Namaku Nira. Aku anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan bernama Pondok Merah Jambu. Aku punya sahabat keypad. Versi email-emailannya sahabat pena, maksudnya he he he... Nama sahabat keypad-ku Monika.
Kami berteman lewat internet. Aku suka memasukkan tulisan-tulisanku di sebuah website majalah anak. Monika sering me-like dan mengomentari tulisan-tulisanku. Ia mengirimkan pesan ke email-ku. Ia bilang ia kagum dengan segala macam pengalamanku.
Aku jadi semakin semangat menulis karena punya pengagum. Aku menulis semakin banyak tentang berbagai tempat yang unik dan eksotis. Tadinya hanya di dalam negeri, lama-lama aku menulis juga tentang pengalamanku pergi ke Singapora, ke Korea, sampai ke Amerika. Semakin heboh pengalaman yang kutulis, semakin banyak pengagumku.
Yang monika dan semua pengagumku tidak tahu... aku belum pernah sekalipun pergi pesiar. Ya, anak panti asuhan seperti aku, bisanya ke mana, sih? Paling hebat ke Dufan. Itu juga kalau ada penyandang dana yang baik hati. Monika bahkan tidak tahu aku ini anak panti asuhan. Ia pikir, aku anak orang kaya yang homeschooling jadi bisa bebas ikut papaku dinas ke luar negeri.
Kami pernah bertukar foto. Monika mengirimiku foto close-up berkostum penari balet. Sedangkan aku....Hmmm... Monika meminta fotoku saat liburan. Akhirnya, aku mengiriminya fotoku di pantai Belitung. Sssst... Foto itu hasil rekaan dengan photoshop yang susah payah aku buat!
Oh iya, Monika juga banyak menulis di website itu. Ia menuliskan banyak hal tentang latihan menarinya. Betapa ia sulit menguasai satu gerakan, tetapi terus berlatih. Ia juga menuliskan tentang pertunjukan tarinya. Cerita-ceritanya juga seru.
Suatu hari, Kak Yana, salah satu kakak asuhku mendapat surat. Surat itu dari Bu Sofyan, Ia salah satu penyandang dana Pondok Merah Jambu. Ia mengabari akan mengunjungi Pondok Merah Jambu pada hari ulang tahun putrinya. Sekalian ia ingin minta putrinya di doakan.
Alangkah kagetnya aku pada saat Bu Sofyan memperkenalkan putrinya. Nama putrinya Monika. Wajahnya pun sama persis dengan wajah Monika sahabat keypad-ku. Namun yang bikin aku paling kaget, Monika putri Bu Sofyan itu lumpuh akibat kecelakaan beberapa tahun lalu. Padahal Monika, sahabat keypad-ku kan....
"Nira?" anak di kursi roda itu menyapaku dengan wajah yang tak kalah kagetnya. Astaga, iya! Bagi Monika, aku kan, bukan anak panti asuhan!
Yap, hari itu semua terbongkar. Monika jadi tahu yang sebenarnya. Seperti aku jadi tahu yang sebenarnya tentang dia. Sama seperti aku yang menginginkan petualangan melalang buana, Monika pun ingin bebas menari. Sama seperti aku yang terhalang kenyataan aku ini yatim piatu, Monika terhalang kenyataan ia lumpuh.
"Maafkan aku, aku sudah membohongimu. Aku sama sekali tidak bisa menari. Aku ingin sekali jadi penari, tapi hanya bisa menuliskannya," sesal Monika.
"Enggak apa-apa. Aku mengerti kok. Aku juga minta maaf telah berbohong," sahutku sama menyesalnya.
Kami lalu berpandangan, lalu mulai tertawa.
"Tapi foto kamu tuh ya! Menipu banget! Jago banget, sih!" meledak tawa Monika.
"Kamu juga! Pantesan saja foto kamu foto close up! Bukan foto saat berpose menari!" Aku ikut tertawa.
"Aduh, dua penipu cilik!" gemas Kak Yana.
Akhirnya, aku dan Monika sama-sama mengaku di website kalau kami tidak benar-benar mengalami semua petualangan dan pentas tari itu. Kami juga menceritakan tentang kondisi kami yang sebenarnya.
Ternyata teman-teman di website itu banyak yang memuji kami.
"Woow...Tulisan Kak Nira bagus banget. Imajinasi Kakak keren banget!" Puji Dian.
"Kalau sudah besar, Kak Nira pasti bisa jadi penulis hebat dan melalang buana beneran!" tulis Santika.
"Kak Monika hebat banget. Kakak lumpuh, tapi tulisan Kakak bagus banget!" begitu komentar Tia.
"Biarpun Kak Monika enggak bisa menari , tapi tarian jemari Kakak di atas keypad keren!" puji Ranti.
Aku dan Monika sama-sama tersenyum melihat komentar-komentar itu. Saat ini, kami memang mengalami keterbatasan. Namun, kami yakin, dengan mimpi, persahabatan dan kerja keras, suatu saat nanti kami bisa mengepakkan sayap kami dan menjadi hebat!
