Minggu, 07 Juli 2019

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Buaya Tembaga

Tags

Pulau Ambon adalah salah satu pulau yang indah di Indonesia. Di sana terdapat lautan yang mem­biru dipenuhi ikan yang ber­aneka ragam. Ada pula ikan yang dapat terbang mencecah laut. Taman lautnya yang pe­nuh dengan berbagai jenis hewan laut, membuatnya semakin indah di­pandang mata.



Dikisahkan pada zaman dahulu, kota Ambon yang terletak pada jazirah Lei Ti­mur dan jazirah Lei Hitu itu dihubungkan oleh satu tanah genting yang bernama Tanah Gen­ting Baguala. Di tempat ini hidup seekor buaya yang sangat besar. Panjang badannya kira-kira 5 meter dan warna kulitnya ku­ning. Oleh sebab itu, penduduk di sana mem­berinya nama Bu­aya Tembaga. Keadaan alam di Baguala yang begitu indah dan nya­­man, membuat Buaya Tembaga itu me­­­rasa betah tinggal di sana. Apalagi pen­duduknya sangat memu­ja buaya tersebut.
Tak jauh dari tempat itu, di pesisir pantai selatan Pulau Buru, hiduplah se­ekor ular besar yang bertengger di atas se­batang pohon Mintaggor. Pohon itu tum­­buh di tepi pantai dan selalu condong ke arah laut. Ular tersebut selalu meng­gang­gu ketenteraman hidup semua penghuni tempat itu. Hampir semua ikan ditelannya, buaya-buaya pun turut di­mang­sa­nya juga. Oleh karena itu, ikan-ikan, bu­­­a­ya, dan binatang lain ber­kumpul untuk mengadakan musya­­wa­rah dengan tujuan untuk meng­­atasi serta membasmi ular rak­sasa itu. Akhir­nya, mereka sepakat bahwa yang da­pat menandingi ular ter­sebut adalah Bu­aya Tembaga.
Setelah selesai bermusyawarah me­reka mengirim utusan untuk menemui Bu­aya Tembaga. Tujuannya yaitu meminta ban­­­tuan agar dapat menghancurkan ular pe­mang­sa itu. Mereka kemudian men­­­jem­put Buaya Tembaga dari Teluk Baguala, se­­men­ta­ra ikan-ikan dan buaya yang lain sibuk mempersiapkan upacara pe­­nyam­butan bagi Buaya Tembaga.
Setibanya mereka di Teluk Baguala, Buaya Tem­baga mengabulkan permohon­an me­­re­ka­ dan bersedia untuk berangkat ber­sama dengan para utusan itu menu­ju pantai selatan Pulau Buru. Setibanya di Pulau Buru, Bua­ya Tem­ba­ga disambut de­ngan hangat da­­lam su­atu upacara yang meriah. Upacara pun dihadiri oleh para peng­huni laut seperti keong laut, berjenis ikan, para bu­aya, aneka ma­cam burung laut. Mereka beramah-tamah dan bersuka-ria dengan Buaya Tembaga sela­ma dua hari.
Pada hari yang ketiga, berangkatlah Buaya Tembaga melaksanakan tugasnya. Ia mulai berjalan, berenang ke sana-kemari mengintai musuhnya dan mendekati po­hon mintanggor tempat ular raksasa itu berada. Ketika buaya melewati pohon itu, ia berpapasan dengan sang ular. Seketika itu ular langsung melilitkan ekornya pada batang pohon mintanggor dan menjulurkan badannya ke laut seraya memagut Buaya Tembaga.
Pagutan ular itu segera ditangkis Bu­a­ya Tembaga dengan mengibaskan ekor­­­­nya yang keras dan tajam. Perang tan­ding pun terjadi antara keduanya dan peris­tiwa ini di­saksikan oleh semua penghuni laut yang berada di sekitar tem­pat itu. Pertarungan tersebut terjadi selama lebih dari sehari.
Ketika pertarungan itu sudah ber­lang­sung selama dua hari, terjadilah saat-saat yang menentukan. Sang ular, seperti biasa, melilitkan ekornya kuat-kuat pada batang pohon min­tang­gor dan memagut mata sang buaya. Buaya pun dengan sigap segera mengelak dari serangan ular dan membalas dengan pu­kulan yang keras dan cepat. Lalu ia ­­­hempas­­kan ekor tajamnya ke arah ke­pa­la ular raksasa itu. Hal ini terjadi ber­ulang kali. Akibatnya, sang ular pun babak belur ter­kena sambaran ekor Buaya Tem­baga. Kepala­nya remuk, lilitan ekornya ter­­lepas dari batang pohon mintanggor dan ter­hempas ke laut. Maka berakhirlah su­dah riwayat ular raksasa tersebut.

Para penghuni laut yang menyak­­­si­­kan­­nya serentak bersorak-sorai. De­ngan demikian, mereka telah bebas dari ancam­an sang ular yang selama ini meng­­hantui mereka. Setelah kejadian itu, Buaya Tem­baga dianugerahi gelar “Yang Di­pertuan di daerah Teluk Baguala”. Hadiah itu di­­­per­sembahkan pada sebuat tagala dan diisi dengan beberapa jenis ikan seperti ikan parang, make, papere, dan salma­ne­­ti. Se­lanjutnya, Buaya Tembaga pun kembali ke tempat asalnya de­ngan membawa hadiah tersebut. Sejak saat itu, ikan-ikan tersebut ber­kem­bang-biak dengan baik di Teluk Baguala. Hingga kini, ikan je­nis itu sangat banyak terdapat di teluk ter­se­but. Bahkan banyak penduduk yang per­caya, terutama yang tinggal di sekitar Te­luk Baguala bahwa bila Buaya Tembaga itu mun­cul pertanda akan datang banyak ikan. Sehingga masyarakat bersiap-siap untuk menangkap ikan dan menjualnya. Kemunculan Bua­ya Tembaga membawa keberuntungan bagi penduduk Baguala.


EmoticonEmoticon