Tampilkan postingan dengan label Edukasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Edukasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Awal Pembentukan Mental dan Karakter

Cerita Dongeng Indonesia - Awal Pembentukan Mental dan Karakter. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Awal Pembentukan Mental dan Karakter. Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting, karena saat itu dimulainya pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah pada tingkat pertama di sekolah dasar (SD). Ini yang disebut masa masa emas pada si anak.

Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengem­bangkan semua aspek perkem­bangan anak, meliputi perkem­bangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkem­bangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selan­jutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan meng­gunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata de­ngan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca. Melalui pendidikan pra seko­lah, selain mental, seoarang anak dipersiapkan secara matang untuk bersaing, mempunyai ketrampilan tersendiri, menjadi seorang pe­mim­pin yang handal, dan berani tampil ditengah-tengah masya­rakat.

Latar belakang pelasaksanaan pengembangan pendidikan pra sekolah terdiri dari empat hal, yaitu setiap anak mempunyai hak untuk hidup dan berkembang, pemberian imunisasi, ASI, Gizi, Kesehatan, dan Monitoring per­tum­buhan.

Hak tumbuh kembang, potensi masa anak, masa pertumbuhan, usia emas golden age: 0-5 tahun simulasi potensi anak. Hak Perlindungan, melindungi anak dari tindak kekerasan secara fisik, non fisik, diskriminasi dan eks­ploitasi, dan jaminan akte kela­hiran. Hak partisipasi, menjamin peran serta dan menghargai pendapat anak sesuai usia dan tingkat psikologisnya.

Wahana pena emas ini dila­kukan bagi anak usia 0-5 tahun dan 5 -10 tahun. Di dalam prog­ram pena emas ini ada berbagai program yang dilakukan. Jadi bukan hanya pendidikan saja, karena lima tahun pertama kehi­dupan anak merupakan periode yang paling penting. Periode yang disebut “usia emas anak” atau “the golden age”. Inilah tahun formatif untuk pembentukan untuk menen­tukan proses pembentukan per­tum­buhan fisik dan perkembangan potensi anak, yaitu perkembangan motorik (pembentukan keteram­pilan anak), mental dan panca indera, afeksi dan pengembangan daya pikir anak.

Selain itu lanjut dia anak mendapat jaminan yang memadai akan gizi/nutrisi, kesehatan untuk pertumbuhan dan pembentukan fisik, jika organ tubuh ini tidak dilakukan dengan baik maka anak mengalami “cacat permanen” atau cacat pengembangan potensinya.

Bukan hanya segi pendidikan dari anak saja yang diperhatikan tetapi segi kesehatan dan ekonomi kerakyatan dari masyarakat itu juga diperhatikan bersamaan dengan program pena emas ini. Masyarakat yang menerima prog­ram pena emas ini.

Program yang dibentuk berupa materi-materi yang dibagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan B. “Untuk Materi kelas A : usia 3-4 tahun, materinya adalah melatih keselarasan motorik, penguatan percaya diri, pengembangan afeksi dan komunikasi aktif. Materi kelas B: Usia 4-5 tahun, materi yang diberikan adalah melatih ketram­pilan berpikir, antara lain, menjo­dohkan, mengkasifikasikasifikasi, memahami hubungan, memahami pola, memecahkan pola, pengem­bangan bahasa lisa, persiapan membaca dan menulis, persiapan menghitung dan menjumlahkan. selain itu dalam KSA ini ada penambahan satu program yang dilakukan pada usia 5-10 tahun, denga materi yang diberikan yaitu : pengembangan keterampilan anak, penguatan daya pikir dan pemecahan masalah.

Pendidikan pra sekolah atau yang bisanya di sebut pendidikan anak usia dini (PAUD), sangat penting walaupun bersifat di luar sekolah, karena secara tidak langsung sudah membentuk moral anak, daya pikir anak (kognitif), dan ketrampilan anak (psiko­motor), ini mempunyai dampak yang baik bagi anak tersebut.

Ketika anak tersebut dibentuk secara bertahap dari pendidikan prasekolah selain TK mau pun Play Group atau kelompok ber­ma­in ini maka secara berurutan dan kedepan nanti anak tersebut akan mempunyai kreatifitas, ketrampilan dan kemampuan yang baik ketika berada pada pen­didikan formal SD sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sangat menolong anak-anak untuk ber­tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menolong masyarakat yang kurang mampu serta masya­rakat dan anak-anak yang orang tuanya jarang berada di rumah karena pekerjaan mereka yang banyak.