Oleh: Pradhika Bestari
Sumber: Majalah Bobo Edisi 14 Terbit 11 Juli 2013.
Kami berteman lewat internet. Aku suka memasukkan tulisan-tulisanku di sebuah website majalah anak. Monika sering me-like dan mengomentari tulisan-tulisanku. Ia mengirimkan pesan ke email-ku. Ia bilang ia kagum dengan segala macam pengalamanku.
Aku jadi semakin semangat menulis karena punya pengagum. Aku menulis semakin banyak tentang berbagai tempat yang unik dan eksotis. Tadinya hanya di dalam negeri, lama-lama aku menulis juga tentang pengalamanku pergi ke Singapora, ke Korea, sampai ke Amerika. Semakin heboh pengalaman yang kutulis, semakin banyak pengagumku.
Yang monika dan semua pengagumku tidak tahu... aku belum pernah sekalipun pergi pesiar. Ya, anak panti asuhan seperti aku, bisanya ke mana, sih? Paling hebat ke Dufan. Itu juga kalau ada penyandang dana yang baik hati. Monika bahkan tidak tahu aku ini anak panti asuhan. Ia pikir, aku anak orang kaya yang homeschooling jadi bisa bebas ikut papaku dinas ke luar negeri.
Kami pernah bertukar foto. Monika mengirimiku foto close-up berkostum penari balet. Sedangkan aku....Hmmm... Monika meminta fotoku saat liburan. Akhirnya, aku mengiriminya fotoku di pantai Belitung. Sssst... Foto itu hasil rekaan dengan photoshop yang susah payah aku buat!
Oh iya, Monika juga banyak menulis di website itu. Ia menuliskan banyak hal tentang latihan menarinya. Betapa ia sulit menguasai satu gerakan, tetapi terus berlatih. Ia juga menuliskan tentang pertunjukan tarinya. Cerita-ceritanya juga seru.
Suatu hari, Kak Yana, salah satu kakak asuhku mendapat surat. Surat itu dari Bu Sofyan, Ia salah satu penyandang dana Pondok Merah Jambu. Ia mengabari akan mengunjungi Pondok Merah Jambu pada hari ulang tahun putrinya. Sekalian ia ingin minta putrinya di doakan.
Alangkah kagetnya aku pada saat Bu Sofyan memperkenalkan putrinya. Nama putrinya Monika. Wajahnya pun sama persis dengan wajah Monika sahabat keypad-ku. Namun yang bikin aku paling kaget, Monika putri Bu Sofyan itu lumpuh akibat kecelakaan beberapa tahun lalu. Padahal Monika, sahabat keypad-ku kan....
"Nira?" anak di kursi roda itu menyapaku dengan wajah yang tak kalah kagetnya. Astaga, iya! Bagi Monika, aku kan, bukan anak panti asuhan!
Yap, hari itu semua terbongkar. Monika jadi tahu yang sebenarnya. Seperti aku jadi tahu yang sebenarnya tentang dia. Sama seperti aku yang menginginkan petualangan melalang buana, Monika pun ingin bebas menari. Sama seperti aku yang terhalang kenyataan aku ini yatim piatu, Monika terhalang kenyataan ia lumpuh.
"Maafkan aku, aku sudah membohongimu. Aku sama sekali tidak bisa menari. Aku ingin sekali jadi penari, tapi hanya bisa menuliskannya," sesal Monika.
"Enggak apa-apa. Aku mengerti kok. Aku juga minta maaf telah berbohong," sahutku sama menyesalnya.
Kami lalu berpandangan, lalu mulai tertawa.
"Tapi foto kamu tuh ya! Menipu banget! Jago banget, sih!" meledak tawa Monika.
"Kamu juga! Pantesan saja foto kamu foto close up! Bukan foto saat berpose menari!" Aku ikut tertawa.
"Aduh, dua penipu cilik!" gemas Kak Yana.
Akhirnya, aku dan Monika sama-sama mengaku di website kalau kami tidak benar-benar mengalami semua petualangan dan pentas tari itu. Kami juga menceritakan tentang kondisi kami yang sebenarnya.
Ternyata teman-teman di website itu banyak yang memuji kami.
"Woow...Tulisan Kak Nira bagus banget. Imajinasi Kakak keren banget!" Puji Dian.
"Kalau sudah besar, Kak Nira pasti bisa jadi penulis hebat dan melalang buana beneran!" tulis Santika.
"Kak Monika hebat banget. Kakak lumpuh, tapi tulisan Kakak bagus banget!" begitu komentar Tia.
"Biarpun Kak Monika enggak bisa menari , tapi tarian jemari Kakak di atas keypad keren!" puji Ranti.
Aku dan Monika sama-sama tersenyum melihat komentar-komentar itu. Saat ini, kami memang mengalami keterbatasan. Namun, kami yakin, dengan mimpi, persahabatan dan kerja keras, suatu saat nanti kami bisa mengepakkan sayap kami dan menjadi hebat!
Oleh: Pradhika Bestari
Sumber: Majalah Bobo Edisi 14 Terbit 11 Juli 2013.
EmoticonEmoticon