Pada zaman dahulu, di sebuah ladang, sepuluh mil dari kabul, tinggallah seorang petani miskin. Ia bekerja sepanjang hari di ladang untuk menghidupi istri dan anaknya. Sementara, anaknya, yang bernama Feroz, hanya duduk-duduk di bukit. Ia tidak mau membantu ayahnya bekerja, seperti membajak sawah atau memberi makan hewan piaraannya. Ia ingin bekerja di kota besar Teheran, agar ia bisa mengirimkan uang kepada ayah dan ibunya.
"Sebetulnya, yang kuinginkan dalam hidup ini, hanya tiga." kata Feroz dalam hati.
Pada saat ia berkata, muncullah sesosok makhluk aneh tinggi dan besar. "Hai, manusia, aku jin bukit ini. Kudengar kau menginginkan sesuatu." kata jin itu. " Sebutkanlah, apa-apa saja yang kau mau, aku akan mengabulkannya."
"Pertama, Aku ingin ayahku mempunyai rumah dan ladang yang besar dan indah, serta beberapa hewan dan pembantu. Kedua, aku ingin ibuku punya pakaian yang bagus-bagus serta emas permata, dan ketiga, aku ingin punya seekor kuda yang dapat mengerti bahasa manusia sehingga ia patuh terhadap apa yang kuperintahkan." jawab Feroz.
"Baiklah akan kuturuti semua permintaanmu." kata jin itu. "Tapi, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."
"Apa yang harus kulakukan untukmu?" tanya Feroz.
"Nanti sajalah, setelah keinginanmu kupenuhi." jawab jin itu.
Dalam sekejab, Jin itu telah memenuhi apa yang diminta oleh Feroz. Ia punya seekor kuda yang pintar, rumah dan ladang yang besar dan bagus, beberapa binatang dan pembantu dan pakaian yang bagus-bagus.
Sejak saat itu, mereka hidup berkecukupan. Tapi, Feroz masih merasa tidak bahagia. Setelah semuanya berubah, Ia merasa hubungannya dengan kedua orang tuanya menjadi jauh. Orang tuanya tak pernah punya waktu lagi untuknya. Padahal, dialah yang menyebabkan semua itu terjadi. Satu-satunya yang dapat membuatnya semangat adalah kudanya.
Suatu sore, ketika ia sedang berjalan-jalan di bukit, Jin itu datang lagi dan menanyakan," Hai, Feroz! Apakah kau sudah puas dengan apa yang telah kuberi?"
"O, tentu saja, Jin yang baik, semua keperluan keluargaku telah kau penuhi, tapi aku bosan hidup seperti ini terus. Rasanya aku ingin pergi yang jauh" jawab Feroz.
"Kalau begitu, pergi saja ke kabul. Di sana kau bisa melihat istana dan bertemu dengan Puteri Ayesha," kata jin itu.
"Bagus juga idemu," jawab Feroz, lalu ia mengajak kudanya menuju kabul.
Feroz tiba disana pada waktu malam hari. Keesokan harinya, ketika melewati sekumpulan kafilah, seorang laki-laki bertanya kepadanya," Hai, anak muda, bagus sekali kudamu. Apa kau ingin menjualnya?"
"Menjualnya? O tidak, tidak." jawab Feroz.
Ketika Feroz sedang berbicara dengan pedagang itu, lewatlah Puteri Gubernur Kabul, yang bernama Ayesha. Puteri itu juga tertarik pada kuda Feroz. Ia ingin sekali memilikinya. Maka dari itu, dikirimlah pengasuhnya untuk menemui Feroz.
"Tuan Muda," sapa Pengasuh Tua itu. "Majikanku, Ayesha, puteri Gubernur di kota ini, ingin melihat kudamu. Kalau kau bersedia, datanglah ke istana.
Mendapat undangan itu, Feroz merasa sangat terpuji, karena ia bisa bertemu langsung dengan Puteri Ayesha. Tanpa dipikir panjang lagi, maka ia terima undangan itu. Pengasuh Tua itu membawa Feroz ke sebuah Taman Istana. Di sana Puteri Ayesha sudah menunggu. "Hai, anak muda, maukah kau menjual kudamu padaku?"
"O, tidak, Tuan Puteri, aku tidak akan menjual kudaku," kata Feroz.
"Ya, sudah kalau begitu, sekarang pergilah," kata Ayesha.
"Tapi, kalau kau mau, biarlah kuberikan padamu sebagai hadiah." kata Feroz.
"O, jangan, jangan, kulihat kuda itu sangat berarti bagi dirimu." jawab Ayesha.
Akhirnya Feroz keluar dari istana. Dalam perjalanan pulang. Ia bertanya pada kudanya."Hai, Kuda yang baik, maukah kau kuberikan pada Tuan Puteri?"
