Minggu, 30 Oktober 2016

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Awan yang Berwarna

awan berwarna
Ilustrasi by: Ibnu
Satu-satunya peri langit yang paling bete saat itu mungkin cuma Kludy, si peri awan. Dia sedang bosan luar biasa. Dengan merengut, Kludy memintal awan-awan putih. Setelah jadi beberapa pintalan, dilemparnya awan itu begitu saja ke langit.

Twinky, peri bintang kecil lewat."Ya, ampun. Kludy! Awan-awan apa yang sedang kau buat? Ngawur sekali! Raja Matahari pasti akan terkejut besok pagi."

Kludy tidak peduli. Diliriknya awan-awan yang tadi dilemparnya. Langit dipenuhi totol-totol gumpalan awan. Seperti kain hitam bermotif polkadot putih."Biar saja!" gumamnya kesal.


Sepertinya Twinky tahu suasana hati Kludy. Dia menyarankan Kludy jalan-jalan dulu mencari udara segar.

Kludy menurut, meski masih tetap merengut. Dia melewati rumah Ririnbow, peri pembuat pelangi.

"Hai, Kludy," sapa Ririnbow ramah. "Mampir, yuk!"

Kludy mampir. Dilihatnya Ririnbow sibuk sekali dengan kantung-kantung semar dihadapannya. "Untuk apa kau kumpulkan tumbuhan itu?"

"O, ini adalah wadah cat pelangi," jawab Ririnbow singkat.

Dia tangkas sekali mengatur kantung-kantung semar. Lalu dia mengucapkan mantra-mantra. Dalam sekejab, kantung-kantung semar itu berisi cat beraneka warna. Bahan pembuat pelangi. Kludy takjub melihatnya.

"Tidak ada persediaan warna seperti itu lagi?" Kludy mulai penasaran.

"Warna pelangi tidak boleh disimpan. Baru dibuat kalau akan diperlukan. Tetapi, ssttt, sebenarnya aku punya warna lain di gudang. Warna-warna yang gagal kubuat, dulu, saat aku masih belajar menyihir warna," terang Ririnbow."Maaf, Kludy, aku harus berangkat membuat pelangi di Timur. Kali lain kita main bersama kalau aku sedang tidak bertugas, ya!"

Kludy melambaikan tangan kepada Ririnbow. Hei, dia sudah kehilangan sedikit rasa bosannya. Sekarang ada rasa lain yang menyergapnya. Kludy tersenyum simpul.

Kludy membuka pintu gudang Ririnbow. Wah itu hal yang tidak boleh dilakukan di rumah orang! Tetapi, Kludy begitu penasaran. Matanya memandang berkeliling. Dicarinya warna gagal yang tadi dikatakan Ririnbow. Kludy menemukan warna kehitaman, kemerahan, kuning dan cokelat di kantung  semar yang sudah tidak bagus lagi bentuknya. Kludy cekikikan sendiri membayangkan seandainya pelangi berwarna seperti itu.

Keisengan mulai muncul. Kludy  mengambil semua warna itu. Sembari bersiul-siul, Kludy menetesi awan-awan yang telah dibuatnya dengan warna yang dibawanya.

"Kludy, minggir, aku akan mulai meniup awan!" ujar Winny si peri angin. Winny tampak terkejut dengan awan-awan Kludy yang berwarna. Tetapi, dia tidak terlalu peduli. Dia harus segera melakukan tugasnya. "Awan-awan baru, ya?"

Kludy mengangguk sambil menahan tawa. Dia malah menyuruh Winny agar meniup awannya ke arah yang berbeda menurut kelompok warna masing-masing. Winny menurut saja. Awan-awan itu ditiupnya ke berbagai arah. Kludy bertepuk tangan kegirangan.

"Minggir,Kludy!" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan mengejutkan Kludy yang masih cekikan sendiri. "Aku harus menurunkan hujan."O,o, Rainy datang. Dia adalah peri yang bertugas membuat hujan.

Seperti Winny, Rainy pun terkejut melihat gumpalan-gumpakan awan yang berwarna-warni."Ini harus dibuat hujan juga?" tanyanya sambil menatap Kludy dengan heran.

Kludy mengangguk. "Tentu saja! itu awan yang baru kubuat. Tidak usah banyak tanya. Turunkan saja hujan sesuai tugasmu."

Hujan pun turun dari awan-awan berwarna buatan Kludy. Air yang turun juga berwarna-warni. Manusia-manusia di dunia, yang semula kulitnya tidak berwarna menjadi sangat heran. Mereka basah oleh air hujan yang berwarna-warni itu. Kludy tertawa girang, Dia sudah tidak bete lagi.

Kludy memang sudah tidak bete. Namun sayang sekali, dia sekarang harus menerima hukuman dari Raja Matahari. Karena ulahnya itu, manusia-manusia di dunia tidak bisa membersihkan tubuh dari warna yang didapat. Warna itu melekat sepanjang hidup mereka. Begitu juga dengan keturunan-keturunan mereka. Itulah ceritanya, mengapa manusia di dunia berbeda warna kulitnya.

Untung, dulu Kludy tidak membuat awan berwarna pelangi, ya! kalau sampai terjadi, pasti deh, ada manusia berkulit biru atau hijau. Hi hi hi, seperti apa, ya?

Sumber: Majalah Bobo Edisi 14 Terbit 11 Juli 2013


EmoticonEmoticon