian dari kesehatan
lingkungan tempat pengajian. Karomah- Karomahnya
Ketika beliau masih tinggal di
Kampung Keraton, biasanya setelah
selesai pembacaan maulid, beliau
duduk-duduk dengan beberapa
orang yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang
orang tua dulu yang isi cerita itu
untuk dapat diambil pelajaran
dalam meningkatkan amaliyah.
Tiba tiba beliau bercerita tentang
buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan
tidak disadari dan diketaui oleh
yang hadir beliau mengacungkan
tangannya kebelakang dan
ternyata ditangan beliau terdapat
sebuah buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang
hadir melihat kejadian akan hal
tersebut. Dan rambutan itupun
langsung beliau makan. Ketika beliau sedang menghadiri
selamatan dan disuguh jamuan oleh
shahibulbait maka tampak ketika,
itu makanan, tersebut hampir habis
beliau makan, namun setelah piring
tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau,
ternyata, makanan yang tampak
habis itu masih banyak bersisa dan
seakan akan tidak dimakan oleh
beliau
Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama
tidak turun sehingga sumur sumur
sudah hampir mengering, maka
cemaslah masyarakat ketika itu
dan mengharap agar hujan bisa
secara turun. Melihat hal yang demikian banyak
orang yang datang kepada beliau
mohon minta doa beliau agar hujan
segera turun, kemudian beliau lalu
keluar rumah dan menuju pohon
pisang yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau
goyang goyangkan lah pohon
pisang tersebut dan ternyata tidak
lama kemudian, hujanpun turun
dengan derasnya. Ketika pelaksanaan Haul Syekh
Muhammad Arsyad yang ke 189 di
Dalam pagar Martapuram,
kebetulan pada masa itu sedang
musim hujan sehingga membanjiri
jalanan yang akan dilalui oleh 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syeikh H. M. Zaini Abd. Ghani
menuju ketempat pelaksanaan haul
tersebut, hal ini sempat
mencemaskan panitia pelaksanaan
haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang
akan dilalui oleh beliau yang masih
digenangi air sudah kering,
sehingga dengan mudahnya beliau
dan rombongan melewati jalanan
tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali
digenangi air sampai beberapa hari.
Banyak orang orang yang
menderita sakit seperti sakit ginjal,
usus yang membusuk, anak yang
tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta
meninggal dalam kandungan
ibunya, sernuanya ini menurut
keterangan dokter harus dioperasi.
Namun keluarga mereka pergi
minta do'a dan pertolongan. 'Allimul'allamah 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani.
Dengan air yang beliau berikan
kesemuanya dapat tertolong dan
sembuh tanpa dioperasi.
Demlklanlah diantara karamah dan kekuasaan Tuhan yang
ditunjukkan kepada diri seorang
hamba yang dikasihiNya. ***
(Abu Daudi) Karya tulis beliau adalah :
- Risalah Mubarakah.
- Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid
Muharnmad bin Abd. Karim Al-
Qadiri Al Hasani As Samman Al
Madani. - Ar Risalatun Nuraniyah fi Syarhit
Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil
Masyhur bil Ustadzil a'zham
Muhammad bin Ali Ba-'Alwy. Wasiat Tuan Guru K.H. M. Zaini
Abdul Ghoni
1. Menghormati ulama dan orang
tua,
2. Baik sangka terhadap muslimin,
3. Murah hati, 4. Murah harta,
5. Manis muka,
6. Jangan menyakiti orang lain,
7. Mengampunkan kesalahan orang
lain,
8. Jangan bermusuh-musuhan, 9. Jangan tamak / serakah,
10. Berpegang kepada Allah, pada
Qobul segala hajat,
11. Yakin keselamatan itu pada
kebenaran,

Sabtu, 04 Agustus 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

KH. Muhammad Kholil Bangkalan "Madura"

KH Muhammad Khalil bin Kiyai Haji
Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin
Kiyai Abdul Karim bin Kiyai
Muharram bin Kiyai Asrar Karamah
bin Kiyai Abdullah bin Sayid
Sulaiman. Sayid Sulaiman adalah cucu Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah itu
putera Sultan Umdatuddin
Umdatullah Abdullah yang
memerintah di Cam (Campa). Ayahnya adalah Sayid Ali Nurul
Alam bin Sayid Jamaluddin al-
Kubra.