Namun yang perlu diper­hatikan oleh para pengasuh anak, yang melayani dan mendidik anak tersebut harus memiliki kesabaran, kelemah lembutan, dan kemauan untuk membentuk anak tersebut, kalau tidak maka mental anak tersebut akan terganggu

Rabu, 21 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Permainan Anak Usia Dini

Cerita Dongeng Indonesia - Permainan Anak Usia Dini.

RAGAM PERMAINAN
BERMAIN DI DALAM RUANG

Mencari teman
Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain “mencari teman” antara lain:§ Fisik Motorik Dalam kegiatan bermain ini mengajak anak untuk banyak bergerak dan berlari.§ Sosial Dalam permainan ini dapat meningkatkan interaksi antar teman saat anak mencari pasangannya.§ Bahasa Dalam berinteraksi maka akan meningkatkan komunikasi yang terjadi pada anak sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat terlatih.

Tepuk bersama
Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain ”tepuk bersama” antara lain :§ Fisik MotorikDalam permainan ini dapat meningkatkan koordinasi tangan anak.§ SosialBermain ini juga dapat melatih anak untuk melakukan kekompakan serta kerjasama.

Bermain Peran

Aspek-aspek yang dikembangkan dalam permainan ini: Sosial Emosional - Bahasa - Kognitif
  • Menyusun Balok
  • Kognitif - Motorik halus - Seni
  • Bermain dengan Platisin
  • Kognitif - Motorik halus - Seni
BERMAIN DI LUAR RUANG
  • Menjala ikan
  • Elang dan Anak Ayam
  • Kucing dan Tikus
  • Hijau Hitam
BERMAIN DENGAN ALAT
  • Mana sepatuku
  • Kartu Angka
  • Lompat Tali
  • Bermain Kelereng
  • Puzzle
BERMAIN TANPA ALAT
  • Menjala Ikan
Cara Bermain : 2-3 anak di suruh bergandengan tangan dan berperan sebagai jala ikan. Sedangkan anak-anak lainnya berperan sebagai ikan. Mereka yang berperan sebagai ikan bebas berlarian di lapangan ataupun dalam ruangan. Bila ada tanda (peluit atau hitungan atau tepukan tangan) dari guru anak-anak yang berperan sebagai jala harus berusaha menangkap ikan (anak-anak yang berlarian dalam ruangan/lapangan) sebanyak-banyaknya dengan cara mengurungnya dalam lingkaran tangan. Usahakan jala jangan tercerai berai. Sedangkan anak yang berperan sebagai ikan berusaha lari menghindar jangan sampai tertangkap. Anak-anak yang telah tertangkap ikut bergabung sebagai jala, sehingga semakin lama jala semakin lebar. Sedangkan ikan yang harus ditangkap semakin sedikit. Permainan berakhir jika sudah tidak ada ikan yang perlu di tangkap lagi.
Permainan ini dapat dimodifikasi dengan memasang beberapa kelompok anak (2-3 pasang) sebagai jala. Lalu kelompok jala ini saling bersaing untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya.
  • Hijau Hitam
Cara Bermain : Siapkan lapangan segiempat. garis batas bisa dibuat dengan kapur atau tali. Bagi lapangan menjadi dua. Lalu pada masing-masing bagian siapkan garis bebas dekat sisi terluar lapangan.
Pelaksanaan permainan: bagi anak menjadi dua regu. Regu hitam dan regu hijau. Bariskan kedua regu di tengah lapangan. Masing-masing anak berhadapan satu sama lain. Tugas setiap regu adalah memperhatikan/mendengarkan nama baris yang disebutkan guru. Bila guru menyebut, Hiii…jau, berarti Hijau harus segera berlari meninggalkan tempatnya menuju garis bebas. Sedangkan baris hitam berusaha menangkap pasangan dari baris hijau sebelum melewati garis bebas. Dan begitu pula sebaliknya untuk baris hitam. Pemenangnya adalah regu yang anggotanya paling sedikit tertangkap.
  • Kata Polisi
  • Elang dan Anak Ayam
Cara Bermain : : bagi anak menjadi beberapa kelompok. Paling banyak anggotanya berjumlah sepuluh tiap kelompok. Dalam satu kelompok pilih satu untuk berperan sebagai elang, sedangkan yang lin berperan sebagai ayam. Bariskan anak-anak yang berperan sebagai ayam. Tiap anak berpegangan pada pundak teman didepannya. Anak yang paling depan berperan sebagai induk ayam dan bertugas melindungi anak ayam dari kejaran burung elang dengan cara merentangkan kedua tangan. Burung elang bebas menangkap anak ayam yang paling belakang. Anak ayam yang tertangkap harus keluar dari barisan. Usahakan barisan anak ayam jangan sampai terputus. Permainan berakhir jika sudah tidak ada anak ayam yang tersisa. Setelah itu bisa diganti dengan kelompok berikutnya.