"O, Jangan, Tuan, Ketahuilah bahwa jin yang ada di bukit itu adalah jin jahat. Ia berharap agar kau memberikan aku pada Puteri itu. Setelah itu, ia akan menyuruhku untuk membawa lari puteri itu ke bukit."
"O, begitu, mengapa baru sekarang kau ceritakan itu padaku," kata Feroz.
"Aku dapat mengerti bahasa manusia, karena sebenarnya aku juga manusia. Aku adalah pangeran dari sebuah kerajaan yang jauh dari sini. Beberapa tahun lalu, sebelum aku lahir, ayahku diculik oleh jin itu. Setelah aku berumur dua puluh tahun, Jin itu mengembalikan ayahku dan mengambilku. Jin itulah yang merubahku menjadi kuda seperti sekarang ini," kata Kuda itu bercerita.
"Oh, Kuda yang malang, jadi apa yang sekarang harus kulakukan," tanya Feroz.
"Kembalilah ke rumahmu dan hiduplah seperti dahulu," jawab kuda itu.
Feroz mengikuti apa yang disarankan oleh kuda itu. Ia kembali tinggal di rumahnya bersama kedua orangtuanya. Tapi, setelah satu bulan berlalu, Jin Bukit itu datang lagi. "Hai Feroz, sekarang tibalah saatnya aku meminta sesuatu padamu."
"Sekarang, pergilah ke istana, dan bawalah ke mari anak Gubernur itu."kata jin itu."Kalau kau tidak mau, akan kuambil kembali semua yang pernah kuberikan padamu."
"Mengapa kau tidak menculiknya sendiri?" tanya Feroz.
"O, tidak bisa, karena istana itu dilindungi oleh Peri. Bawalah ia kemari tengah malam nanti" jawab jin itu.
Feroz bingung mendengar ancaman dari jin itu.
"Hai Feroz, aku punya ide."kata kuda itu. Nanti malam kita bawa puteri Ayesha ke pinggir danau dekat bukit itu. Kalau jin itu ingin merampasnya, kita bawa Puteri itu ke seberang danau. Ia pasti akan aman di sana, karena ada istana ayahku."
"Kalau Jin itu menyusul kita?" tanya Feroz.
"O, jangan takut. Jin itu tidak bisa lewat di danau berair garam." jawab kuda itu.
Akhirnya, Feroz datang menemui Ayesha di Taman Istana, menceritakan apa yang terjadi. Ayesha sangat terkejut mendengar cerita itu. Lalu, ia ikuti apa yang direncanakan oleh Feroz dan kudanya. Mereka pergi bersama-sama ke pinggir danau. Ketika Jin itu muncul dan akan mengambil Ayesha, dengan cepat kuda itu melompat menyeberangi danau air garam. Jin itu tidak berhasil mengambilnya.
Setelah menyeberangi danau itu, sampailah mereka di sebuah istana. Kepada Raja di istana itu, Feroz dan Ayesha mengatakan bahwa mereka membawa pesan dari putera Sang Raja yang telah hilang dua puluh tahun yang lalu. Mendengar berita itu, Sang Raja sangat gembira. "Mana anakku?" tanya Raja itu sambil mencari-cari di sekeliling mereka.
"Ini aku, ayah. Akulah puteramu yang telah disihir menjadi seekor kuda." jawab Si Kuda. "Tapi aku tahu penawarnya. Aku bisa berubah lagi menjadi manusia, jika ada seorang gadis cantik keturunan bangsawan yang mau menciumku."
Mendengar kata-kata itu, Ayesha mencoba mencium kuda itu. Ternyata benar, setelah dicium, dalam sekejap kuda itu berubah menjadi seorang pangeran. Ayesha pun langsung jatuh cinta kepadanya. Pangeran itu lalu memberi kuda yang baru kepada Feroz. Dengan kuda itu, Feroz pulang ke kampung halamannya.
Dalam perjalanan pulangnya ke kampung halaman, Feroz mampir ke Istana Gubernur, menceritakan apa yang telah terjadi pada puterinya. Gubernur itu sangat gembira mendengar puterinya masih hidup dan akan kawin dengan Pangeran dari negeri seberang. Diberinya Feroz jubah kehormatan dan sejumlah emas permata.
Feroz kembali ke rumahnya dengan wajah sedih. Ladang yang tadinya besar dan indah, kini tidak ada lagi. Barang-barang yang dulunya mewah, kini kembali seperti dulu. Semuanya telah diambil kembali oleh Jin itu. Akhirnya dengan bekal sejumlah emas permata dari Sang Gubernur, Feroz dan keluarganya hidup seperti dulu lagi, sebagai petani.
Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Petualangan Habib Bin Habib"
Penulis: Males Sutiasumarga
Penerbit: Zikrul Hakim (Divisi Zikrul Kids) - Jakarta Timur
"Sebetulnya, yang kuinginkan dalam hidup ini, hanya tiga." kata Feroz dalam hati.
Pada saat ia berkata, muncullah sesosok makhluk aneh tinggi dan besar. "Hai, manusia, aku jin bukit ini. Kudengar kau menginginkan sesuatu." kata jin itu. " Sebutkanlah, apa-apa saja yang kau mau, aku akan mengabulkannya."
"Pertama, Aku ingin ayahku mempunyai rumah dan ladang yang besar dan indah, serta beberapa hewan dan pembantu. Kedua, aku ingin ibuku punya pakaian yang bagus-bagus serta emas permata, dan ketiga, aku ingin punya seekor kuda yang dapat mengerti bahasa manusia sehingga ia patuh terhadap apa yang kuperintahkan." jawab Feroz.
"Baiklah akan kuturuti semua permintaanmu." kata jin itu. "Tapi, aku ingin kau melakukan sesuatu untukku."
"Apa yang harus kulakukan untukmu?" tanya Feroz.
"Nanti sajalah, setelah keinginanmu kupenuhi." jawab jin itu.
Dalam sekejab, Jin itu telah memenuhi apa yang diminta oleh Feroz. Ia punya seekor kuda yang pintar, rumah dan ladang yang besar dan bagus, beberapa binatang dan pembantu dan pakaian yang bagus-bagus.
Sejak saat itu, mereka hidup berkecukupan. Tapi, Feroz masih merasa tidak bahagia. Setelah semuanya berubah, Ia merasa hubungannya dengan kedua orang tuanya menjadi jauh. Orang tuanya tak pernah punya waktu lagi untuknya. Padahal, dialah yang menyebabkan semua itu terjadi. Satu-satunya yang dapat membuatnya semangat adalah kudanya.
Suatu sore, ketika ia sedang berjalan-jalan di bukit, Jin itu datang lagi dan menanyakan," Hai, Feroz! Apakah kau sudah puas dengan apa yang telah kuberi?"
"O, tentu saja, Jin yang baik, semua keperluan keluargaku telah kau penuhi, tapi aku bosan hidup seperti ini terus. Rasanya aku ingin pergi yang jauh" jawab Feroz.
"Kalau begitu, pergi saja ke kabul. Di sana kau bisa melihat istana dan bertemu dengan Puteri Ayesha," kata jin itu.
"Bagus juga idemu," jawab Feroz, lalu ia mengajak kudanya menuju kabul.
Feroz tiba disana pada waktu malam hari. Keesokan harinya, ketika melewati sekumpulan kafilah, seorang laki-laki bertanya kepadanya," Hai, anak muda, bagus sekali kudamu. Apa kau ingin menjualnya?"
"Menjualnya? O tidak, tidak." jawab Feroz.
Ketika Feroz sedang berbicara dengan pedagang itu, lewatlah Puteri Gubernur Kabul, yang bernama Ayesha. Puteri itu juga tertarik pada kuda Feroz. Ia ingin sekali memilikinya. Maka dari itu, dikirimlah pengasuhnya untuk menemui Feroz.
"Tuan Muda," sapa Pengasuh Tua itu. "Majikanku, Ayesha, puteri Gubernur di kota ini, ingin melihat kudamu. Kalau kau bersedia, datanglah ke istana.
Mendapat undangan itu, Feroz merasa sangat terpuji, karena ia bisa bertemu langsung dengan Puteri Ayesha. Tanpa dipikir panjang lagi, maka ia terima undangan itu. Pengasuh Tua itu membawa Feroz ke sebuah Taman Istana. Di sana Puteri Ayesha sudah menunggu. "Hai, anak muda, maukah kau menjual kudamu padaku?"
"O, tidak, Tuan Puteri, aku tidak akan menjual kudaku," kata Feroz.
"Ya, sudah kalau begitu, sekarang pergilah," kata Ayesha.
"Tapi, kalau kau mau, biarlah kuberikan padamu sebagai hadiah." kata Feroz.
"O, jangan, jangan, kulihat kuda itu sangat berarti bagi dirimu." jawab Ayesha.
Akhirnya Feroz keluar dari istana. Dalam perjalanan pulang. Ia bertanya pada kudanya."Hai, Kuda yang baik, maukah kau kuberikan pada Tuan Puteri?"
"O, Jangan, Tuan, Ketahuilah bahwa jin yang ada di bukit itu adalah jin jahat. Ia berharap agar kau memberikan aku pada Puteri itu. Setelah itu, ia akan menyuruhku untuk membawa lari puteri itu ke bukit."