KH. Muhammad Kholil dilahirkan
pada 11 Jamadilakhir 1235
Hijrahatau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa
Kemayoran, Kecamatan Bangkalan,
Kabupaten Bangkalan, Pulau
Madura, Jawa Timur. Beliau berasal
dari keluarga Ulama dan
digembleng langasung oleh ayah Beliau menginjak dewasa beliau
ta’lim diberbagai pondok pesantren.
Sekitar 1850-an, ketika usianya
menjelang tiga puluh, Kiyai
Muhammad Khalil belajar kepada
Kiyai Muhammad Nur di Pondok- pesantren Langitan, Tuban, Jawa
Timur. Dari Langitan beliau pindah
ke Pondok-pesantren Cangaan,
Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau
pindah ke Pondok-pesantren
Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini beliau belajar
pula kepada Kiyai Nur Hasan yang
menetap di Sidogiri, 7 kilometer
dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini,
sesungguhnya, masih mempunyai
pertalian keluarga dengannya. Sewaktu menjadi Santri KH
Muhammad Kholil telah menghafal
beberapa matan, seperti Matan
Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa
Arab). disamping itu juga beliau
juga seorang hafiz al-Quran . Belia mampu membaca alqur’an dalam
Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca
al-Quran).
Pada 1276 Hijrah/1859 Masihi,
KHMuhammad Khalil Belajar di
Mekah. Di Mekah KH Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan
Syeikh Nawawi al-Bantani(Guru
Ulama Indonesia dari Banten). Di
antara gurunya di Mekah ialah
Syeikh Utsman bin Hasan ad-
Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin
Muhammad al-Afifi al-Makki,
Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud
asy-Syarwani i. Beberapa sanad
hadis yang musalsal diterima dari
Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-
Bimawi (Bima, Sumbawa).
Kh.Muhammad Kholil Sewaktu
Belajar di Mekkah Seangkatan
dengan KH.Hasym
Asy’ari,Kh.Wahab Hasbullah dan KH.Muhammad Dahlan namum
Ulama-ulama Dahulu punya
kebiasaan Memanggil Guru sesama
Rekannya, Dan Kh.Muhammad
KHolil yang Dituakan dan
dimuliakan diantara mereka. Sewaktu berada di Mekah untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari,
Kh.Muhammad Khalil bekerja
mengambil upah sebagai penyalin
kitab-kitab yang diperlukan oleh
para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham
antara mereka bertiga, yaitu:
Syeikh Nawawi al-Bantani, Kiyai
Muhammad Khalil al-Maduri dan
Syeikh Saleh as-Samarani
(Semarang) menyusun kaedah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon
ialah tulisan Arab yang digunakan
untuk tulisan dalam bahasa Jawa,
Madura dan Sunda. Huruf Pegon
tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi
yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu.
