Jumat, 07 September 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Guru Sekumpul Martapura

gurusekumpul martapura
kalsel Syaikhuna al-Alim al-Allamah
Muhammad Zaini bin al-Arif billah
Abdul Ghani bin
Abdul Manaf bin Muhammad Seman
bin Muhammad Sa'ad bin Abdullah
bin al-Mufti Muhammad Khalid bin al-Alim al-
Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin
Syaikh
Muhammad Arsyad al-Banjari. Alimul Allamah Asy Syekh
Muhammad Zaini Ghani yang selagi
kecil dipanggil
dengan nama Qusyairi adalah anak
dari perkawinan Abdul Ghani bin H
Abdul Manaf dengan Hj Masliah binti H Mulya.
Muhammad Zaini Ghani merupakan
anak pertama,
sedangkan adiknya bernama H
Rahmah. Beliau dilahirkan di Tunggul Irang,
Dalam Pagar, Martapura pada malam
Rabu
tanggal 27 Muharram 1361 H
bertepatan dengan tanggal 11
Februari 1942 M. Diceriterakan oleh Abu Daudi, Asy
Syekh Muhammad Ghani sejak kecil
selalu
berada di samping ayah dan
neneknya yang bernama Salbiyah.
Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak
kecil keduanya menanamkan
kedisiplinan dalam
pendidikan. Keduanya juga
menanamkan pendidikan tauhid
dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah,
Abu Daudi meyakini, guru pertama
dari Alimul
Allamah Asy Syekh Muhammad
Zaini Ghani adalah ayah dan
neneknya sendiri. Semenjak kecil beliau sudah
digembleng orang tua untuk
mengabdi kepada ilmu
pengetahuan dan ditanamkan
perasaan cinta kasih dan hormat
kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil
sering menunggu al-Alim al-Fadhil
Syaikh Zainal
Ilmi yang ingin ke Banjarmasin
hanya semata-mata untuk
bersalaman dan mencium tangannya. Pada tahun 1949 saat berusia 7
tahun, beliau mengikuti pendidikan
"formal"
masuk ke Madrasah Ibtidaiyah
Darussalam, Martapura. Guru-guru
beliau pada masa ini antara lain, Guru Abdul Muiz,
Guru Sulaiman, Guru Muhammad
Zein, Guru H.
Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi'i,
Guru Syahran, Guru Husin Dahlan,
Guru H. Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955
pada usia 13 tahun, beliau
melanjutkan
pendidikan ke Madrasah
Tsanawiyah Darussalam, Martapura.
Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru
besar yang spesialist dalam bidang
keilmuan
seperti al-Alim al-Fadhil Sya'rani
Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri,
al-Alim al-Fadhil Salim Ma'ruf, al- Alim al-Allamah Syaikh Seman
Mulya, al-Alim
Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil
Sya'rani Arif, al-Alim al-Fadhil
al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir,
dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir
merupakan guru beliau yang secara
khusus untuk pendalaman Ilmu
Tajwid. Kalau kita cermati deretan guru-
guru beliau pada saat ini adalah
tokoh-tokoh
besar yang sudah tidak diragukan
lagi tingkat keilmuannya. Dari yang
saya kenal saja secara khusus adalah KH. Husin
Qadri lewat buku-buku beliau
seperti
Senjata Mukmin yang banyak
dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-
Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh
Salman Jalil, sempat kita temui
ketika masih
hidup. Syaikh Seman Mulya adalah
pamanda beliau yang secara intensif
mendidik beliau baik ketika berada di sekolah
maupun di luar sekolah. Dan ketika
mendidik Guru Sekumpul, Guru
Seman hampir tidak pernah
mengajarkan langsung
bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi
Guru Seman
langsung mengajak dan
mengantarkan beliau mendatangi
tokoh-tokoh yang terkenal
dengan sepesialisasinya masing- masing baik di daerah Kal-Sel
(Kalimantan)
maupun di Jawa untuk belajar.