Selasa, 20 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Fungsi dan Tujuan PAUD
Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidiukan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal 61. Berikut bunyi lengkapnya:
  1. Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
  2. Pendidikan anak usia dini bertujuan:
  • membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan 
  • mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Bentuk dan Jenis Satuan Pendidikan PAUD
PAUD Jalur Formal (Pasal 62)
  1. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
  2. TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun.
  3. TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan menyatu dengan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.
PAUD Jalur Nonformal (Pasal 107)
  1. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis.
  2. Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; dan
  • bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Peserta didik kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapat dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yang bersifat menguji kompetensi.

Penerimaan Peserta Didik Pasal 63
Peserta didik TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. Informasi sekilas di atas adalah merupakan sebagain isi dari PP 17 tahun 2010.

Senin, 19 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

PAUD Formal Dan Nonformal

Cerita Dongeng Indonesia - PAUD Formal Dan Nonformal. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - PAUD Formal Dan Nonformal. Anak merupakan dambaan setiap orang tua. Tentu sebagai orang tua, pendidikan menjadi hal yang cukup penting bagi keberlangsungan anak-anaknya. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) melalui Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak anak dilahirkan.

Pendidikan anak pada usia dini disadari betul memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, Kemdiknas sejak tahun 2010 menetapkan kebijakan pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui pendekatan "Holistik Integratif".

Pendekatan itu tidak hanya menekankan pada aspek pendidikan semata, tetapi mencakup juga aspek pelayanan gizi, pelayanan kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Untuk melaksanakan kebijakan ini pemerintah terus mendorong dan memperluas kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan layanan pendidikan anak usia dini melalui pendirian berbagai jenis satuan pendidikan anak usia dini. PAUD diselenggarakan dalam dua jalur pendidikan, yaitu formal dan nonformal.

Jenis-jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) formal di antaranya:
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudhatul Athfal

Jenis-jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal, di antaranya:
1. Taman Penitipan Anak (TPA)
2. Kelompok Bermain (KB)

Selain dua jenis jalur pendidikan tersebut, saat ini PAUD juga diselenggarakan dalam keluarga dan lingkungan. Jalur pendidikan ini dinamakan PAUD nonformal.

Minggu, 18 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Standar Perkembangan Dasar PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Standar Perkembangan Dasar PAUD.

A. RASIONAL
Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi: Pemersatu bangsa, Penyamaan kesempatan, dan Pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga Negara untuk mengembangkan, potensi yang dimilikinya secara optimal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi system pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat , dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Cerita Dongeng Indonesia - Standar Perkembangan Dasar PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan system pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indinesia.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal.

Upaya pengembangan harus dilakukan melalui kegiatan bermain agar tidak membuat anak kehilangan masa bermainnya. Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, bermain juga membantu anak mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk berkreasi, bereksplorasi, menemukan, dan mengekspresikan perasaannya. Atas dasar hal tersebut di atas, maka perlu dirumuskan standar kompetensi / standar perkembangan bagi anak usia dini yang dikembangkan berdasarkan karakteristik perkembangan anak agar dapat digunakan oleh para pendidik anak usia dini dalam mengembangkan seluruh potensi anak.

