Rabu, 02 November 2016

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Pohon Salju

pohon salju atau kapuk
Negeri Cherry mengalami musim kemarau. Udara panas membuat suasana kelas para kurcaci menjadi riuh. Bu Mizella, guru kurcaci, membuka jendela kelas lebar-lebar agar angin masuk ruangan.

"Aduh!" Livina, kurcaci cantik, menjerit ketika sebuah gumpalan kertas mendarat di kepalanya. Ia memandang sekeliling. Tak seorang pun tampak mencurigakan.

Oscar, kurcaci jahil, tampak serius mengerjakan tugas menggambar yang diberikan Bu Mizella. Begitu Livina melanjutkan tugas menggambar, Oscar terkikik,"Hi hi hi," Ia kembali menyobek kertas, lalu menjadikannya gumpalan-gumpalan.
Di sudut kelas, Glody, Kurcaci gendut, berkali-kali menguap,"Uggghhh!" Glody buru-buru menutup mulut rapat-rapat. Beberapa kali gambar gedungnya tercoret karena ia mengerjakan sambil terkantuk-kantuk.

Missy, kurcaci pendiam, kali ini tampak berbeda. Ia menggerutu tentang udara panas sambil berkipas-kipas menggunakan buku gambar,"Hhhuu..."

Ini ketiga kalinya Betty, kurcaci ceriwis, mengeluarkan botol minum. Udara panas membuatnya selalu ingin minum. Ketiga kalinya pula Betty minta izin keluar kelas untuk membasuh muka agar tidak tertidur.

Piet, kurcaci jangkung, lagi-lagi mencoret hasil gambar yang dinilainya jelek. Udara panas membuatnya tak dapat menyelesaikan tugas menggambar dengan baik. Padahal Piet sangat senang pelajaran menggambar.

Bu Mizella memandang seisi kelas yang ribut, lalu pandangannya beralih ke halaman sekolah. Di tengah halaman sekolah ada sebuah pohon besar yang rindang. Saat kemarau seperti ini sungguh menyenangkan berteduh dibawahnya.

"Anak-anak!" Bu Mizella berdiri di depan kelas. Bawa peralatan menggambar kalian keluar, lalu kerjakan tugas di sana."

"Horrreee...." Enam kurcaci menyambut riang, lalu berlarian keluar. Masing-masing membawa buku gambar dan krayon.

Tanpa di komando, keenam kurcaci duduk melingkar membelakangi pohon besar. Mereka tekun menyelesaikan tugas menggambar dari Bu Mizella.

Oscar tak lagi iseng membuat gumpalan-gumpalan kertas. Livina tak lagi menjerit-jerit khawatir ada gumpalan kertas mendarat di kepala. Missy tak lagi menggerutu dan sibuk berkipas-kipas. Glody tak lagi tampak terkantuk-kantuk. Betty tak lagi bolak-balik ke luar kelas untuk membasuk muka. Piet dengan lancar dapat menyelesaikan tugas menggambar.

Hari itu Bu Mizella memindahkan semua kegiatan belajar ke bawah pohon besar, termasuk acara makan siang.
"Wah seperti piknik!" Betty senang.

"Yup! Piknik di bawah pohon sekolah." Oscar tertawa.
Udara panas tak lagi membuat mereka ribut.

Tiba-tiba... Pluk Pluk Pluk. Buah-buah kecil berbentuk lonjong dan berwarna coklat berjatuhan menimpa mereka.
"Apa ini"? Livina menjerit kaget ketika buah kecil itu jatuh ke kotak bekal makanannya. Ia memandang teman-temannya satu per satu.

"Bukan aku," Oscar menjawab cepat ketika Livina memandang ke arahnya.
"Wow!" Seru Missy. Selain buah-buah kecil cokelat berjatuhan, ada banyak gumpalan kecil putih berterbangan.
 "Ini salju"kata Missy.
 "Salju?" tanya Glody dengan tampang lucu.
 "Ini musim kemarau."
Ups! Mereka berpandangan.

Enam kurcaci meninggalkan kotak makanan mereka, lalu berlari menuju kelas."Bu Guru, ada salju di musim kemarau."
Bu Mizella terkejut. "Salju?"
"Lihat!" Anak-anak menunjuk pohon besar.
"Wow!" Bu Mizella memandangi gumpalan-gumpalan putih yang berguguran. "Gumpalan-gumpalan putih ini berguguran dari pohon besar ini,"Kata Piet.

"Pohon salju," Ujar Glody.

"Ini namanya pohon kapuk atau randu." Bu Mizella menjelaskan. "Gumpalan-gumpalan putih ini namanya kapuk." Bu Mizella mengambil gumpalan kapuk yang jatuh.

Bu Mizella juga mengambil buah kecil berbentuk lonjong dan berwarna coklat yang berjatuhan.

"Itu apa Bu?" Tanya Betty.

"Ini buah kapuk. Awalnya buah kapuk berwarna hijau. Saat matang, berubah warna menjadi coklat dan merekah. Sebagian isi buah kapuk yang berjatuhan ada yang tetap menempel di buahnya, sebagian lagi beterbangan.

"Coba kalian pegang, lembut dan halus" semua anak mengikuti Bu Mizella mengambil butiran-butiran kapuk yang jatuh.

"Aku tahu!. Seru Livina. "Kapuk ini biasa di pakai untuk isi bantal dan kasur".

"Betul" Bu Mizella mengangguk." Bulan Agustus - September adalah musim kapuk-kapuk berguguran. Seperti sekarang ini kalian bisa mengumpulkan kapuk-kapuk ini untuk membuat bantal."

"Horeeee!" enam kurcaci bersemangat mengumpulkan kapuk-kapuk yang berguguran seperti salju di musim kemarau.

Oleh Pupuy Hurriyah
Sumber: Majalah Bobo


EmoticonEmoticon