Seperti misalnya ketika ingin
mendalami Hadits
dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-
Alim al-Allamah
Syaikh Anang Sya'rani yang
terkenal sebagai muhaddits dan ahli
tafsir. Menurut
Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman
Mulya adalah
pakar di semua bidang keilmuan
Islam itu. Tapi karena kerendahan
hati dan
tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak. Sedangkan al-Alim al-Allamah
Salman Jalil adalah pakar ilmu falak
dan ilmu
faraidh. (Pada masa itu, hanya ada
dua orang pakar ilmu falak yang
diakui ketinggian dan kedalamannya
yaitu beliau dan al-marhum KH.
Hanafiah Gobet).
Selain itu, Salman Jalil juga adalah
Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah
seorang tokoh pendiri IAIN Antasari
Banjarmasin. Beliau ini pada masa
tuanya kembali
berguru kepada Guru Sekumpul
sendiri. Peristiwa ini yang beliau
contohkan kepada kami agar jangan sombong,
dan lihatlah betapa seorang guru
yang alim
besar tidak pernah sombong di
hadapan kebesaran ilmu
pengetahuan, meski yang sekarang sedang
menyampaikannya adalah
muridnya sendiri. Selain itu, di antara guru-guru beliau
lagi selanjutnya adalah Syaikh
Syarwani
Abdan (Bangil) dan al-Alim al-
Allamah al-Syaikh al-Sayyid
Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru
Khusus beliau, atau meminjam
perkataan
beliau sendiri adalah Guru Suluk
(Tarbiyah al-Shufiyah). Dari
beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor)
, Syaikh Yasin bin Isa Padang
(Makkah),
Syaikh Hasan Masyath, Syaikh
Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul
Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara
ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali
Junaidi
(Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi
Muhammad Amin bin al-Alim al-
Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad
Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-
Allamah
Muhammad Syarwani Abdan
Bangil. (Selain ini, masih banyak
tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan
sebagian lagi tidak sempat karena
waktu itu
beliau menyebutkannya dengan
sangat cepat. Sempat saya hitung
dalam jumblah kira-kira, guru beliau ada sekitar
179 orang sepesialis bidang
keilmuan Islam
terdiri dari wilayah Kalimantan
sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari
Makkah). Gemblengan ayah dan bimbingan
intensif pamanda beliau semenjak
kecil
betul-betul tertanam. Semenjak
kecil beliau sudah menunjukkan
sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan
kasih sayang terhadap siapa saja.
Kasih sayang
yang ditanamkan dan juga
ditunjukkan oleh ayahnda beliau
sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun
deras sedangkan rumah beliau
sekeluarga sudah
sangat tua dan reot. Sehingga air
hujan merembes masuk dari atap-
atap rumah. Pada waktu itu, ayah beliau
menelungkupi beliau untuk
melindungi tubuhnya dari
hujan dan rela membiarkan dirinya
sendiri tersiram hujan. Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah
dari Syekh Muhammad Ghani juga
adalah seorang
pemuda yang shalih dan sabar
dalam menghadapi segala situasi
dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita
dan cobaan. Tidak pernah mengeluh
kepada siapapun.
Cerita duka dan kesusahan
sekaligus juga merupakan intisari
kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal,
menjaga hak orang lain, jangan
mubazir, bahkan
sistem memenej usaha dagang
beliau sampaikan kepada kami
lewat cerita-cerita itu. Beberapa cerita yang masih saya
ingat. Sewaktu kecil mereka
sekeluarga yang
terdiri dari empat orang hanya
makan satu nasi bungkus dengan
lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu
kalipun di antara mereka yang
mengeluh.
Pada masa-masa itu juga, ayahnda
beliau membuka kedai minuman.
Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu
meminta izin kepada pembeli untuk
diberikan
kepada beliau. Sehingga kemudian
sisa-sisa minuman itu dikumpulkan
dan diberikan untuk keluarga. Adapun
sistem mengatur usaha dagang,
beliau sampaikan
bahwa setiap keuntungan dagang
itu mereka bagi menjadi tiga.
Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga,
sepertiga untuk menambah modal
usaha, dan
sepertiga untuk disumbangkan.
