Minggu, 07 Oktober 2018

Ayo Kita Sambut Dan Sukseskan
Gerakan Tagar "2019 GANTI PRESIDEN"
Mari Selamatkan NKRI Tercinta Ini
Dari Makar Jahat Kaum Sepilis Atheis
Serta Intervensi Asing Dan Aseng

Legenda Nisan Berlumur Darah" Cerita Rakyat Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

Dahulu kala ada cerita tentang dua
kekasih yang mempunyai
percintaan yang tragis. Cerita
langkapnya sebagai berikut :
Mashor adalah pemuda yang
bertempat tinggal di desa yang sekarang sekitar Pekauman dan
teluk selong. Mashor berasal dari
keluarga yang miskin, tetapi
mempunyai pendidikan yang tinggi
dan budi akhlaknya tinggi. Dia
mempunyai keahlian membaca Al- Quran yang sangat indah didengar.
Mashor sebagai orang yang tidak
mampu ikut bekerja di rumah
Fatimah sebagai pembantu.
Fatimah merupakan gadis dari
keluarga sangat kaya. Mereka tinggal disebarang desa Mashor,
mungkin sekarang daerah
Kampung Melayu. Orang tuanya
merupakan pedagang yang
mempunyai hubungan dagang
keluar daerah. Terutama daerah Singapura.
Mashor sebagai pembantu
mempunyai banyak pekerjaan
yang harus dilakukannya seperti
menimba air, memotong kayu, dan
lain-lain. Hari demi hari, bulan demi bulan itu saja yang dilakukannya
untuk membiayai hidup dan orang
tuanya. Selama beberapa tahun
Mashor bekerja dirumah kaya itu
membuat Fatimah secara tidak
sadar jatuh cinta kepadanya begitu juga sebaliknya. Tetapi karena adat
yang menjaga ketat pertemuan
antara perawan dengan bujangan
membuat hubungan mereka tidak
diketahui oleh keluarga.
Mashor sadar percintaan mereka pasti akan ditentang oleh keluarga
Fatimah yang memegang adat
keluarga. Mereka hanya akan
menikahkan anak gadisnya hanya
dengan orang yang sederajat dan
mempunyai hubungan keluarga bangsawan dan pasti tentu harus
pilihan keluarga. Tetapi Cinta di hati
tidak bisa menolaknya.
Tidak lama kemudian hubungan
mereka mulai diketahui orang tua
Fatimah. Betapa marahnya orang tua Fatimah mengetahui hal
demikian. Mereka memutuskan
untuk menjauhkan Mashor dari
Fatimah dengan menugaskan
Mashor menjaga kebun karet dan
ladang keluarga Fatimah di seberang sungai.
Kebun karet ini berada jauh dari
rumah Fatimah, menujunya hanya
bisa dengan perahu jukung karena
melewati sungai yang kecil. Mashor
di berikan pondok kecil untuk berteduh dan melakukan kegiatan
sehari-hari. Setiap hari dia bekerja
merawat kebun karet tersebut.
Setiap hasil karet hanya orang
suruhan keluarga Fatimah saja yang
mengambilnya. Dia tidak diberikan kesempatan untuk ke rumah sang
Majikan.
Fatimah mengetahui kabar Mashor
hanya dengan meminta keterangan
acil ijah, pembantu yang sering
mengatarkan beras buat Mashor. Suatu hari ada orang kaya bernama
Muhdar yang masih ada hubungan
keluarga dengan Fatimah badatang
(melamar) ke rumah Fatimah
dengan menggunakan satu buah
kapal yang sangat besar sesuai dengan derajat kekayaan orang
tersebut. Niat Muhdar disambut
baik oleh keluarga Fatimah, mereka
sepakat untuk mengadakan
perkawinan besar-besaran. Hal ini
tidak menjadi beban bagi Muhdar karena kakayaannya.
Fatimah sangat menentang niat
orang tuanya yang
menjodohkannya dengan Muhdar.
Dia kenal betul perangai Muhdar.
Walaupun kaya tetapi dia tidak mempunyai budi pekerti dan ilmu
agama sebaik Mashor. Tetapi dia
harus menjalankan dua pilihan yang
sangat berat. Di satu sisi dia
mempunyai pilihan dan cinta yang
diyakininya membawa kebahagian di dunia dan di akhirat yaitu hidup
bersama Mashor. Di satu sisi dia
harus mengikuti perintah orang
tuanya, dia sadar menyakiti hati
orang tua adalah perbuatan yang
durhaka. Akhirnya Fatimah pasrah terhadap perjodohan ini.
Perjodohan yang dilandasi oleh
harta, hubungan keluarga bukan
oleh Cinta. Mashor yang berada jauh
tidak mengetahui perjodohan ini.
Semuanya yang datang ke gubuk Mashor bekerja selalu menutupinya.
Mereka tidak ingin dipecat majikan
jika menceritakan hal tersebut.
Akhirnya acara pernikahan di
mulai, Muhdar datang dengan
beberapa kapal besar yang membawa mas kawin atau jujuran.
Ada kapal yang membawa isi
kamar lengkap, ada kapal yang
membawa perhiasan emas dan batu
permata, ada kapal yang membawa
pakaian wanita yang sangat indah- indah. Bagi mereka semua itu hal
biasa, karena bisnis dagang
keluarga ini ke Singapura berupa