B. TUJUAN DAN FUNGSI
1. Tujuan
Adanya standar kompetensi perkembangan anak diharapkan dapat membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak anak usia dini, meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni, sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi
  • Mengetahui perkembangan sikap dan perilaku yang baik sesuai kaidah agama dan norma yang dianut.
  • Mengetahui kemampuan sosialisasi dan kemampuan mengendalikan emosi.
  • Mengetahui perkembangan kemampuan menolong diri sendiri.
  • Mengetahui kemampuan perkembangan bahasa.
  • Mengetahui kemampuan daya pikir dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
  • Mengetahui pertumbuhan fisik dan perkembangan keterampilan motorik dan panca indera.
C. RUANG LINGKUP
Standar kompetensi pendidikan anak usia dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:
  • Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
  • Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian
  • Perkembangan bahasa
  • Perkembangan kognitif
  • Perkembangan fisik/motorik
  • Perkembangan seni
Standar perkembangan ini disusun sesuai dengan tahapan usia anak, yaitu:
  • Standar perkembangan anak usia lahir - 1 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 1 – 2 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 3 – 4 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 4 – 5 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 5 – 6 tahun
D. PRINSIP-PRINSIP
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/ pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.

5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.

7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.

10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

E. PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD
Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan dan perkembangan dasar (SPPD) anak usia dini yang dikategorikan dalam kelompok umur sebagai acuan normatif.

2. Prinsip –prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini:
• Relevansi
Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individu
• Adaptasi
Kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEK, dan Seni.
• Kontinuitas
Kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya
• Fleksibilitas
Kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangakan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara
• Kepraktisan dan Akseptabilitas
Kurikulum anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.
• Kelayakan (feasibility)
Kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.
• Akuntabilitas
Kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna Jasa pendidikan anak usia dini

3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum anak usia dini juga harus memperhatikan berbagai pendekatan berikut ini:

Pendekatan Holistik dan Terpadu
Pengembangan kurikulum dan isi program didalamnya hendaknya dapat mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan, potensi kecerdasan jamak serta berbagai aspek kebutuhan anak usia dini lainnya seperti kesehatan dan gizi secara holistik dan terpadu. Sebagai konsekuensinya, identifikasi dan pemetaan kompetensi harus disusun dan diorganisasikan sesuai dengan perkembangan dan analisis kebutuhan anak usia dini.

Pendekatan Ragam budaya (Multiculture approach)
Pengembangan kurikulum anak usia dini harus memperhatikan lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar anak, maupun yang mungkin dialami anak pada perkembangan berikutnya.
Pendekatan multibudaya akan memberikan konsekuensi pentingnya cakupan isi program yang dihadapi untuk mengakomodasi pemahaman anak pada kebiasaan, budaya dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan budaya-budaya lain yang terdapat di Indonesia maupun budaya global.

Pendekatan Konstruktivisme (Constructivism Approach)
Kurikulum anak usia dini hendaknya mengacu pada pendekatan konstruktivisme yang beranggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya. Untuk itu isi program dalam kurikulum harus dapat memberikan peluang bagi anak untuk belajar sesuai dengan minat, motivasi dan kebutuhannya. Hal ini akan berdampak pada proses pembelajaran yang berpusat pada anak, yang diwarnai dengan adanya kebebasan untuk bereksplorasi dalam rangka mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya.

Pendekatan kurikulum bermain kreatif (Play based curriculum approach)
Filosofi dan teori kurikulum bermain kreatif didasarkan pada 4 (empat) hal, yaitu: (1) bagaimana anak membangun kemampuan sosial dan emosional, (2) bagaimana anak belajar untuk berpikir, (3) bagaimana anak mengembangkan kemampuan fisik serta (4) bagaimana anak berkembang melalui budayanya

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • Kurikulum PAUD merupakan program pembelajaran PAUD yang mengacu pada Standar Perkembangan dan Perkembangan Dasar yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan terbaik anak serta memperhatikan kecerdasan.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik ruang lingkup dan jenis PAUD.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan berdasarkan prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.
  • Standar Perkembangan disusun dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan , gizi, dan stimulasi psikososial, termasuk kesejahteraannya.
F. RAMBU-RAMBU
  1. Standar kompetensi / perkembangan ini merupakan acuan bagi pendidik dalam menyusun program kegiatan atau perencanaan pembelajaran untuk mencapai optimalisasi perkembangan anak.
  2. Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk melayani anak sesuai dengan tahapan usianya.
  3. Standar perkembangan ini dirancang sebagai acuan assessment perkembangan anak.
  4. Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk akuntabilitas pada masyarakat dan orangtua khususnya.
  5. Standar kompetensi /perkembangan ini merupakan standar perkembangan minimal. Pendidik dapat memberikan pengayaan apabila anak telah menguasai kemampuan pada tahap perkembangannya.
  6. Penggunaan standar kompetensi / perkembangan ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan lingkungan sosial dan budaya anak.
G. STANDAR PERKEMBANGAN AKHIR USIA
1. Peristilahan
Peristilahan Standar Perkembangan Akhir Usia (SKAU) dapat disamakan dengan istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada satuan pendidikan SD sampai SMA. Standar Perkembangan Akhir Usia digunakan sebagai pedoman penilaian dan asesmen perkembangan anak.
2. Perkembangan Akhir Usia

