Sabtu, 01 Desember 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Silsilah Para Wali

Para wali adalah penyebar-penyebar agama islam yang dengan tekun dan ikhlas melaksanakan tugasnya. Jumlah mereka banyak sekali di Indonesia, termasuk beberapa orang yang hidup di masa ini dan dipercaya oleh sebagian umat islam sebagai wali juga. Misalnya Mbah Dalhar di Magelang, Mbah Nur di Moga Pemalang, dan beberapa orang sayid dan kiai sepuh lainnya.
walisongo1
Namun, diantara wali-wali itu, yang terbesar dan terkenal sebagai penghulu para wali di Indonesia adalah mereka yang dinamakan Wali Sanga, yaitu yang hidup pada periode akhir Majapahit, pada masa Demak dan pada masa Pajang. Kesembilan wali itu adalah Maulana Malik Ibrahim atau Syeikh Maghribi, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Fatahillah atau Sunan Gunung Jati.
Cerita tentang mereka sebetulnya sangat menarik, teteapi ada satu hal yang membuat peminat cerita wali itu agak tersendat-sendat, yakni tentang asal-usul serta silsilah mereka.
Maka,berdasarkan beberapa bacaan serta catatan yang bisa dikumpulkan, kemudian dengan membanding-banding serta menarik kesimpulan yang paling mendekati kemungkinandapatlah dinyatakan bahwa para wali itu, berbeda pendapat sementara ahli sejarah, seluruhnya adalah asli bangsa Indonesia, kecuali Sunan Kudus.
Untuk jelasnya,marilah kita telusuri dari jaman Majapahit terakhir.
Waktu itu kerajaan tersebut sangat kacau, demikian yang disampaikan oleh beberapa pelaut Cina. Para bangsawan salingbermusuhan berebut kedudukan. Keamanan tidak terjamin sehingga masalah-masalah kecil saja bisa menyebabkan tikam-menikam. Ditengah-tengah suasana yang bergejolak itu, menantu Prabu WIkramawardhana, Bhre Pramesywara, yang beristrikan Maharani Suhita, terlibat pertengkaran dengan sejumlah bangsawan lainnya. Atas desakan hati nuraninya ia merasa lebih baik memilih keluar dari Majapahit bersama beberapa pengikutnya, meninggalkan Suhita yang menolak diajak serta.
Mereka mengembara sampai tiba di Tumasik (Singapura), lantas menetap di Malaka dan membangun kerajaan disana. Bhre Pramesywara sudah menganut agama islam. Sebagai Sultan MAlaka ia bergelar Maget Iskandar Syah. Kemudian ia kawin dengan putrid Sultan PAsai, Zainal Abidin Bahian Syah. Putri ini adalah kakak Maulana Malik Ibrahim, putra sultan yang kawin dengan Dewi Candrawulan.sedangkan Dwei Candrawulan adalah adik Dyah Dwarawati, putrid dari Campa yang menjadi istri Prabu Brawijaya V (Bhre Kertabumi), ayah Raden Patah.
Pada tahun 1935, sesudah ia mempunyai anak yangkemudian ditinggalkannya di Campa, yaitu Raden Ahmat atau Ali Rahmatullah yang kelak bergelar Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahimdisuruh ayahnya memimpin angkatan dakwah ke Jawa. Salah seorang anggotanya adalah seorang saidagar dari Parsi keturunan Samarkand yang sudah lama menetap di Pasai, yaitu Maulana Malik Ibrahim Asmarakandi, kakek Sunan Kudus.
Maulana Malik Ibrahim wafat dan dimakamkan di Kampung Gapura, Gresik (1419).karena mendengar berita duka ini, Raden Rahmat yang kala itu sudah meningkat remaja berangkat dari Campa menuju ke Jawa. Waktu perahu yang ditumpanginya merapat ke Palembang, ia sempat berkunjung kepada Aria Damar, kakak Raden Patah yang nama aslinya adalah Pangeran Jimbun. Aria Damar adalah adipati Majapahit di Palembang. Sesudah masuk islam hasil bimbingan Raden Rahmat, ia mengubah menjadi Aria Abdillah.
Lalau berangkatlah Raden Rahmat menuju ke Trowulan, Mojokerto, tempatkedudukan kerajaan Majapahit, untuk menemui kakak ibunya, Dyah Dwarawati. Uanya itu dikenal dengan nama Ratu Mas. Perjalanan ini disertai dengan murid barunya, Raden Patah, yang berniat menghadap ayahandanya, Prabu Brawijaya V.
