Perkenalkan, namaku Agnyanawati. Aku punya cerita misteri yang pernah terjadi beberapa waktu lalu. Bisa dibilang apa yang terjadi ini masih berhubungan dengan keluargaku. Begini ceritanya:
Cerita Misteri Bocah Itu Ternyata
Tahun 2012, berdasarkan pengumuman aku lulus dari SMP. Dan sebagai hadiah kelulusan itu, selain aku dibelikan kamera Nikon Coolpix, orangtuaku mengajakku ke Jogja. Yeah, Kakek dan Nenekku memang tinggal di sana, tepatnya di Gunung Kidul.
Sewaktu di sana, kami pergi ke Pantai Baron. Jujur saja, daripada ke pantai, aku lebih suka ke mall. Bisa cuci mata. Tapi, karena di Gunung Kidul masih sedikit mall. Sementara, jarak Jogja - Gunung Kidul lumayan jauh, ya mau tak mau aku ikut ke pantai.
Sesampainya di pantai rasa engganku berubah antusias. Aku jadi menikmati. Sampai-sampai tidak terasa aku berjalan-jalan menjauh dari rombongan keluargaku. Di saat itu, aku melihat seorang anak laki-laki yang umurnya tidak jauh berbeda denganku. Anak laki-laki itu tidak memperhatikan karena asik mengorek-ngorek air. Sepertinya, ia mencari sesuatu.
“Hai,” sapaku. Ia menengok ke arahku. “Namaku Agnyanawati.” kuulurkan tanganku padanya.
“Satyaki,” jawabnya singkat tanpa menengok dan tanpa membalas uluran tanganku.
Huh! Acuh sekali anak itu! Aku menggerutu dalam hati.
“Kamu sedang apa?” tanyaku.
“Mencari kalung adikku.”
Di saat itu, ada semacam cahaya dari dalam air. Aku yang tertarik, segera mengambil benda di bawah air itu yang ternyata sebuah kalung. Sewaktu berbalik, Satyaki sudah tidak ada di tempatnya. Aku mencari sosoknya. Tidak ada.
“Aneh?!” pikirku.
Apakah cerita misteri ini sudah selesai? Belum. Masih ada lanjutannya.
Aku tidak mengatakan penemuanku pada kedua orangtuaku. Tapi, aku menceritakannya pada Kakek. Entah, kenapa aku melakukannya.
“Kek, tadi waktu di pantai, aku menemukan ini. Bolehkah aku menyimpannya?” tanyaku.
Saat kalung ini kutunjukkan pada kakek, air mukanya segera berubah. Kakek lalu memanggil Nenek.
“Ni!”
“Ya,” sahut Nenek, yang tengah berada di belakang.
“Kesini sebentar, ada yang mau kutunjukkan.”
Begitu Nenek melihat kalung itu. Air mukanya juga ikut berubah. Aku merasa ada kesedihan mendalam yang mereka rasakan.
“Kenapa? Ada apa dengan kalung itu?” tanyaku penasaran ingin tahu.
Kakek pun lalu menceritakan kejadian 30 tahun silam. Ternyata Ibuku punya kakak laki-laki bernama Indrajit. Tidak kuduga aku memiliki seorang Pakde. Selama ini, Ibu memang tidak pernah menceritakannya.
Waktu itu, Kakek, Nenek, Pakde Indrajit, dan Ibu, pergi ke Pantai Baron. Pakde Indrajit berusia 10 tahun dan Ibu berusia 7 tahun. Nah, ceritanya kalung Ibu jatuh di laut. Ibu tidak menangis atas kehilangan itu. Kakek dan Nenek pun sudah merelakannya, karena harta bisa dicari. Tapi, Pakde Indrajit berusaha keras mencarinya. Awalnya Kakek dan Nenek tidak khawatir karena pantai di sana terlihat tenang. Namun, entah bagaimana ceritanya mendadak ramai orang berteriak-teriak. Pakde tersedot ke dalam air.
Aku ikutan sedih mendengar cerita itu. “Hmm, terus, apakah boleh aku menyimpan ini?”
Kakek dan Nenek hanya menjawab, “Terserah kamu.”
Aku bingung dengan keadaan itu. Namun, pada akhirnya, aku memutuskan untuk mengembalikannya saja ke laut.
***
Keesokan harinya, aku meminta Ayah untuk mengantarkanku ke pantai lagi.
“Pantai lagi?” ayah bertanya.
“Aku belum puas bermain-main di sana, Yah. Aku kan jarang ke pantai, jadi cuma pada liburan ini kesempatanku,” aku beralasan.
“Yaudah, nggak apa-apa deh.”
Ayah pun mengantarkan aku ke pantai lagi. Sesampainya di sana, aku turun dari mobil dengan cepat dan langsung ke tempat dimana aku menemukan kalung Ibu. Di sana, kulihat anak kecil bernama Indrajit itu sedang mencari-cari sesuatu.
“Kamu mencari ini?” tanyaku.
“Ah, iya, ini punya adikku,” katanya.
Aku pun menyerahkan kalung itu padanya. Ketika kalung itu kuserahkan, Indrajit mundur beberapa langkah dariku dan perlahan-lahan sosoknya menghilang sambil tersenyum padaku. Ia hanya mengatakan, “Terima kasih.”
“Selamat tinggal, Pakde.” Aku melambai padanya.