Salah seorang ustazd kami pernah
mengomentari hal ini, "bagaimana tidak berkah
hidupnya kalau seperti itu." Pernah
sewaktu kecil
beliau bermain-main dengan
membuat sendiri mainan dari
gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan
melihatnya. Dengan ramah sang
ayah menegur beliau,
"Nak, sayangnya mainanmu itu.
Padahal bisa dibuat sayur." Beliau
langsung berhenti dan menyerahkannya
kepada sang ayah. Beberapa Catatan lain berupa
beberapa kelebihan dan keanehan:
Beliau sudah hapal al-Qur`an
semenjak berusia 7 tahun.
Kemudian hapal tafsir
Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul
dijaga. Kemanapun bepergian selalu
ditemani (saya lupa nama sepupu
beliau yang
ditugaskan oleh Syaikh Seman
Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika
beliau ingin bermain-main ke pasar
seperti layaknya anak sebayanya
semasa
kecil. Saat memasuki gerbang pasar,
tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh
Seman Mulya di hadapan beliau dan
memerintahkan untuk pulang.
Orang-orang tidak
ada yang melihat Syaikh, begitu
juga sepupu yang menjadi "bodyguard' beliau.
Beliaupun langsung pulang ke
rumah. Pada usia 9 tahun pas malam jum'at
beliau bermimpi melihat sebuah
kapal besar
turun dari langit. Di depan pintu
kapal berdiri seorang penjaga
dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk
kapal tertulis "Sapinah al-Auliya".
Beliau ingin
masuk, tapi dihalau oleh penjaga
hingga tersungkur. Beliaupun
terbangun. Pada malam jum'at berikutnya, beliau
kembali bermimpi hal serupa. Dan
pada malam
jum'at ketiga, beliau kembali
bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau
dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika
sudah masuk,
beliau melihat masih banyak kursi
yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah
Jawa untuk mencari ilmu, tak
disangka tak
dikira orang yang pertama kali
menyambut beliau dan menjadi
guru adalah orang yang menyambut beliau dalam
mimpi tersebut. (Sayang saya lupa
nama syaikh
tersebut, semoga saja beberapa
kawan dan anggota jamaah yang
juga hadir sewaktu pengajian umum di PP. Al-Falah,
Banjarbaru, Kal-Sel saat itu ada
yang bisa
mengingatkan saya nama syaikh
tersebut). Salah satu pesan beliau tentang
karamah adalah agar kita jangan
sampai tertipu
dengan segala keanehan dan
keunikan. Karena bagaimanapun
juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan
suatu keahlian atau skill. Karena itu
jangan
pernah berpikir atau berniat untuk
mendapatkan karamah dengan
melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah
yang paling mulia dan tinggi
nilainya adalah
istiqamah di jalan Allah itu sendiri.
Kalau ada orang mengaku sendiri
punya karamah tapi shalatnya tidak
karuan, maka itu bukan karamah,
tapi "bakarmi"
(orang yang keluar sesuatu dari
duburnya). Selain sebagai ulama yang ramah
dan kasih sayang kepada setiap
orang, beliau
juga orang yang tegas dan tidak
segan-segan kepada penguasa
apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak
undangan Soeharto untuk
mengikuti acara halal bil
halal di Jakarta. Begitu juga dalam
pengajian-pengajian, tidak kurang-
kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan
teguran kepada penguasa baik
Gubernur, Bupati
atau jajaran lainnya dalam suatu
masalah yang beliau anggap
menyimpang atau tidak tepat. Kemarin, Rabu 10 Agustus 2005 jam
05.10 pagi beliau telah berpulang ke
rahmatullah pada usia 63 tahun.
Dulu almarhum Guru Ayan (Rantau)
, salah seorang
syaikh yang dikenal kasyaf pernah menyampaikan bahwa kehidupan
Syaikh M. Zaini
Ghani itu seperti Nabi. Bahkan usia
beliau pun sama seperti usia Nabi.
