Dahulu kala, di atas sebuah lereng gunung di Iran, hiduplah seorang gadis yang diasuh oleh tujuh jin. Gadis itu ditemukan oleh ketujuh jin itu di hutan, ketika mereka sedang berburu, lalu mereka membawa gadis itu ke benteng mereka. Di sana, gadis itu diasuh oleh jin pembantu. Kini, gadis cantik yang bernama Fatima itu umurnya sudah tujuh belas tahun.
Suatu kali, ketika sedang membuka jendela, Fatima melihat seorang pemburu lewat di situ.
"Hai, jin pembantu, lihat ada jenis makhluk sepertiku? Siapakah dia? Aku belum pernah melihat sebelumnya," tanya gadis itu kepada jin pembantu.
"O, itu namanya manusia. Kau tak boleh bicara apa-apa padanya, nanti ketujuh saudaramu marah," jawab jin pembantu.
Akan tetapi, Fatima tak mempedulikannya. "Aku akan membuka jendela dan bicara dengannya, kelihatannya ia kecapean dan kepanasan. Mungkin ia haus dan lapar.
Maka dibukalah jendela itu, dan ia berteriak sekeras-kerasnya, "Hai, manusia, masuklah ke benteng ini, kau pasti butuh makanan atau minuman. Aku hanya sendirian di sini, saudara-saudaraku sedang pergi berburu."
Orang yang lewat di situ ternyata seorang pangeran bernama Nurudin. Ia sedang mencari kudanya yang terlepas. Melihat ada seorang gadis berteriak dari jendela di atas benteng, ia sangat kaget, lalu ia datang mendekati pintu gerbang benteng itu.
Fatima lalu menyuruh jin pembantu untuk membukakan pintu. Di dalam benteng itu. Nurudin disuguhi anggur, keju, dan kue manis yang lezat-lezat. Fatima tampak suka sekali dengan Nurudin, karena Nurudin banyak bercerita tentang dunia luar.
"Rasanya aku ingin sekali melihat apa yang kau ceritakan," kata Fatima. "Tapi, aku harus izin dulu pada saudara-saudaraku."
"Jangan, Fatima," larang jin pembantu. "Ketujuh majikanku tidak akan pernah mengizinkanmu pergi dari benteng ini. Apalagi kalau mereka melihat anak muda ini ada di sini., mereka akan gmembunuhnya."
"Kalau tak diizinkan, aku akan kabur dari benteng ini," jawab Fatima.
"Nurudin sangat kagum dengan keberanian Fatima. Ia berjanji akan menjemputnya dan membawanya ke istana raja, setelah ia selesai berburu. Namun, sebelum selesai ia berbicara, terdengar suara keras dari luar.
"Hai, manusia!" teriak jin pembantu. "Sembunyilah di lemari ini, majikanku telah kembali. Mereka akan mencabik-cabikmu, jika tahu kau ada di sini."
Jin pembantu memang jin yang baik. Ia tidak mau kalau Nurudin jadi mangsa para majikannya. Maka dengan cepat ia, Ia masukkan Nurudin ke lemari. Tak lama kemudian, masuklah ketujuh jin itu.
"Fatima, kau masak apa?" teriak salah satu jin. Sementara, Jin yang lainnya berteriak-teriak dan tertawa sembari menghentak-hentakan sepatunya ke lantai dan meletakkan jubah bulu mereka.
"Hai, Pembantu, ambilkan minuman anggur, kami sangat haus."suruh mereka. Dengan cepat jin pembantu mengambilkan mereka minum.Tiba-tiba, dengan hidungnya yang besar, salah satu dari mereka mulai mengendus bau manusia. " Manusia, manusia, aku mencium bau manusia," kata jin itu.
Fatima pucat dan hatinya mulai berdetak dengan cepat. Padahal, di dalam lemari, pangeran berjubel dengan baju-baju, yang tidak akan tercium baunya.
"Seseorang ada disini! Fatima, di mana dia," teriak jin itu.
Dengan sangat marah, Jin yang lain mulai berdiri. Mereka masuk kedalam ruangan satu persatu sambil mengendus seperti binatang buas, tapi mereka tidak berpikir bahwa manusia yang dicarinya ada dalam lemari. Ketika mereka keluar dari ruangan itu, dengan cepat, Fatima membuka lemari itu dan menyuruh Nurudin untuk keluar.
"Cepat-cepat, aku akan menunjukkanmu ke sebuah jalan rahasia untuk keluar dari benteng ini!" bisik Fatima dengan tangan gemetar.
Fatima dan Nurudin berlari bersama-sama menuju ke sebuah lorong sempit. "Kau ikut aku saja, Fatima. Aku akan menyelamatkanmu dari tempat yang menakutkan ini," bisiknya. Dengan tenang, Fatima mengangguk. Sedikit demi sedikit mereka lewati lorong kecil itu. Akhirnya mereka berhasil keluar di taman belakang benteng itu.
"Apakah di sini ada Kuda?" tanya Nurudin.
