Minggu, 02 Desember 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Syeikh Maulana Ishak

Benih-benih perpecahan mulai membayang di kerajaan Majapahitsemenjak Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389M. ia tidak mempunyai anak laki-laki dari permaisurinya.maka diangkatlah menantunya, suami Kusumawardhani yang bernama Wikramawardana, sebagai penggantinya. Inilah yang menyebabkan perang Paregreg dengan Blambangan
sunan_giri
Dalam pada itu, dalam perkawinannya dengan putrid Hayam Wuruk tersebut, Wikramawardhana mendapatkan seorang anak laki-lakiyang dicalonkan sebagai putra mahkota.tetapi anak ini meninggal padatahun 1933M. dari selir ia memperoleh putri bernama Suhitayang dikawinkannya dengan seorang pangeran, Bhre Pramesywara.
Akibat rasa keksatriaannya yang sangat terluka menyaksikan kebobrokan-kebobrokan di Majapahit, menantu Wikramawardhana itu mengungsi dari negerinya sesudah mengalami perselisihan dengan bangsawan-bangsawan lainnya. Ia mengembara bersama sejumlah kesatria yang bersetuju hati dengannya, meninggalkan istrinya yang menolak diajak serta.
Akhirnya ia tiba di Tumasuk, Singapura sekarang. Dari pulau ini ia berlayar ke Malaka, menetap disana dan diangkat sebagai kepala penguasa. Dibentuknya sebuah armada kecil untuk menjaga keamanan negeri itu. Karena ternyata tempat itu sangat strategis, terlindung dari angin-angin besar, jadilah Malaka sebuah banar yang ramai. Pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persi, Cina, Majapahit dan lain-lainnya mengunjungi pelabuhan tersebut.
Bhre Pramesywara diangkat menjadi raja dan bergelar Megat Iskandar Syah. Waktu itu ia sudah memeluk agama islam. Hubungannya dengan kerajaan-kerajaan islam di Sumatera sangat erat. Apalagi setelah ia kawin denga putri Sultan Pasai, Zainal Abidin Bahian Syah, kakek Maulana Malik Ibrahim, yang sebelumnya telah dikirimkan ke Jawa Timur untuk memimpin angkatan dakwahnya disana.
Tidak lama Megat Iskandar Syah memegang pemerintahan. Hatinya lebih tersentuh untuk menyebarkan agama islam. Maka diserahkannya kekuasaan kepada penggantinya, dan ia berkelana sebagai Mubaligh sambil menuntut ilmu dengan julukan Maulana Ishak.
Beberapa lamanya ia menetap di Pasai, berguru kepada para ulama dari Parsi dan Gujarat yang banyak membuka pengajian di negeri mertuanya itu. Di situ ia mendengar berita dari Jawa bahwa  saudara iparnya,Maulana Malik Ibrahim.telah meninggal pada tahun 1419M, dan pesantren yang sedang dirintisnya itu sekarang dipimping oleh Raden Rahmat yang bergelar Sunan Ampel, anaknya.
Maulana Ishak berangkat ke Jawa Timur, menumpang perahu dari Gresik yang hendak kembali ke kampungnya. Ia langsung menuju ke pesantren Ampel Denta.
Waktu itu Sunan AMpel sedang bersembahyang Asar. Di situ ia berkenalan denga Wirojoyo, Abu Hurairah, Kyai Bangkuning, serta dengan beberapa santri Sunan Ampel lainnya.
Alangkah gembiranya putra Maulana Malik Ibrahim yang kini bernama Sunan Ampel itu bertemu dengan paman iparnya. Maulana IShak sempat berguru di Ampel beberapa lamanya. Hal ini menunjukkan kebesaran hati dan kerendahan jiwanya. Meskipun dari segi umur dan silsilah ia lebih tua, namun tak segan-segan Maulana Ishak berguru kepada Sunan Ampel.
Sesudah itu, dengan peretimbangan bahwa raja Blambangan masih sedarah dengannya, dari Majapahit, maka ia disarankan untuk bedakwah disana.
Berangkatlah Maulana Ishak di negeri Hindu itu. Mula-mula ia menetap dan menepi di gunung Selangu.
Persis pada waktu itu penyakit menular sedang bercabul di negeri Blambangan. Sudah banyak korban yang jatuh, dan di istana, putrid Raja Minak Sembuju sedang sekarat menghadapi maut. Raja bersumpah, barangsiapa dapat menyembuhkan Dewi Sekardadu, kalau perempuan akan diangkat menjadi saudara, sedang kalau laki-laki akan dijadikan suaminya.
Segera Ki Patih Bajusengoro diperintahkan untuk mencari pendeta atau tabib sakti. Dalam perjalanannya, ia mendapati orang setengah tua berpakaian putih-putih sedang sujud dalam sembahyangnya di puncak Gunung Selangu.
Ki Patih mewakili raja, meminta petolongannya. Maka Maulana Ishak pun bertolak ke Blambangan. Dengan penuh kesungguhan akhirnya putri Sekardau bisa disembuhkannya. Karena itu dikawinkanyalah dia dengan sang putri secara islam.
Setelah jadi menantu raja Hindu itu, Maulana Ishak bukannya terlena dalam kesenangan. Ia tetap giat menyebrkan dakwah. Hal ini menyebabkan raja dan para bangsawan memusuhi dan bermaksud membunuhnya. Atas desakan istrinya yang waktu itu sedang hamil tua, Maulana Ishak meloloskan diri dari kepungan, dan berangkat ke Pasai.
Ia telah berpesan kepada istrinya, disamping kepada Sunan Ampel yang sempat disinggahinya,agar anak yang dikandung itu diberi nama Raden Paku kalau laki-laki, dan terserah nama apa saja kalau perempuan, begantung padakesenangan ibunya.
Di Pasai, MAulana  Ishak membuka sebuah pesantren besar. Akhirnya ia tersohor dengan sebuah sebutan Syaih Awalul Islam sampai wafatnya.


EmoticonEmoticon