Salah
seorang murid dekat Guru Ayan, yaitu M. Yunus (kaka kelas saya di
PP. Alfalah)
pernah mencoba melihat-lihat ciri-
ciri hissiyahnya. Salah satu yang
menjadi
sorotannya adalah kepindahan Beliau dari Keraton Martapura ke
wilayah Sekumpul
seperti Rasulullah s.a.w. hijrah (dan
beberapa hal lainnya). Dan
sekarang,
ucapan tersebut terbukti. Kebetulan? Wallahu A'lam. Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-
Syekh H. Muhammad Zaini Abd.
Ghani bin Al 'arif Billah Abd. Ghani
bin H. Abd. Manaf bin Muh. Seman
bin H. M, Sa'ad bin H. Abdullah bin
'Alimul 'allamah Mufti H. M. Khalid bin 'Alimul 'allamah Khalifah H.
Hasanuddin bin Syekh Muhammad
Arsyad; dilahirkan pada, malam
Rabu 27 Muharram, 1361 H (I I
Februari 1942 M). Nama kecilnya adalah Qusyairi,
sejak kecil beliau termasuk dari
salah seorang yang "mahfuzh",
yaitu suatu keadaan yang sangat
jarang sekali terjadi, kecuali bagi
orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT.
Beliau adalah salah seorang anak
yang mempunyai sifat sifat dan
pembawaan yang lain daripada
yang lainnya, diantaranya adalah
bahwa beliau tidak pernah ihtilam. 'Alimul 'allamah Al Arif Billah Asy-
Syekh H. Muhammad Zaini Abd
Ghani sejak kecil selalu berada
disamping kedua orang tua dan
nenek beliau yang benama
Salbiyah. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan disiplin
dalam pendidikan, sehingga dimasa
kanak kanak beliau sudah mulai
ditanamkan pendidikan Tauhid dan
Akhlaq oleh ayah dan nenek beliau.
Beliau belajar membaca AI Quran dengan nenek beliau, dengan
demikian guru pertama dalam
bidang ilmu Tauhid dan Akhlaq
adalah ayah dan nenek beliau
sendiri. Meskipun kehidupan kedua orang
tua beliau dalam keadaan ekonomi
sangat lemah, namun mereka selalu
memperhatikan untuk turut
membantu dan meringankan beban
guru yang mengajar anak mereka membaca Al Quran, sehingga setiap
malamnya beliau selalu membawa
bekal botol kecil yang berisi
minyak tanah untuk diberikan
kepada Guru yang mengajar AI
Quran. Dalam usia kurang lebih 7 tahun
beliau sudah mulai belajar di
madrasah Darussalam Martapura. Guru guru'Alimul'allamah Al 'Arif
Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd.
Ghani : 1. Ditingkat Ibtida adalah: Guru Abd
Mu'az, Guru Sulaiman, Guru Muh.
Zein, Guru H. Abd. Hamid Husin,
Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi'I, Guru
Syahran, Guru H. Husin Dakhlan,
Guru H. Salman Yusuf 2. Ditingkat Tsanawiyah adalah:
'Alimul Fadhil H. Sya'rani'Arif,
'Alimul Fadhil H, Husin Qadri, 'Alimul
Fadhil H. Salilm Ma'ruf, 'Alimul
Fadhil H. Seman Mulya, 'Alimul
Fadhil H. Salman Jalil. 3. Guru dibidang Tajwid ialah:
'Alimul Fadhil H. Sya'rani 'Arif,
'Alimul Fadhil At Hafizh H. Nashrun
Thahir, 'Al-Alim H. Aini Kandangan.
4. Guru Khusus adalah:
'Alimul'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan, 'Alimul'allamah
Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin
Kutby. Sanad sanad dalam berbagai bidang
ilmu dan Thariqat diterima dari:
Kyai Falak (Bogor), 'Alimul'allamah
Asy Syekh Muh Yasin Padang
(Mekkah). 'Alimul'allamah As
Syekh Hasan Masysyath, 'Alimul'allamah Asy Syekh Isma'il
Yamani dan 'Alimul'allamah Asy
Syekh Abd. Qadir Al Baar.