USIA/UMUR
ASPEK Akhir usia
1 tahun Akhir usia
2 tahun Akhir usia
3 tahun Akhir usia
4 tahun Akhir usia
5 tahun Akhir usia
6 tahun

NILAI DAN NILAI-NILAI AGAMA
Anak mampu memperhatikan perilaku keagamaan yang diterima melalui inderanya ,Anak mulaimeniru perilaku keagamaan secara sederhana danmulai mengekspre-sikan rasa sayang dan cinta kasih,Anak mampu meniru secara terbatas perilaku keagamaan yang dilihat dan didengarnya

Mulai meniru perilaku baik atau sopan,Anak mampu meniru dan mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan dan gerakan beribadah secara sederhana, mulai berperilaku baik atau sopan bila diingatkan ,Anak mampu meng- ucapkan bacaan doa/ lagu-lagu keagamaan, meniru gerakan ber- ibadah, mengikuti aturan serta mampu belajar berpetilaku baik dan sopan bila diingatkan ,Anak mampu melakukan perilaku keagamaan secara berurutan dan mulai belajar membedakan perilaku baik dan buruk

SOSIAL EMOSIONAL
Anak mampu membangun interaksi dengan merespon kehadiran orang lain,Anak mampu berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya (keluarga), dan menunjukkan keinginannya dengan kuat,Anak mampu berinteraksi dan mengenal dirinya, dan menunjukkan keinginannya dengan kuat Anak mampu berinteraksi, dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar, serta mulai menunjukkan rasa percaya diri Anak mampu berinteraksi, mulai dapat mengendalikan emosinya, mulai menunjukkan rasa percaya diri, serta mulai dapat menjaga diri sendiri Anak mampu ber- interaksi, dan mulai mematuhi aturan, dapat mengendalikan emosinya, menunjukkan rasa percaya diri, dan dapat menjaga diri sendiri.

KOGNITIF
Anak mampu menyadari keberadaan benda yang tidak dilihatnya,Anak bereksplorasi melalui indera dan motoriknya terhadap benda yang ada di sekitarnya Anak mampu mengenal benda dan memanipulasi objek/benda ,Anak mampu mengenal konsep sederhana dan dapat mengklasifikasi ,Anak mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari,Anak mampu memahami konsep sederhana dan dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

BAHASA
Anak mampu merespon suara,Anak mampu mengerti isyarat dan perkataan orang lain serta mengucapkan keinginannya secara sederhana,Anak dapat men- dengangarkan, dan ber- komunikasi secara lisan dengan kalimat sederhana,Anak dapat mendengarkan, berkomunikasi secara lisan serta memiliki penbenda- haraan kosa kata yang semakin banyak Anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbenda- haraan kata-kata dan mengenal simbol-simbol ,Anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk per- siapan membaca, menulis dan berhitung

FISIK
Anak mampu menggerakkan tangan, lengan, kaki, kepaladan badan,Anak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kekuatan otot tangan, otot punggung dan otot kaki untuk menjaga keseimbangan,Anak mampu melakukan gerakan seluruh anggota tubuhnya secara terkoordinasi Anak mampu melakukan gerakan secara ter- koordinasi dalam rangka kelenturan, dan keseimbangan ,Anak mampu melakukan gerakan tubuh secara ter- koordinasi dalam rangka kelenturan, kelincahan, dan keseimbangan ,Anak mampu melakukan gerakan tubuh fisik secara ter- koordinasi kelenturan sebagai keseimbangan, dan kelincahan

SENI

Anak mampu bereaksi terhadap irama yang didengarnya ,Anak mampu meniru suara dan gerak secara sederhana Anak mampu melakukan berbagai gerakan anggota tubuhnya sesuai dengan irama dapat mengekpresi-kan diri dalam bentuk goresan sederhana,Anak mampu melakukan berbagai gerakan sesuai irama , menyajikan dan berkarya seni,Anak mampu meng- ekspresikan diri dengan meng- gunakan berbagai media/bahan dalam berkarya seni melului kegiatan eksplorasi,Anak mampu meng- ekspresikan diri dan ber- kreasi dengan berbagai gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni.