batu permata dan kain. Mereka
mempunyai banyak pelanggan di
Singapura. Pada jaman tersebut sungai Martapura digunakan
sebagai jalur perdagangan. Kapal-
kapal besar pedagang Martapura
sering berangkat membawa barang
dagangan ke Pulau Jawa dan
Sumatera hingga Singapura dan Malaysia. Sesuai dengan jalur
perdagangan dunia antara Malaysia
dan pulau Sumatera.
Pada malam harinya ketika semua
kelelahan. Muhdar dan Fatimah
tidur di kamar penganten. Belum sempat malam pertama itu terjadi
ternyata rumah Fatimah terbakar
akibat api dapur lupa di matikan.
Muhdar lari keluar dengan segera
tanpa memperdulikan Fatimah. Api
semakin membesar Fatimah terjebak di dalamnya.
Mashor yang belum tidur melihat
dari kejauhan warna merah di
langit yang menadakan kebakaran.
Dia yakin kebakaran itu berada di
rumah Fatimah. Tanpa peduli aturan majikannya yang tidak
memperbolehkannya mendekati
rumah dia langsung berlari
mengambil jukung. Setelah sampai
di rumah Fatimah dia diberitahu
bahwa Fatimah terjebak di dalamnya. Dengan kekuatan
Cintanya dia terobos api dan
menemukan Fatimah pingsan
karena terlalu banyak menghirup
asap. Dia angkat Fatimah melewati
api yang besar. Dengan badannya dia melindungi Fatimah dari api dan
kayu rumah yang berjatuhan.
Setelah dia bawa keluar Mashor
disambut Muhdar dengan merebut
Fatimah dari pangkuan Mashor.
Dengan demikian Mashor akhirnya mengetahui perkawinan tersebut.
Belum sempat dia mendapatkan
penjelasan, Mashor pingsan karena
terlalu banyak luka bakar yang
dialaminya.
Keluarga Fatimah memerintahkan agar mashor dirawat kembali di
gubuknya tempatnya bekerja. Dan
menginginkan agar peristiwa heroic
ini jangan sampai diketahui
Fatimah.
Subuh harinya mashor tidak bisa bertahan. Dia meninggal karena
luka yang terlalu parah. Setelah
sholat dzuhur dia dimakamkan di
daerah perkebunan karet tersebut.
Atau tepatnya sekarang berada di
desa Tungkaran. Makam Mashor sederhana dengan nisan ulin. Untuk
mencegah babi hutan kuburannya
juga dipagar bambu.
Semuanya berada di pemakaman,
baik teman-teman Mashor maupun
keluarga Fatiamah. Tetapi Fatimah tidak mengetahui kematian ini. Dia
masih lemah di kamar rumah
Muhdar. Dia masih bertanya di
dalam hati bagaimana dia bisa
selamat, suaminya sendiri
meninggalkannya saat kebakaran itu terjadi.
Sewaktu malam hari pertanyaan
itu di keluarkannya pada acil ijah
yang sejak kecil merawatnya. Acil
ijah tahu betul perasaan Fatimah
kepada Mashor. Karena tidak dapat mendustai tuannya yang sejak kecil
dia pelihara tersebut akhirnya dia
ceritakan peristiwa kebakaran itu.
Fatimah yang sangat rindu Mashor
akhirnya menanyakan keberadaan
Mashor. Dengan sangat hati-hati acil ijah menceritakan kematian Mashor
dan memberitahukan letak
kuburannya. Dia berjanji menemani
Fatimah besok untuk ziarah ke
kuburan Mashor.
Fatimah Sangat terpukul hatinya mengetahui pemuda yang
melindungi dan dicintainya telah
tiada. Menangislah Fatimah
sejadinya. Setelah semua orang
terlelap tidur, jam 3 subuh tanpa
sepengetahuan yang lain Fatimah keluar rumah. Dia tidak dapat
menyimpan perasaan rindu dan
dukanya. Tanpa menunggu siang
dia bertekad harus menemukan
kekuburan mashor. Dia tidak yakin
kekasihnya sudah meninggal jika tidak menemukan kuburannya
langsung. Dia seberangi sungai
Martapura dan berjalan menyisir
jalan setapak. Dia masih ingat letak
kebun karet keluarganya ketika
ayahnya pernah mengajak sewaktu kecil. Malam itu hari hujan
dengan deras tetapi tidak
menyurutkan hati Fatimah, di
dalam hatinya hanya ada satu nama
Mashor. Dipikirannya hanya ada
satu wajah Mashor pemuda yang sangat mengerti dirinya. Setelah
tiba di kebun karet keluarganya,
Fatimah tanpa sadar dan mungkin
karena ilusi yang muncul karena
obsesinya bertemu mashor, dia
melihat Mashor berdiri tersenyum kepadanya ditengah rintikan hujan.
Tanpa berpikir panjang Fatimah
berlari ingin memeluk tubuh
kekasihnya melepaskan segala
kerinduannya. Fatimah menabrak
tubuh lelaki itu hingga terjatuh tanpa disadari pagar yang terbuat
dari bambu yang melindungi
kuburan Mashor menusuk tubuh
Fatimah tepat di dadanya. Darah
mengucur dan menetes di atas
kubur Mashor dan melumuri nisannya. Fatimah meninggal
dengan senyum dia yakin
menemukan cintanya.


EmoticonEmoticon