Dengan berjalan mengendap-ngendap, Fatima menuntun Nurudin ke kandang kuda. Akhirnya mereka berhasil mengambil kuda dan melarikan diri dari benteng itu, salah satu dari Jin melihat mereka.
"Lihat itu mereka," teriak jin itu. "Kejar mereka"
Kuda itu berlari seperti angin. Di belakang tampak kuda para jin berusaha mengejarnya. "Fatima, Fatima kembali. Kami akan memaafkanmu. Kami hanya ingin menangkap manusia itu saja."
Fatima takut sekali mendengar gelegar suara jin yang sangat besar itu. Ia tahu kuda-kuda jin itu pasti sudah sangat dekat dengannya. Maka dimasukkanlah tangannya kedalam tasnya dan diambilnya segenggam benih rumput ajaib dari tas itu. Kemudian ia sebarkan benih itu kebelakangnya. Dalam waktu sekejab, benih rumput itu pun tumbuh menjadi padang padang rumput yang luas dan lebat. Dengan adanya padang rumput itu, kuda para jin mulai mendapatkan hambatan. Mereka tidak dapat berjalan dengan cepat seperti sebelumnya. Setelah setengah jam, barulah mereka dapat melewatinya lagi.
"Fatima, lihat mereka ada di belakang kita. Apa yang kita lakukan?" kata Nurudin.
"Jangan takut, Nurudin," kata Fatima sambil memasukkan tangannya lagi ke dalam tas dan mengambil biji-biji pohon cemara. Biji-biji itu kemudian ia sebar ke belakangnya. Dalam sekejap, biji-biji itu pun berubah menjadi hutan cemara yang lebat, sehingga mereka tidak dapat melihat apa-apa yang ada di depannya.
Ketika hampir sampai di istana ayahnya, Nurudin berteriak, Awas, mereka ada di belakang kita lagi. Apa yang harus kita lakukan?"
Seperti biasa, Fatima merogoh tasnya. Kali ini yang diambilnya adalah butiran-butiran garam. Ketika butiran-butiran itu disebar, dalam sekejap, daratan yang ada di belakang Fatima berubah menjadi laut. Ketujuh jin itu pun akhirnya tenggelam, karena tidak bisa berenang.
Setelah melalui perjalanan yang menegangkan, akhirnya mereka tiba di Kota Nishapur. Di sana, Nurudin dan Fatima melangsungkan pernikahan, dengan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Sementara itu, kuda-kuda yang mereka bawa kesana, sebulan kemudian menghilang, karena kuda-kuda itu tahu bahwa majikan mereka adalah manusia. Mereka lebih suka melayani para jin daripada manusia, karena jin memiliki keajaiban.
Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Anak Gadis Di Sarang Jin"
Penulis: Males Sutiasumarga
Penerbit: Zikrul Hakim - Jakarta
Suatu kali, ketika sedang membuka jendela, Fatima melihat seorang pemburu lewat di situ.
"Hai, jin pembantu, lihat ada jenis makhluk sepertiku? Siapakah dia? Aku belum pernah melihat sebelumnya," tanya gadis itu kepada jin pembantu.
"O, itu namanya manusia. Kau tak boleh bicara apa-apa padanya, nanti ketujuh saudaramu marah," jawab jin pembantu.
Akan tetapi, Fatima tak mempedulikannya. "Aku akan membuka jendela dan bicara dengannya, kelihatannya ia kecapean dan kepanasan. Mungkin ia haus dan lapar.
Maka dibukalah jendela itu, dan ia berteriak sekeras-kerasnya, "Hai, manusia, masuklah ke benteng ini, kau pasti butuh makanan atau minuman. Aku hanya sendirian di sini, saudara-saudaraku sedang pergi berburu."
Orang yang lewat di situ ternyata seorang pangeran bernama Nurudin. Ia sedang mencari kudanya yang terlepas. Melihat ada seorang gadis berteriak dari jendela di atas benteng, ia sangat kaget, lalu ia datang mendekati pintu gerbang benteng itu.
Fatima lalu menyuruh jin pembantu untuk membukakan pintu. Di dalam benteng itu. Nurudin disuguhi anggur, keju, dan kue manis yang lezat-lezat. Fatima tampak suka sekali dengan Nurudin, karena Nurudin banyak bercerita tentang dunia luar.
"Rasanya aku ingin sekali melihat apa yang kau ceritakan," kata Fatima. "Tapi, aku harus izin dulu pada saudara-saudaraku."
"Jangan, Fatima," larang jin pembantu. "Ketujuh majikanku tidak akan pernah mengizinkanmu pergi dari benteng ini. Apalagi kalau mereka melihat anak muda ini ada di sini., mereka akan gmembunuhnya."
"Kalau tak diizinkan, aku akan kabur dari benteng ini," jawab Fatima.
"Nurudin sangat kagum dengan keberanian Fatima. Ia berjanji akan menjemputnya dan membawanya ke istana raja, setelah ia selesai berburu. Namun, sebelum selesai ia berbicara, terdengar suara keras dari luar.
"Hai, manusia!" teriak jin pembantu. "Sembunyilah di lemari ini, majikanku telah kembali. Mereka akan mencabik-cabikmu, jika tahu kau ada di sini."