5. Guru pertama secara Ruhani ialah:
'Alimul 'allamah Ali Junaidi (Berau)
bin 'Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin 'Alimul
'allamah Mufti H. Jamaluddin bin
Syekh Muhammad Arsyad, dan
'Alimul 'allamah H. Muhammad
Syarwani Abdan. Kemudian 'Alimullailamah H.
Muhammad Syarwani Abdan
menyerahkan kepada Kiayi Falak
dan seterusnya Kiayi Falak
menyerahkan kepada
'Alimul'allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby,
kemudian beliau menyerahkan
kepada Syekh Muhammad Arsyad
yang selanjutnya langsung
dipimpin oleh Rasulullah saw. Atas petunjuk 'Alimul'allamah Ali
Junaidi, beliau dianjurkan untuk
belajar kepada 'Alimul Fadhil H.
Muhammad (Gadung) bin 'Alimul
Fadhil H. Salman Farlisi bin
'Allimul'allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad
Arsyad, mengenal masalah Nur
Muhammad; maka dengan
demikian diantara guru beliau
tentang Nur Muhammad antara lain
adalah 'Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut diatas.
Dalam usia kurang lebih 10 tahun,
sudah mendapat khususiat dan
anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf
Hissi yaitu melihat dan mendengar
apa apa yang ada didalam atau yang terdinding. Dan dalam usia itu pula beliau
didatangi oleh seseorang bekas
pemberontak yang sangat ditakuti
masyarakat akan kejahatan dan
kekejamannya. Kedatangan orang
tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah
beliau. Namun apa yang terjadi,
laki-laki tersebut ternyata ketika
melihat beliau langsung sungkem
dan minta ampun serta memohon
minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia
amalkan, jika salah atau sesat minta
dibetulkan dan diapun minta agar
supaya ditobatkan. Mendengar hal yang demikian
beliau lalu masuk serta
memberitahukan masalah orang
tersebut kepada ayah dan keluarga,
di dalam rumah, sepeninggal beliau
masuk kedalam ternyata tamu tersebut tertidur.
Setelah dia terjaga dari tidurnya
maka diapun lalu diberi makan dan
sementara tamu itu makan, beliau
menemui ayah beliau dan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut. Maka
kata ayah beliau tanyakan
kepadanya apa saja ilmu yang
dikajinya. Setelah selesai makan lalu
beliau menanyakan kepada tamu
tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh ayah beliau dan
jawabannva langsung beliau
sampaikan kepada ayah beliau.
Kemudian kata ayah beliau
tanyakan apa lagi, maka
jawabannyapun disampaikan beliau pula. Dan kata ayah beliau apa lagi,
maka setelah berulamg kali di
tanyakan apa lagi ilmu yang ia
miiki maka pada akhirnya ketika
beliau hendak menyampaikan
kepada tamu tersebut, maka tamu tersebut tatkala melihat beliau
mendekat kepadanya langsung
gemetar badannya dan menangis
seraya minta tolong ditobatkan
dengan harapan Tuhan
mengampuni dosa dosanya. Pernah rumput rumputan memberi
salam kepada beliau dan
menyebutkan manfaatnya untuk
pengobatan dan segalanya, begitu
pula batu-batuan dan besi. Namun
kesemuanya itu tidaklah beliau perhatikan dan hal hal yang
demikian itu beliau anggap hanya
merupakan ujian dan cobaan
semata dari Allah SWT.
Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya
masih duduk di Kelas Satu Tsanawiyah, beliau telah dibukakan
oleh Allah swt atau futuh, tatkala
membaca Tafsir: Wakanallahu
syamiiul bashiir. 'Alimul'allamah Al-'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, yang
sejak kecilnya hidup ditengah
keluarga yang shalih, maka sifat
sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib,
kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan
tumbuh subur dijiwa beliau;
sehingga apapun yang terjadi
terhadap diri beliau tidak pernah
mengeluh dan mengadu kepada
orang tua, sekalipun beliau pernah dipukuli oleh orang-orang yang
hasud dan dengki kepadanya. Beliau adalah seorang yang sangat
mencintai para ulama dan orang
orang yang shalih, hal ini tampak
ketika beliau masih kecil, beliau
selalu menunggu tempat tempat
yang biasanya 'Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari
tertentu ketika hendak pergi ke
Banjarmasin semata mata hanya
untuk bersalaman dan mencium
tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.