Ayah kemudian menghampiriku dan bertanya ada apa. Aku tidak menceritakan padanya. Biarlah menjadi rahasiaku saja.
Ini cerita misteri dari aku. Maaf ya kalau tidak seram. Terima kasih buat admin yang sudah mempublish ceritaku ini.[]
Sewaktu di sana, kami pergi ke Pantai Baron. Jujur saja, daripada ke pantai, aku lebih suka ke mall. Bisa cuci mata. Tapi, karena di Gunung Kidul masih sedikit mall. Sementara, jarak Jogja - Gunung Kidul lumayan jauh, ya mau tak mau aku ikut ke pantai.
Sesampainya di pantai rasa engganku berubah antusias. Aku jadi menikmati. Sampai-sampai tidak terasa aku berjalan-jalan menjauh dari rombongan keluargaku. Di saat itu, aku melihat seorang anak laki-laki yang umurnya tidak jauh berbeda denganku. Anak laki-laki itu tidak memperhatikan karena asik mengorek-ngorek air. Sepertinya, ia mencari sesuatu.
“Hai,” sapaku. Ia menengok ke arahku. “Namaku Agnyanawati.” kuulurkan tanganku padanya.
“Satyaki,” jawabnya singkat tanpa menengok dan tanpa membalas uluran tanganku.
Huh! Acuh sekali anak itu! Aku menggerutu dalam hati.
“Kamu sedang apa?” tanyaku.
“Mencari kalung adikku.”
Di saat itu, ada semacam cahaya dari dalam air. Aku yang tertarik, segera mengambil benda di bawah air itu yang ternyata sebuah kalung. Sewaktu berbalik, Satyaki sudah tidak ada di tempatnya. Aku mencari sosoknya. Tidak ada.
“Aneh?!” pikirku.
Apakah cerita misteri ini sudah selesai? Belum. Masih ada lanjutannya.
Aku tidak mengatakan penemuanku pada kedua orangtuaku. Tapi, aku menceritakannya pada Kakek. Entah, kenapa aku melakukannya.
“Kek, tadi waktu di pantai, aku menemukan ini. Bolehkah aku menyimpannya?” tanyaku.
Saat kalung ini kutunjukkan pada kakek, air mukanya segera berubah. Kakek lalu memanggil Nenek.
“Ni!”
“Ya,” sahut Nenek, yang tengah berada di belakang.
“Kesini sebentar, ada yang mau kutunjukkan.”
Begitu Nenek melihat kalung itu. Air mukanya juga ikut berubah. Aku merasa ada kesedihan mendalam yang mereka rasakan.
“Kenapa? Ada apa dengan kalung itu?” tanyaku penasaran ingin tahu.
Kakek pun lalu menceritakan kejadian 30 tahun silam. Ternyata Ibuku punya kakak laki-laki bernama Indrajit. Tidak kuduga aku memiliki seorang Pakde. Selama ini, Ibu memang tidak pernah menceritakannya.
Waktu itu, Kakek, Nenek, Pakde Indrajit, dan Ibu, pergi ke Pantai Baron. Pakde Indrajit berusia 10 tahun dan Ibu berusia 7 tahun. Nah, ceritanya kalung Ibu jatuh di laut. Ibu tidak menangis atas kehilangan itu. Kakek dan Nenek pun sudah merelakannya, karena harta bisa dicari. Tapi, Pakde Indrajit berusaha keras mencarinya. Awalnya Kakek dan Nenek tidak khawatir karena pantai di sana terlihat tenang. Namun, entah bagaimana ceritanya mendadak ramai orang berteriak-teriak. Pakde tersedot ke dalam air.
Aku ikutan sedih mendengar cerita itu. “Hmm, terus, apakah boleh aku menyimpan ini?”
Kakek dan Nenek hanya menjawab, “Terserah kamu.”
Aku bingung dengan keadaan itu. Namun, pada akhirnya, aku memutuskan untuk mengembalikannya saja ke laut.
***
Keesokan harinya, aku meminta Ayah untuk mengantarkanku ke pantai lagi.
“Pantai lagi?” ayah bertanya.
“Aku belum puas bermain-main di sana, Yah. Aku kan jarang ke pantai, jadi cuma pada liburan ini kesempatanku,” aku beralasan.
“Yaudah, nggak apa-apa deh.”
Ayah pun mengantarkan aku ke pantai lagi. Sesampainya di sana, aku turun dari mobil dengan cepat dan langsung ke tempat dimana aku menemukan kalung Ibu. Di sana, kulihat anak kecil bernama Indrajit itu sedang mencari-cari sesuatu.
“Kamu mencari ini?” tanyaku.
“Ah, iya, ini punya adikku,” katanya.
Aku pun menyerahkan kalung itu padanya. Ketika kalung itu kuserahkan, Indrajit mundur beberapa langkah dariku dan perlahan-lahan sosoknya menghilang sambil tersenyum padaku. Ia hanya mengatakan, “Terima kasih.”
“Selamat tinggal, Pakde.” Aku melambai padanya.
Ayah kemudian menghampiriku dan bertanya ada apa. Aku tidak menceritakan padanya. Biarlah menjadi rahasiaku saja.
Ini cerita misteri dari aku. Maaf ya kalau tidak seram. Terima kasih buat admin yang sudah mempublish ceritaku ini.[]
EmoticonEmoticon