Berniat merasakan jadi nelayan dan ikut memburu layur, akhirnya saya paksakan sendirian (teman yang biasa ikut sedang sakit) berangkat ke Ujung Genteng. Rabu 17-09-2016 pkl 02.00 start dari rumah dan sampai di tempat 06.00, jalan sedang mulus dan sendiri, jadi bisa ngebut seperti di jalan tol.
Malam Pertama : Rabu malam Kamis berangkat ke tengah pkl 17.00 bersama kapten Sara - hasilnya layur kurang dari 1 box sekedar cukup untuk bayar BBM, saya cuma kebagian makan ikan bakar - arus dan angin sangat kencang sehingga pkl 23.00 sudah kembali ke darat.
Malam Ketiga : Setelah setengah hari sibuk memperbaiki genset, sabtu malam minggu berangkat lagi bersama kapten Tudin. Sebelum magrib pasang parasit, arus yang hari kemarin dari barat ke timur, sekarang bergerak ke selatan. Layur makan ber-ubah2 kadang di dasar kadang di atas dan lebih sering tidak makan, untuk memenuhi box isi 40 kg butuh waktu cukup lama. Waktu berlalu, tanpa terasa lampu di daerah Ujung Genteng sudah hampir tidak kelihatan. Karena ABK lupa menambah BBM terpaksa angkat parasit den bergerak ke pinggir. Butuh waktu hampir 2 jam untuk sampai spot di pinggir. Pasang jangkar dan mulai memancing. Karena air sangat dingin ikan dasarnya tidak doyan makan, hasilnya hanya seekor tongkol sekitar 1 kg serta cumi batok sekitar 2 kg dan 1,5 kg terangkat pancing. Pkl 01.00 angin sangat dingin membuat badan menggigil, kita putuskan mendarat. Sebagai ABK, saya ambil 10 ekor layur bersama cumi dan tongkol untuk dibawa pulang, yang terjual hanya cukup untuk membayar BBM yang terpakai.
Kesimpulan : dari pengalaman 3 malam menjadi nelayan, ternyata kehidupan nelayan kecil sangat berat, perlu keuletan dan keberanian serta kesabaran .... kondisi laut sangat mempengaruhi penghasilan, semuanya tergantung dari kemurahan sang pencipta yang menguasai alam.
EmoticonEmoticon