Sabtu, 17 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Jenis Program PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Jenis Program PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Jenis Program PAUD.
  • Program-Program Penitipan
Diadakannya program-program penitipan anak (day-­care programs) terutama untuk menyediakan layanan penitipan untuk orang tua yang bekerja. Program-program itu bervariasi mulai dari suatu bentuk penitipan bayi di mana satu orang, dewasa mengasuh beberapa bayi sampai program-program prasekolah terorganisasikan yang sedikit berbeda dari play group (General Accounting Office, 1995; Zigler & Finn-Stevenson, 1989).
  • Play Group
Perbedaan utama antara program penitipan anak dan play group atau kelompok bermain (nursery schools) adalah play group sepertinya lebih menyediakan suatu program terencana yang dirancang untuk membantu perkembangan sosial dan kognitif anak awal. Kebanyakan program play group di Amerika adalah pro­gram setengah-hari, dengan dua atau tiga guru mensupervisi satu kelas yang terdiri dari 15 sampai 20 peserta didik. Play group pada umumnya melayani keluarga dengan status sosial menengah (Gen­eral Accounting Office, 1995; West et al., 1993; White & Buka, 1987). Konsep kunci dalam pendidikan play group adalah pelatihan kesiapan (readiness training). Anak belajar keterampilan yang diharapkan mempersiapkan mereka untuk pendidikan formal nantinya, seperti bagaimana mengikuti petunjuk, tetap berada dalam tugas, bekerja sama dengan orang lain dan menampilkan kelakuan yang baik. Aanak Peserta didik-peserta didik juga didorong untuk tumbuh secara emosional dan mengembangkan konsep-diri positip dan meningkatkan keterampilan-keterampilan otot besar dan kecil. Kegiatan harian play group pada umumnya terdiri dari berbagai variasi dari kegiatan-kegiatan yang longgar dan kurang terstruktur, mulai dari proyek-proyek seni sampai diskusi kelompok sampai permainan tidak­ terstruktur di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan-­kegiatan ini sering diorganisasikan menurut tema-tema tertentu. Misalnya, satu unit tentang binatang dapat meliputi menggambar binatang, memerankan perilaku binatang, mendengarkan cerita-cerita tentang binatang, dan mengadakan tamasya ke kebun binatang.
  • Program-Program Prasekolah Kompensasi
Boleh jadi perkembangan paling penting dalam pendidikan anak usia dini di Amerika selama 30 tahun adalah telah diperkenalkannya program prasekolah kompensasi (compensatory preschool programs) untuk anak yang berasal dari latar belakang sosial kurang beruntung. Issu ini telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun terakhir ini sejak jumlah anak yang berasal dari keluarga miskin telah bertambah (General Accounting Office, 1994a). Dimulai pada tahun 1965, suatu variasi program yang luas diperkenalkan sebagai bagian dari program Head Start menyeluruh. Head Start merupakan bagian dari program Presiden Lyndon Johnson dalam memerangi kemiskinan, suatu upaya untuk membuat terobosan memutus lingkaran kemiskinan. Idenya adalah memberikan kesempatan kepada anak yang kurang beruntung untuk memulai sekolah formal dengan keterampilan-keterampilan praakademik dan sosial yang sama dengan anak kelas menengah. Ciri khasnya, Head Start memasukkan program pendidikan anak awal yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan sekolah. Sementara itu, program itu juga memasukkan layanan kesehatan dan perawatan gigi untuk anak-anak, paling sedikit satu kali makanan panas tiap hari dan layanan sosial bagi orang tua. Penelitian pada Head Start pada umumnya menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan kesiapan anak-anak dan terhadap hasil-hasil lainnya (Karweit, 1989a; McKey et al., 1985; Zigler & Muenchow, 1992). Pengaruh terhadap keterampilan-keterampilan akademik tersebut paling besar terjadi pada program-program Head Start yang menekankan pada hasil belajar akademik (Stalling & Stipek, 1986). Penelitian yang mengikuti anak kurang beruntung yang ikut dalam beberapa program seperti itu memiliki kinerja lebih baik selama tahun-tahun sekolah mereka dibandingkan anak serupa yang tidak ikut dalam program-program itu (Berrueta-Clement, Schweinhart, Barnett, Epstein, & Weikart, 1984).
  • Intervensi Awal