"O, begitu, mengapa baru sekarang kau ceritakan itu padaku," kata Feroz.
"Aku dapat mengerti bahasa manusia, karena sebenarnya aku juga manusia. Aku adalah pangeran dari sebuah kerajaan yang jauh dari sini. Beberapa tahun lalu, sebelum aku lahir, ayahku diculik oleh jin itu. Setelah aku berumur dua puluh tahun, Jin itu mengembalikan ayahku dan mengambilku. Jin itulah yang merubahku menjadi kuda seperti sekarang ini," kata Kuda itu bercerita.
"Oh, Kuda yang malang, jadi apa yang sekarang harus kulakukan," tanya Feroz.
"Kembalilah ke rumahmu dan hiduplah seperti dahulu," jawab kuda itu.
Feroz mengikuti apa yang disarankan oleh kuda itu. Ia kembali tinggal di rumahnya bersama kedua orangtuanya. Tapi, setelah satu bulan berlalu, Jin Bukit itu datang lagi. "Hai Feroz, sekarang tibalah saatnya aku meminta sesuatu padamu."
"Sekarang, pergilah ke istana, dan bawalah ke mari anak Gubernur itu."kata jin itu."Kalau kau tidak mau, akan kuambil kembali semua yang pernah kuberikan padamu."
"Mengapa kau tidak menculiknya sendiri?" tanya Feroz.
"O, tidak bisa, karena istana itu dilindungi oleh Peri. Bawalah ia kemari tengah malam nanti" jawab jin itu.
Feroz bingung mendengar ancaman dari jin itu.
"Hai Feroz, aku punya ide."kata kuda itu. Nanti malam kita bawa puteri Ayesha ke pinggir danau dekat bukit itu. Kalau jin itu ingin merampasnya, kita bawa Puteri itu ke seberang danau. Ia pasti akan aman di sana, karena ada istana ayahku."
"Kalau Jin itu menyusul kita?" tanya Feroz.
"O, jangan takut. Jin itu tidak bisa lewat di danau berair garam." jawab kuda itu.
Akhirnya, Feroz datang menemui Ayesha di Taman Istana, menceritakan apa yang terjadi. Ayesha sangat terkejut mendengar cerita itu. Lalu, ia ikuti apa yang direncanakan oleh Feroz dan kudanya. Mereka pergi bersama-sama ke pinggir danau. Ketika Jin itu muncul dan akan mengambil Ayesha, dengan cepat kuda itu melompat menyeberangi danau air garam. Jin itu tidak berhasil mengambilnya.
Setelah menyeberangi danau itu, sampailah mereka di sebuah istana. Kepada Raja di istana itu, Feroz dan Ayesha mengatakan bahwa mereka membawa pesan dari putera Sang Raja yang telah hilang dua puluh tahun yang lalu. Mendengar berita itu, Sang Raja sangat gembira. "Mana anakku?" tanya Raja itu sambil mencari-cari di sekeliling mereka.
"Ini aku, ayah. Akulah puteramu yang telah disihir menjadi seekor kuda." jawab Si Kuda. "Tapi aku tahu penawarnya. Aku bisa berubah lagi menjadi manusia, jika ada seorang gadis cantik keturunan bangsawan yang mau menciumku."
Mendengar kata-kata itu, Ayesha mencoba mencium kuda itu. Ternyata benar, setelah dicium, dalam sekejap kuda itu berubah menjadi seorang pangeran. Ayesha pun langsung jatuh cinta kepadanya. Pangeran itu lalu memberi kuda yang baru kepada Feroz. Dengan kuda itu, Feroz pulang ke kampung halamannya.
Dalam perjalanan pulangnya ke kampung halaman, Feroz mampir ke Istana Gubernur, menceritakan apa yang telah terjadi pada puterinya. Gubernur itu sangat gembira mendengar puterinya masih hidup dan akan kawin dengan Pangeran dari negeri seberang. Diberinya Feroz jubah kehormatan dan sejumlah emas permata.
Feroz kembali ke rumahnya dengan wajah sedih. Ladang yang tadinya besar dan indah, kini tidak ada lagi. Barang-barang yang dulunya mewah, kini kembali seperti dulu. Semuanya telah diambil kembali oleh Jin itu. Akhirnya dengan bekal sejumlah emas permata dari Sang Gubernur, Feroz dan keluarganya hidup seperti dulu lagi, sebagai petani.
Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Petualangan Habib Bin Habib"
Penulis: Males Sutiasumarga
Penerbit: Zikrul Hakim (Divisi Zikrul Kids) - Jakarta Timur
EmoticonEmoticon