karena Kiyai Muhammad Khalil
cukup lama belajar di beberapa
pondok-pesantren di Jawa dan
Mekah, maka sewaktu pulang dari
Mekah, beliau terkenal sebagai ahli/ pakar nahwu, fiqih, thariqat ilmu-
ilmu lainnya. Untuk
mengembangkan pengetahuan
keislaman yang telah diperolehnya,
Kiyai Muhammad Khalil selanjutnya
mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1
kilometer arah Barat Laut dari desa
kelahirannya. Kh. Muhammad Khalil
al-Maduri adalah seorang ulama
yang bertanggungjawab terhadap
pertahanan, kekukuhan dan maju- mundurnya agama Islam dan
bangsanya. Beliau sedar benar
bahwa pada zamannya, bangsanya
adalah dalam suasana terjajah oleh
bangsa asing yang tidak seagama
dengan yang dianutnya. Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura
seratus peratus memeluk agama
Islam, sedangkan bangsa Belanda,
bangsa yang menjajah itu memeluk
agama Kristian. Sesuai dengan
keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut,
tentunya Kiyai Muhammad Khalil
tidak melibatkan diri dalam medan
perang, memberontak dengan
senjata tetapi mengkaderkan
pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad
Khalil sendiri pernah ditahan oleh
penjajah Belanda kerana dituduh
melindungi beberapa orang yang
terlibat melawan Belanda di
pondok pesantrennya. beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh
kebangsaana lainnya yang terlibat
memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia tidak sedikit yang pernah
mendapat pendidikan dari Kiyai
Muhammad Khalil al-Maduri . Kh.Ghozi menambahkan, dalam
peristiwa 10 November, Mbah Kholil
bersama kiai-kiai besar seperti Bisri
Syansuri, Hasyim Asy’ari, Wahab
Chasbullah dan Mbah Abas Buntet
Cirebon, menge-rahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan
tentara Sekutu.
Hizib-hizib yang mereka miliki,
dikerahkan semua untuk
menghadapi lawan yang
bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di
tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan
menjadi bom berdaya ledak besar.
Tak ketinggalan, Mbah Kholil
mengacau konsentrasi tentara
Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di
saat ribuan ekor lebah menyerang,
konsentrasi lawan buyar.
Saat konsentrasi lawan buyar
itulah, pejuang kita gantian
menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan
sederhana, kita bisa mengusir
tentara lawan yang senjatanya
super modern. Tapi sayang, peran
ulama yang mengerahkan
kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi,
cucu KH Wahab Chasbullah ini.
Kesaktian lain dari Mbah Kholil,
adalah kemampuannya membelah
diri. Dia bisa berada di beberapa
tempat dalam waktu bersamaan. Pernah ada peristiwa aneh saat
beliau mengajar di pesantren. Saat
berceramah, Mbah Kholil
melakukan sesuatu yang tak
terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan
sarung beliau basah kuyub,” cerita kh Ghozi.
Para santri heran. Sedangkan beliau
sendiri cuek, tak mau menceritakan
apa-apa. Langsung ngloyor masuk
rumah, ganti baju.
Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada
seorang nelayan sowan Mbah
Kholil. Dia mengucapkan
terimakasih, karena saat perahunya
pecah di tengah laut, langsung
ditolong Mbah Kholil. ”Kedatangan nelayan itu membuka
tabir. Ternyata saat memberi
pengajian, Mbah Kholil dapat pesan
agar segera ke pantai untuk
menyelamatkan nelayan yang
perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau
bisa sampai laut dan membantu si
nelayan itu,” papar kh Ghozi yang
kini tinggal di Wedomartani
Ngemplak Sleman ini.
di antara sekian banyak murid Kh Muhammad Khalil al-Maduri yang
cukup menonjol dalam sejarah
perkembangan agama Islam dan
bangsa Indonesia ialah Kh Hasyim
Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren
Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama / NU) Kiyai Haji
Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri
Pondok-pesantren Tambakberas,
Jombang); Kiyai Haji Bisri Syansuri
(pendiri Pondok-pesantren
Denanyar); Kiyai Haji Ma’shum (pendiri Pondok-pesantren Lasem,
Rembang, adalah ayahanda Kiyai
Haji Ali Ma’shum), Kiyai Haji Bisri
Mustofa (pendiri Pondok-pesantren
Rembang); dan Kiyai Haji As’ad
Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok- pesantren Asembagus, Situbondo).
Kh. Muhammad Khalil al-Maduri,
wafat dalam usia yang lanjut 106
tahun, pada 29 Ramadan 1341
Hijrah/14 Mei 1923 Masihi.