Kebanyakan program-program prasekolah kompensasi, termasuk Head Start, telah mulai menangani anak dan orang tua mereka pada saat peserta didik-peserta didik itu berusia 3 atau 4 tahun. Sementara itu, banyak peneliti yakin bahwa intervensi awal diperlukan untuk anak yang memiliki resiko kegagalan sekolah paling besar (Carnegie Corporation of New York, 1994). Sejumlah program intervensi awal telah dikembangkan untuk mulai dengan anak seusia 6 bulan. Salah satu yang paling berhasil dari program ini adalah satu program di suatu lingkungan kota Milwaukee untuk anak yang ibunya memiliki keterbelakangan men­tal. Suatu program perangsangan bayi yang intensif, prasekolah yang berkualitas-tinggi, dan layanan keluarga memungkinkan anak itu menunjukkan kinerja yang cukup baik selama di sekolah dasar; sementara itu, hampir seluruh anak yang terambil sebagai kelompok pembanding ditangani dengan program-program pendidikan luar biasa (Garber, 1988). Beberapa program intervensi awal yang lain juga telah memiliki pengaruh yang berarti pada anak dan pengaruh itu tetap teramati melampaui sekolah dasar (Campbell & Ramey, 1995; Ramey & Ramey, 1992; Reynolds, 1994; Wasik & Karweit, 1994).
  • Program Taman Kanak-Kanak
Kebanyakan anak-anak di Amerika mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak (kindergarten) sebelum mereka masuk kelas satu. Meskipun demikian, hanya tujuh negara bagian mensyaratkan keikutsertaan di Taman Knak-Kanak (Karweit, 1989b). Tujuan semula itu Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran for­mal dengan mendorong perkembangan keterampilan-­keterampilan sosial mereka, namun pada tahun-tahun akhir ini fungsi ini lama kelamaan telah semakin diambil ambil alih oleh program-program taman kanak-kanak yang dikenal dengan nursery school atau play group dan prasekolah. Taman kanak-kanak itu semakin lama semakin momfokus pada akademik, menekankan pada keterampilan pramembaca dan pramatematika, selain itu juga perilaku-perilaku yang cocok di kelas (seperti meng­angkat tangan, berdiri berderet lurus, dan bergantian mengambil giliran). Pada sejumlah distrik, program-pro­gram taman kanak-kanak menjadi semakin menyamai program kelas Satu, suatu kecenderungan yang ditentang oleh kebanyakan pakar perkembangan peserta didik (misalnya, Bryant, Cliffort, & Peigner, -1991; Elkind, 1981). Khususnya satu aspek yang menyedihkan dari kecenderungan ini adalah banyak Taman Kanak-Kanak yang tidak meluluskan peserta didiknya bila mereka tidak memenuhi standar kinerja tertentu (Mantzicopoulos & Morrison, 1992).
  • Latihan yang Disesuaikan dengan Perkembangan
Satu konsep yang telah menjadi semakin penting dalam pendidikan awal adalah latihan yang disesuaikan dengan perkembangan (developmentally appropriate practice). Ini adalah pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik, bukan pada usia mereka (Bowman, 1993; Elkind, 1989). The National Association for the Education of Young Children (NAEYC, 1989) di Amerika telah mendeskripsikan latihan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk peserta didik beru­sia 5 sampai 8 tahun seperti berikut. Setiap peserta didik dipandang sebagai seseorang yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan tersendiri. Kurikulum dan pembelajaran tanggap terhadap perbedaan­-perbedaan individu dalam kemampuan dan minat. Perbedaan tingkat kemampuan, perkembangan dan gaya belajar diharapkan diterima dan digunakan untuk merancang kurikulum. Anak-anak diperkenankan untuk maju sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dalam menguasai keterampilan-keterampilan penting, termasuk menulis, membaca, mengeja, matematika, ilmu-ilmu sosial, ipa, seni, musik, kesehatan,dan aktivitas fisik. Sebagai misal, justru diharapkan bahwa tidak setiap peserta didik akan belajar bagaimana membaca pada usia 6, sebagian besar akan belajar menjelang usia 7, dan sebagian akan memerlukan penanganan intensif dalam belajar membaca menjelang usia 8 atau 9. Salah satu jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952). Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum daripada konsep-konsep mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang dirancang khusus. Penekanannya adalah pada kerja mandiri oleh peserta didik-peserta didik di bawah bimbingan seorang guru yang terlatih. Perkembangan intelektual dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu peserta didik-peserta didik mengorganisasikan, mengklasifikasikan, mengurutkan, dan mempertajam kesadaran persepsi mereka. Sama pentingnya adalah perkembangan fisik, sosial, dan emosional, yang tercer­min dalam bermain di lapangan terbuka, mendiskusikan perilaku yang sesuai di lapangan permainan, dan menghargai tiap-tiap karya individu di kelas (Brewer, 1995).