Raden Rahmatmeneruskan perjalanannyake Gresik.ia berziarah dulu ke makam ayahnya. Setelah itu lalu berangkat ke Ampel dan membangun pesantren AmpelDelta yang terkenal itu. Sedangkan Raden Patah diberi hadiah tanah oleh ayahnyadi Demak.
Adapun sultan Malaka, Megat Iskandar Syah, oleh panggilan agamanya menyerahkan kekuasaan kepada penggantinya. Ia aktifmenjadi juru dakwah.namanya dikenal dengan Maulana Ishak.
Perjalanan tablighnya akhirnya sampai ke tanah Jawa. Sesudah berkunjung kepada keponakannya di Ampel, ia disarankan untuk mengislamkan Blambangan. Rajanya waktu itu adalah Minak Sembuju, keturunan minyak bumi ataui Minak Jinggo (putra selir Hayam Wuruk), yangberarti masih ada hubungan darah dengannya.
Di sana ia kawin dengan Dewi Sekardadu, putrid Minak Sembuju. Dari perkawinannya tersebut ia menurunkan anak, Raden Paku, yang kelak tenar dengan julukan Sunan Giri. Olrh suatu sebab yang mendasar, masalah agama, Maulana Ishak berselisih paham dengan mertuanya dan dengan bangsawan-bangsawan lainnya. Sampai direncanakana ia akan dibunuh. Maka, menurut desakan istrinya, ia menyingkir pulang ke Pasai, dan kelak disana ia membangun pesantren besar dan ia tersohor dengan gelar Syeikh Awwalul Islam. Sebelum berlayar, ia singgah dulu kepada Sunan Ampel , memberi tahu bahwa anaknya kelak kalau lahir akan diberi nama Raden Paku.
Dewi Sekardadu pun melahirkan anaknya. Seperti yang dipesan ayahnya, anak itu diberi nama Raden Paku. Ia melarikan diri dari istana karena tidak kuat menderita penderitaan batin akibat peristiwa atas diri suaminya itu. Dalam suatu pertemuan dalam suatu kebetulan dengan Nyai Gede Pinatihatau Nyai Ageng Maloka putri Sunan Ampel, anak itu dititipkannya.
Setelah besar anak itu berguru kepada Sunan Ampel dan akhirnya diangkat menjadi menantunya. Kemudian ia mendirikan padepokan di Giri dan mendapat gelar Sunan Giri.
Sunan Ampel, selain memperoleh anak Nyai Ageng Bela , keponakan Aria Teja, juga mendapat anak Sunan Bonang, yaitu Sunan Drajad,dan seorang gadis yang kelak menjadi istri Sunan Kalijaga.seperti diketahui, Aria Teja adalah perdana menteri Majapahit merangkap adipati Tuban. Ia adalah ayah Sunan Kalijaga.
Adapun putri Sunan Ampel yang kawin dengan Sunan Giri adalah yang dilahirkan Dewi Kharimah anak Ki Wiryo Sarojo, murid pertama yang didapatkan di kembang kuning.
Sedangkan Sunan Kalijaga, selain menjadi menantu Sunan Ampel, juga kawin dengan Dewi Sarah, putra Maulana Ishak dengan sitrinya yang di Pasai. Dari perkawinan ini antara lainmemperoleh anak Raden Umar Said yang nantinya bergelar Sunan Muria.
Wali terakhir dari kesembilan wali itu (wafat pada tahun 1570) adalah Sunan Gunung Jati.ia berasal dari istana Pasai, masih keluarga Maulana Malik Ibrahim dan cucu Maulana Ishak. Sepulang dari Makkah ia berangkat ke Demak pada tahun 1521, pada saat Sultan Trenggono baru saja naik takhta menggantikan Dipati Unus yang berkuasa pada tahun 1518-1521. Ia dikawinkan dengan putri bungsu Raden Patah, adik Sultan Trenggono.
Dari silsilah dan riwayat diatas, sungguh tidak benar mereka yang berpendapat bahwa para wali adalah orang-orang asing , dan yang pribumi adalah Sunan Kalijaga. Sudah tentu semua ini perlu digali oleh para ahli sejarah agar riwayat para wali yang telah diakui sebagai pelopor-pelpor penyebaran islam, di tanah Jawa terutama, tidak dianggap mitos atau sekedar dongeng belaka.


EmoticonEmoticon