Jin pembantu memang jin yang baik. Ia tidak mau kalau Nurudin jadi mangsa para majikannya. Maka dengan cepat ia, Ia masukkan Nurudin ke lemari. Tak lama kemudian, masuklah ketujuh jin itu.
"Fatima, kau masak apa?" teriak salah satu jin. Sementara, Jin yang lainnya berteriak-teriak dan tertawa sembari menghentak-hentakan sepatunya ke lantai dan meletakkan jubah bulu mereka.
"Hai, Pembantu, ambilkan minuman anggur, kami sangat haus."suruh mereka. Dengan cepat jin pembantu mengambilkan mereka minum.Tiba-tiba, dengan hidungnya yang besar, salah satu dari mereka mulai mengendus bau manusia. " Manusia, manusia, aku mencium bau manusia," kata jin itu.
Fatima pucat dan hatinya mulai berdetak dengan cepat. Padahal, di dalam lemari, pangeran berjubel dengan baju-baju, yang tidak akan tercium baunya.
"Seseorang ada disini! Fatima, di mana dia," teriak jin itu.
Dengan sangat marah, Jin yang lain mulai berdiri. Mereka masuk kedalam ruangan satu persatu sambil mengendus seperti binatang buas, tapi mereka tidak berpikir bahwa manusia yang dicarinya ada dalam lemari. Ketika mereka keluar dari ruangan itu, dengan cepat, Fatima membuka lemari itu dan menyuruh Nurudin untuk keluar.
"Cepat-cepat, aku akan menunjukkanmu ke sebuah jalan rahasia untuk keluar dari benteng ini!" bisik Fatima dengan tangan gemetar.
Fatima dan Nurudin berlari bersama-sama menuju ke sebuah lorong sempit. "Kau ikut aku saja, Fatima. Aku akan menyelamatkanmu dari tempat yang menakutkan ini," bisiknya. Dengan tenang, Fatima mengangguk. Sedikit demi sedikit mereka lewati lorong kecil itu. Akhirnya mereka berhasil keluar di taman belakang benteng itu.
"Apakah di sini ada Kuda?" tanya Nurudin.
Dengan berjalan mengendap-ngendap, Fatima menuntun Nurudin ke kandang kuda. Akhirnya mereka berhasil mengambil kuda dan melarikan diri dari benteng itu, salah satu dari Jin melihat mereka.
"Lihat itu mereka," teriak jin itu. "Kejar mereka"
Kuda itu berlari seperti angin. Di belakang tampak kuda para jin berusaha mengejarnya. "Fatima, Fatima kembali. Kami akan memaafkanmu. Kami hanya ingin menangkap manusia itu saja."
Fatima takut sekali mendengar gelegar suara jin yang sangat besar itu. Ia tahu kuda-kuda jin itu pasti sudah sangat dekat dengannya. Maka dimasukkanlah tangannya kedalam tasnya dan diambilnya segenggam benih rumput ajaib dari tas itu. Kemudian ia sebarkan benih itu kebelakangnya. Dalam waktu sekejab, benih rumput itu pun tumbuh menjadi padang padang rumput yang luas dan lebat. Dengan adanya padang rumput itu, kuda para jin mulai mendapatkan hambatan. Mereka tidak dapat berjalan dengan cepat seperti sebelumnya. Setelah setengah jam, barulah mereka dapat melewatinya lagi.
"Fatima, lihat mereka ada di belakang kita. Apa yang kita lakukan?" kata Nurudin.
"Jangan takut, Nurudin," kata Fatima sambil memasukkan tangannya lagi ke dalam tas dan mengambil biji-biji pohon cemara. Biji-biji itu kemudian ia sebar ke belakangnya. Dalam sekejap, biji-biji itu pun berubah menjadi hutan cemara yang lebat, sehingga mereka tidak dapat melihat apa-apa yang ada di depannya.
Ketika hampir sampai di istana ayahnya, Nurudin berteriak, Awas, mereka ada di belakang kita lagi. Apa yang harus kita lakukan?"
Seperti biasa, Fatima merogoh tasnya. Kali ini yang diambilnya adalah butiran-butiran garam. Ketika butiran-butiran itu disebar, dalam sekejap, daratan yang ada di belakang Fatima berubah menjadi laut. Ketujuh jin itu pun akhirnya tenggelam, karena tidak bisa berenang.
Setelah melalui perjalanan yang menegangkan, akhirnya mereka tiba di Kota Nishapur. Di sana, Nurudin dan Fatima melangsungkan pernikahan, dengan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Sementara itu, kuda-kuda yang mereka bawa kesana, sebulan kemudian menghilang, karena kuda-kuda itu tahu bahwa majikan mereka adalah manusia. Mereka lebih suka melayani para jin daripada manusia, karena jin memiliki keajaiban.
Sumber: Buku Kisah Anak-anak dari Asia Tengah "Anak Gadis Di Sarang Jin"
Penulis: Males Sutiasumarga
Penerbit: Zikrul Hakim - Jakarta
EmoticonEmoticon