Jumat, 16 November 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Prosedur Ijin Mendirikan PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Prosedur Ijin Mendirikan PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia dan Dongeng Asal Usul.
Cerita Dongeng Indonesia - Prosedur Ijin Mendirikan PAUD. Mendirikan PAUD sebenarnya cukup mudah. Tak serumit perijinan ingin membuat even akbar ataupun mendirikan gedung perkantoran. Terlebih lagi PAUD merupakan lembaga pendidikan yang pastinya mendapatkan kemudahan untuk pendiriannya.

Berikut adalah langkah-langkah yang harus ditempuh jika ingin mendirikan PAUD di lingkungan sekitar Anda.
  • Lembaga Penyelenggra PAUD mengajukan ijin ke Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota cq. Dinas Pendidikan Tingkat Kabupaten/Kota atau Dinas Perijinan. Setelah mendapat Rekomendasi Teknis dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
  • . Untuk itu langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh penyelenggara PAUD adalah :
  • Penyelenggra mengisi Borang/Formulir dan melengkapi Pengajuan Ijin Pendirian Taman Penitipan anak/kelompok bermain (Form PAUD 1-01 sampai Form PAUD 1 -06)borang disediakan oleh penilik Dikmas/TLD Dikmas Di Kecamatan
  • Penyelenggra harus mendapat persetujuan dan rekomendasi dari kelurahan/Desa setempat (Form PAUD 1 -07)
  • Penyelenggara PAUD harus mendapat persetujuan dan rekomendasi dari cabang Dinas Pendidikan kecamatan melalui Penilik Dikmas/TLD di Kecamatan tersebut (FORM PAUD 1-08)
  • Penyelenggara mengajukan Borang yang terisi ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melalui Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah Kabupaten /Kota. Penyelenggara menerima tanda terima borang pendaftaran (Form PAUD 1 - 09)
  • Dalam hal ijin dikeluarkan oleh Dinas Perijinan Kabupaten/kota. Dinas Pendidikan langsung memproses pengajuan ijin tersebut
  • Dalam hal ijin dikeluarkan oleh Dinas Perijijanan Kabupaten/Kota
Penyelenggra harus melampirkan hal-hal berikut dalam pengajuan pendirian PAUD
  • Copy akte PKBM/Yayasan oleh notaris
  • Identitas PKBM dan Lembaga Pendidikan (From PADU-02)
  • Daftar tenaga Pendidik dan Kualifikasinya (From PADU 1-03) dilampiri Copy Ijazah dan atau Sertifikasi masing-masing tenaga Pendidikan.
  • Rencana Jadwal kegiatan Pembelajaran
  • Gambaran situasi dan Gedung (Form PADU 1-04)
  • Surat Ketarangan tentang status tanah dan Bangunan
  • Keterangan kondisi Perlengkapan Pendidikan (Form PADU1-05)
  • Keterangan Kondisi sarana dan Perlengkapan Pendidikan (Form PADU 1-06)
  • Surat Rekomendasi dari Pemerintah Dasa/Kelurahan setempat (Form PADU 1-07)
  • Surat Rekomendasi dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kematan setempat(Form PADU 1-08)
  • Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pengelola