Dimasa remaja 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini
Abd Ghani pernah bertemu dengan
Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin
yang keduanva masing-masing
membawakan pakaian dan
memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari lainnya.
Dan beliau ketika itu diberi nama
oleh keduanya dengan nama Zainal
'Abidin. Setelah dewasa. maka tampaklah
kebesaran dan keutamaan beliau
dalam berbagai hal dan banyak pula
orang yang belajar. Para Habaib
yang tua tua, para ulama dan guru-
guru yang pernah mengajari beliau, karena mereka mengetahui
keadaan beliau yang sebenarnya
dan sangat sayang serta hormat
kepada beliau. 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani adalah
seorang ulama yang menghimpun
antara wasiat, thariqat dari haqiqat,
dan beliau seorang yang Hafazh AI
Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al Quran Al 'Azhim Lil-
Imamain Al Jalalain. Beliau seorang
ulama yang masih termasuk
keturunan Syekh Muhammad
Arsyad Al-Banjari yang
menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta Thariqat yang
diamalkan oleh Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari. Karena itu
majelis pengajian beliau, baik
majelis tali'm maupun majelis
'amaliyahnya adalah seperti majelis Syekh Abd. Kadir al-Jilani. Sifat lemah lembut, kasih sayang,
ramah tamah, sabar dan pemurah
sangatlah tampak pada diri beliau,
sehingga beliau dikasihi dan
disayangi oleh segenap lapisan
masyarakat, sababat dan anak murid.
Kalau ada orang yang tidak senang
melihat akan keadaan beliau dan
menyerang dengan berbagai
kritikan dan hasutan maka
beliaupun tidak peniah membalasnya. Beliau hanya diam
dan tidak ada reaksi apapun, karena
beliau anggap mereka itu belum
mengerti, bahkan tidak
mengetahuu serta tidak mau
bertanya. Tamu tamu yang datang kerumah
beliau, pada umumnya selalu beliau
berikan jamuan makan, apalagi
pada hari-hari pengajian, seluruh
murid murid yang mengikuti
pengajian yang tidak kurang dari 3000 an, kesemuanya diberikan
jamuan makan. Sedangkan pada
hari hari lainnya diberikan jamuan
minuman dan roti. Beliau adalah orang yang
mempunyai prinsip dalam berjihad
yang benar benar mencerminkan
apa apa yang terkandung dalam Al
Quran, misalnya beliau akan
menghadiri suatu majelis yang sifatnya da'wah Islamivah, atau
membesarkan dan memuliakan
syi'ar agama Islam. Sebelum beliau
pergi ketempat tersebut lebih dulu
beliau turut menyumbangkan harta
beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau dating. Jadi
benar benar beliau berjihad dengan
harta lebih dahulu, kemudian
dengan anggota badan. Dengan
demikian beliau benar benar
meamalkan kandungan Al Quran yang berbunyi: Wajaahiduu
bi'amwaaliku waanfusikum fii
syabilillah.
'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, adalah
satu satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia yang
mendapat izin untuk
mengijazahkan (baiat) Thariqat
Sammaniyah, karena itu banyaklah
yang datang kepada beliau untuk
mengambil bai'at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan
dari pulau Jawa dan daerah lainnya.
'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani dalam
mengajar dan membimbing umat
baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenal lelah dan sakit.
Meskipun dalam keadaan kurang
sehat beliau masih tetap mengajar. Dalam membina kesehatan para
peserta pengajian dalam waktu
waktu tertentu beliau datangkan
doktcr dokter spesialis untuk
memberiikan penyuluhan
kesehatan sebelum pengajian dimulai. Seperti dokter spesialls
jantung, paru paru, THT, mata,
ginjal, penyakit dalam, serta dokter
ahli penyakit menular dan lainnya.
Dengan demikian beliau sangatlah
memperhatikan kesehatan para peserta pengajian dari kesehatan
lingkungan tempat pengajian. Karomah- Karomahnya
Ketika beliau masih tinggal di
Kampung Keraton, biasanya setelah
selesai pembacaan maulid, beliau
duduk-duduk dengan beberapa
orang yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang
orang tua dulu yang isi cerita itu
untuk dapat diambil pelajaran
dalam meningkatkan amaliyah.
Tiba tiba beliau bercerita tentang
buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan
tidak disadari dan diketaui oleh
yang hadir beliau mengacungkan
tangannya kebelakang dan
ternyata ditangan beliau terdapat
sebuah buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang
hadir melihat kejadian akan hal
tersebut. Dan rambutan itupun
langsung beliau makan. Ketika beliau sedang menghadiri
selamatan dan disuguh jamuan oleh
shahibulbait maka tampak ketika,
itu makanan, tersebut hampir habis
beliau makan, namun setelah piring
tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau,
ternyata, makanan yang tampak
habis itu masih banyak bersisa dan
seakan akan tidak dimakan oleh
beliau
Pada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama
tidak turun sehingga sumur sumur
sudah hampir mengering, maka
cemaslah masyarakat ketika itu
dan mengharap agar hujan bisa
secara turun. Melihat hal yang demikian banyak
orang yang datang kepada beliau
mohon minta doa beliau agar hujan
segera turun, kemudian beliau lalu
keluar rumah dan menuju pohon
pisang yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau
goyang goyangkan lah pohon
pisang tersebut dan ternyata tidak
lama kemudian, hujanpun turun
dengan derasnya. Ketika pelaksanaan Haul Syekh
Muhammad Arsyad yang ke 189 di
Dalam pagar Martapuram,
kebetulan pada masa itu sedang
musim hujan sehingga membanjiri
jalanan yang akan dilalui oleh 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy
Syeikh H. M. Zaini Abd. Ghani
menuju ketempat pelaksanaan haul
tersebut, hal ini sempat
mencemaskan panitia pelaksanaan
haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang
akan dilalui oleh beliau yang masih
digenangi air sudah kering,
sehingga dengan mudahnya beliau
dan rombongan melewati jalanan
tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali
digenangi air sampai beberapa hari.
Banyak orang orang yang
menderita sakit seperti sakit ginjal,
usus yang membusuk, anak yang
tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta
meninggal dalam kandungan
ibunya, sernuanya ini menurut
keterangan dokter harus dioperasi.
Namun keluarga mereka pergi
minta do'a dan pertolongan. 'Allimul'allamah 'Arif Billah Asy
Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani.
Dengan air yang beliau berikan
kesemuanya dapat tertolong dan
sembuh tanpa dioperasi.
Demlklanlah diantara karamah dan kekuasaan Tuhan yang
ditunjukkan kepada diri seorang
hamba yang dikasihiNya. ***
(Abu Daudi) Karya tulis beliau adalah :
- Risalah Mubarakah.
- Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid
Muharnmad bin Abd. Karim Al-
Qadiri Al Hasani As Samman Al
Madani. - Ar Risalatun Nuraniyah fi Syarhit
Tawassulatis Sammaniyah.
- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil
Masyhur bil Ustadzil a'zham
Muhammad bin Ali Ba-'Alwy. Wasiat Tuan Guru K.H. M. Zaini
Abdul Ghoni
1. Menghormati ulama dan orang
tua,
2. Baik sangka terhadap muslimin,
3. Murah hati, 4. Murah harta,
5. Manis muka,
6. Jangan menyakiti orang lain,
7. Mengampunkan kesalahan orang
lain,
8. Jangan bermusuh-musuhan, 9. Jangan tamak / serakah,
10. Berpegang kepada Allah, pada
Qobul segala hajat,
11. Yakin keselamatan itu pada
kebenaran,


EmoticonEmoticon